Oleh M. Anwar Djaelani
Pengurus Dewan Dakwah Jatim
Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Di sekitar kita, di semesta alam, setiap saat selalu ada tanda-tanda kekuasaan Allah. Misalnya, perhatikan dua berita ini. Pertama, berita Kamis 24 November 2022: ”Gempa M 5,9 Guncang Turki, 68 Orang Terluka” (https://news.detik.com/detiktv/d-6423406/gempa-m-59-guncang-turki-68-orang-terluka). Kedua, berita Selasa 22 November 2022: “268 Warga Meninggal Dunia Akibat Gempa Cianjur” (https://bnpb.go.id/berita/-update-268-warga-meninggal-dunia-akibat-gempa-cianjur).
Pada berita pertama, gempa terjadi di Turki, negeri yang jauh dari kita. Sampai terakhir yang bisa kita ikuti, di antara akibat gempa adalah ada puluhan korban luka-luka dan tak ada korban jiwa.
Sementara di berita kedua, gempa terjadi di negeri kita sendiri, di cianjur. Adapun gempa itu mengakibatkan ratusan orang meninggal, mengalami luka-luka 1.083 orang, hilang 151 orang, dan yang mengungsi 58.362 orang. Hal lain, kerusakan infrastruktur seperti rumah rusak total ada 22.198 unit.
Atas musibah ini kita menunduk: Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Lalu, pada saat yang sama, renungkanlah ayat ini: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan” (QS Al-Anbiyaa’ [21]: 35).
Bangun, Bangun!
Kita harus selalu bersyukur bahwa Allah telah menjadikan bumi sebagai tempat tinggal kita selama hidup di dunia yang bersifat sementara ini. Bersamaan dengan itu, senantiasa bersiaplah untuk menghadapi ujian-ujian dari Allah. Perhatikanlah ayat ini: “Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya …..” (QS Huud [11]: 7).
Di bumi ini, atas penduduknya Allah telah memberikan syariat atau ketentuan agar hidup selamat. Lalu, dalam perjalanannya, manusia akan menemui berbagai ujian dalam berbagai bentuk. Kesemua itu sebagai bagian dari cara Allah untuk mengetahui kadar keimanan dan ketaqwaan manusia.
Oleh karena itu, atas apapun yang terjadi di dunia ini kita harus cerdas “membaca” dan kemudian bisa mengambil pelajaran darinya. Hayatilah ayat ini: “….. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan” (QS Al-Hasyr [59]: 2).
Adapun di antara hal yang harus segera menjadi fokus perhatian kita adalah manakala datang musibah. Untuk itu, kita harus pandai menangkap berbagai pesan atau pelajaran dari Allah terkait musibah itu.
Memang, pelajaran kepada kita-di samping lewat ayat-ayat Allah yang tertulis di dalam Al-Qur’an-, juga ada yang melalui ayat-ayat Allah yang tak tertulis. Di antara ayat-ayat Allah yang tak tertulis, rasakanlah, bahwa banyak pelajaran yang datang lewat berbagai musibah yang terjadi di bumi ini.
Gempa, gerhana (matahari atau bulan), dan berbagai fenomena alam yang lain, bagi kaum beriman merupakan pelajaran yang cukup mudah difahami. Bahwa Tuhan sedang mengirim pesan: Allah Maha-Berkuasa.
Semua kejadian di alam ini adalah sebagian dari ayat-ayat Allah dan kita harus mengambil pelajaran dari hal-hal tersebut. Pelajaran, apa sajakah?
Pertama, kita harus menyadari bahwa semua musibah terjadi seizin Allah sebagaimana keterangan di ayat ini: “Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS At-Taghaabun [64]: 11).
Kedua, jangan berburuk sangka kepada Allah. Perhatikanlah ayat ini: “….. Dan, Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya” (QS Al-Mu’min [40]: 31). Oleh karena itu sabar dan ridha-lah dalam menghadapi musibah, sebab salah satu tujuannya adalah agar kita segera bertobat.
Ketiga, musibah adalah tanda kekuasaan-Nya. Simaklah ayat ini: “Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin” (QS Adz-Dzaariyaat [51]: 20).
Keempat, musibah bisa menyadarkan bahwa apapun yang kita miliki dalam sekejap dapat diambil Allah. Renungkanlah ayat ini: “(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS Al-Hadiid [57]: 23).
Kelima, jangan fasiq. Misalnya, dengan cara membelakangi Hukum-Hukum Allah seperti yang ditekankan ayat ini: “…. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan, sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasiq” (QS Al-Maaidah [5]: 49).
Keenam, jangan bertindak zalim. Perbuatan zalim bisa mengundang musibah. Perhatikan ayat ini: “Dan, peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan, ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya” (QS Al-Anfaal [8]: 25).
Jiwa Baru
Mari miliki jiwa baru, jiwa yang sudah mendapat pelajaran dari berbagai musibah yang ada. Jiwa baru itu, tidak fasiq dan tidak zalim. Jiwa baru itu tidak akan pernah bisa mendiamkan situasi yang zalim. Jiwa baru itu tidak akan pernah rela atas perlakuan yang zalim. Jiwa baru itu selalu sadar bahwa Allah Maha Kuasa. []