Ambisius Harta-Kekuasaan dan Hancurnya Tatanan Profetik

Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Pengurus Dewan Da’wah Jatim

Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Ambisi mengumpulkan harta dan merebut kekuasaan memiliki daya rusak yang amat dahsyat. Hal ini disebabkan orang yang ingin menumpuk harta dikuasai nafsu yang tak mampu mengontrol keinginannya. Sementara orang yang berambisi untuk meraih kekuasaan akan menggunakan berbagai daya upaya, serta menghalalkan segala cara untuk mewujudkan ambisinya. Qarun dan Fir’aun merupakan dua sosok manusia yang menumpuk harta dan mempertahankan kekuasaan sehingga merusak tatanan masyarakat. Akhir kehidupan mereka berdua sangat tragis. Qarun mati tertelan bumi beserta hartanya. Sementara Fir’aun tenggelam bersama pengikutnya. Allah memusnahkan keduanya dari muka bumi karena tidak mungkin tangan-tangan manusia bisa menghentikannya.

Godaan Harta

Allah menguji manusia dengan harta dan kekuasaan. Ambisi terhadap harta dan kekuasaan yang memuncak hanya Allah yang bisa menghentikannya. Manusia tidak mudah untuk menghentikannya. Manusia yang memiliki idealisme dan kejujuran yang baik pun belum tentu bisa lolos bila teriming-imingi harta. Betapa banyak keluarga yang harmonis dan hidup rukun dengan kebutuhan apa adanya. Begitu memiliki harta yang melimpah, maka keluarga itu berantakan dan sulit untuk berakrab-akrab ria.

Al-Qur’an sendiri mensinyalir bahwa penolakan terhadap kebenaran Al-Qur’an disebabkan oleh kehidupan pembawa wahyu itu terlihat miskin dan tidak memiliki kelebihan dunia. Dalam pandangan mereka, seorang nabi seharusnya diliputi oleh harta kekayaan yang banyak huna menopag hidupnya serta melepaskan pengikutnya dari jeratan kemiskinan. Allah mengabadikan hal itu sebagaimana firman-Nya :

اَوْ يُلْقٰۤى اِلَيْهِ كَنْزٌ اَوْ تَكُوْنُ لَهٗ جَنَّةٌ يَّأْكُلُ مِنْهَا ۗ وَقَا لَ الظّٰلِمُوْنَ اِنْ تَتَّبِعُوْنَ اِلَّا رَجُلًا مَّسْحُوْرًا

“atau (mengapa tidak) diturunkan kepadanya harta kekayaan atau (mengapa tidak ada) kebun baginya, sehingga dia dapat makan dari (hasil)nya?” Dan orang-orang zalim itu berkata, “Kamu hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang kena sihir.” (QS. Al-Furqan : 8)

Al-Qur’an sendiri menunjukkan bahwa harta merupakan cobaan berat yang menimpa manusia, sehingga harus hati-hatinya terhadapnya. Harta merupakan cobaan besar yang bisa menghancurkan reputasi keluarga. Seorang anak menyiksa anak orang lain dengan tega, ternyata diketahui orang tuanya memiliki harta yang melimpah. Buktinya kendaraan yang dimilikinya bernilai miliaran rupiah, hidupnya juga suka foya-foya dan bergaya hedonis. Oleh karena Allah mengingatkan bahwa harta yang dimiliki manusia bisa menjadi fitnah dan musuh besar manusia. Hal ini sebagaimana dinarasikan Al-Qur’an sebagai berikut :

اِنَّمَاۤ اَمْوَا لُـكُمْ وَاَ وْلَا دُكُمْ فِتْنَةٌ    ۗ وَا للّٰهُ عِنْدَهٗۤ اَجْرٌ عَظِيْمٌ

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar.” (QS. At-Taghabun : 15)
Orang yang memiliki harta cenderung kikir dan tak ingin hartanya berkurang. Mereka kerja dengan susah payah, mengeluarkan tenaga dan pikiran, tidak mudah untuk diajak mengeluarkan sebagian hartanya untuk kebaikan bersama. Tidak sedikit manusia yang hidup mewah dan foya-foya sementara saudaranya atau tetangganya dalam keadaan susah payah dalam mencari harta. Tidak sedikit di antara orang yang sudah tidak cukup hasil kerjanya untuk membiayai kehidupan diri atau keluarganya.

Godaan Kekuasaan

Pengaruh kekuasaan juga besar dalam merusak kehidupan manusia, dimana bisa menutup jalan kebenaran, sehingga menghancurkan reputasinya. Al-Qur’an memberi contoh manusia paling sombong di muka bumi. Dengan kekuasaan yan dimilikinya, dia berlaku sombon dan sewenang-wenang. Bukan hanya berlaku angku, Fir’aun bertindak aneh dengan memerintahkan kepada rakyatnya untuk mengakui dirinya sebagai tuhan.

Bahkan Al-Qur’an mengabadiman manusia paling sombing sehingga Allah menghinakan akhir hidupnya dengan kehinaan. Dia tidak lagi bisa membedakan yang baik dan buruk, serta tidak bisa membedakan manusia yang logis dan tidak. Al-Qur’an memotret perjuangan Nabi Ibrahim yang menghentikan perdebatan karena tidak menggunakan akal cerdasnya. Raja Namrud tidak bisa membantah argumentasi Nabi Ibrahim yang menunjukkan bahwa terbit dan tenggelamnya matahari karena kekuatan besar yang tidak bisa dilakukan manusia. Hal itu serbagaimana firman-Nya

اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَآ جَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖۤ اَنْ اٰتٰٮهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَا لَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُ ۙ قَا لَ اَنَاۡ اُحْيٖ وَاُ مِيْتُ ۗ قَا لَ اِبْرٰهٖمُ فَاِ نَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِا لشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗ وَا للّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ 

“Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.” (QS. Al-Baqarah : 258)

Namrud merupakan sosok manusia perusak karena mengaku dirinya bisa menghidupkan dan mematikan makhluk. Cara menghidupkan seseorang dengan membiarkan dirinya hidup dan tidak mati. Sementarta dia mematikan orang lain dengan meminta algojonya untuk membunuhnya. Dengan kekuasaanya, dia bisa bertahan sebagai penentu kehidupan dan kematian seseorang. Allah pun membunuh Namrud dengan mengirimkan lalat hingga memasuki hidungnya hingga meregangkan nyawanya.

Harta dan kekuasaan memiliki daya rusak yang dahsyat sehingga Nabi Muhammad menggambarkan bahwa keduanya dahsyat daya koyaknya. Daya rusak orang yang berambisi memiliki harta dan kekuasaan melebihi rusaknya dua serigala yang sedang lapar menghadapi seekor kambing di dalam kandangnya. Hal ini sebagaimana dijelaskan Rasulullah berikut :

وعن كعب بن مالك، رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” ما ذئبان جائعان أرسلا في غنم بأفسد لها من حرص المرء على المال والشرف، لدينه”
((رواه الترمذي وقال: حديث حسن صحيح)).

Dari Ka’b bin Malik -semoga Allah meridhoinya- berkata : Rasululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :” Tidaklah dua serigala lapar yang dilepaskan kepada seekor kambing lebih merusak terhadap agama seseorang daripada rakusnya seseorang terhadap harta dan kedudukan“. (HR. At-Tirmidzi dan beliau berkata : Hadits Hasan Shohih).

Dalam konteks kenegaraan, orang yang berambisi menumpuk kekayaan dan mempertahankan kekuasaan, akan bertindak melampaui batas. Nilai, norma dan tatanan yang dibangun dengan susah payah dengan durasi waktu yang lama, dirusak sesaat. Hilangnya kontrol diri benar-benar menghancurkan norma dan etika serta kecerdasan akal sehatnya. Disinilah hancurnya tatanan profetik.
Surabaya, 15 Juni 2023

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *