Mendelegitimasi Islam Sebagai Agama Paling Benar

Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Pengurus Dewan Da’wah, Jawa Timur

Dewandakwahjatim, Surabaya – Kalau sejak kecil kita diyakinkan bahwa Nabi Muhammad merupakan seorang rasul terakhir yang membawa kebenaran dan mengantar kepada surga. Artinya, Nabi Muhammad merupakan seorang rasul yang mengajak umat Islam untuk meyakini bahwa agama (Islam) merupakan agama yang mengantarkan kepada surga. Namun saat ini terjadi pengambangan keyakinan dengan moderasi beragama. Mereka melarang untuk mengklaim kebenaran dengan mengatakan agamanya yang paling benar. Sementara Nabi Muhammad, sebagai rasul terakhir harus diyakini sebagai rujukan kebenaran bagi siapapun bila menginginkan keselamatan dan masuk ke dalam surga. Bahkan Nabi Muhammad menyatakan andaikata ada utusan (rasul) yang datang, pasti akan mengikuti ajarannya. Sebagaimana umumnya nabi dan rasul, mereka membawa ajaran tunggal yakni mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah, dan tidak mempersekutukan-Nya dengan yang lain.

Janji Para Rasul Kepada Allah

Allah telah mengambil sumpah kepada para nabi dan rasul untuk berpegang teguh terhadap kebenaran, serta saling membantu dan menolong nabi yang mendapat amanah berupa Kitab dan Hikmah. Maka respon para nabi dan rasul itu serentak akan mempercayai dan membantunya secara sungguh-sungguh. Hal ini Allah abadikan sebagaimana termaktub dalam firman-Nya : :

وَاِ ذْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَا قَ النَّبِيّٖنَ لَمَاۤ اٰتَيْتُكُمْ مِّنْ كِتٰبٍ وَّحِكْمَةٍ ثُمَّ جَآءَكُمْ رَسُوْلٌ مُّصَدِّقٌ لِّمَا مَعَكُمْ لَـتُؤْمِنُنَّ بِهٖ وَلَـتَـنْصُرُنَّهٗ ۗ قَا لَ ءَاَقْرَرْتُمْ وَاَ خَذْتُمْ عَلٰى ذٰ لِكُمْ اِصْرِيْ ۗ قَا لُوْۤا اَقْرَرْنَا ۗ قَا لَ فَا شْهَدُوْا وَاَ نَاۡ مَعَكُمْ مِّنَ الشّٰهِدِيْنَ

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, “Manakala Aku memberikan Kitab dan Hikmah kepadamu, lalu datang kepada kamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada pada kamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.” Allah berfirman, “Apakah kamu setuju dan menerima perjanjian dengan-Ku atas yang demikian itu?” Mereka menjawab, “Kami setuju.” Allah berfirman, “Kalau begitu bersaksilah kamu (para nabi) dan Aku menjadi saksi bersama kamu.” (QS. Ali ‘Imran : 81)

Kedatangan Nabi Muhammad sebagai pembawa risalah terakhir dengan membawa petunjuk berupa kitab suci. Kitab suci berupa Al-Qur’an merupakan kitab yang memuat petunjuk kebenaran, sehingga kalau ada seorang rasul yang datang kepada beliau, pasti akan siap menolong dan membantunya. Para Nabi dan Rasul yang datang bukan hanya mengakui kebenarannya, tetapi sanggup memperjuangkannya.
Oleh karena itu, ketika Umar bin Khaththab datang kepada Nabi Muhammad dengan membawa lembaran Taurat, maka Nabi langsung marah kepada Umar dan meminta untuk membuangnya. Bahkan Nabi Muhammad menegaskan bahwa andaikata Nabi Musa datang, pasti akan menjadi mempercayai dan menjadi pengikutnya.
Bahkan di akhir zaman nanti, ketika Nabi Isa diturunkan dari langit ke bumi, akan membenarkan risalah Nabi Muhammad dan menjadikan Al-Qur’an sebagai hakim untuk memutuskan perkara di tengah masyarakat. Nabi Isa akan bukan hanya membenarkan ajaran Nabi Muhammad tetapi menunjukkan kesalam kaum Nasrani yang dianggap menyimpang.

Sedemikian gigihnya nabi Muhamamd dalam menegakkan dan menyebarkan kebenaran akan Islam, beliau mengajak kepada siapapun untuk mengikuti agamanya. Nabi mengirim surat kepada para raja untuk masuk ke dalam agama Islam. Bahkan Nabi juga mengancam kepada para raja, akan menanggung dosa rakyatnya, bila tidak mengikuti ajakannya. Kegigihan Nabi ini tidak lepas dari keyakinan beliau bahwa Islam merupakan agama satu-satunya yang paling benar dan akan membawa keselamatan.

Inklusif dan Keraguan

Hal ini berbeda dengan para penyeru kesesatan yang membuat ragu umat Islam. Mereka menyerukan untuk bersikap moderat dan tidak mengklaim agamanya yang paling benar. Sikap mereka ini jelas sangat bertentangan dengan keyakinan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang sangat percaya bahwa dirinya paling benar dan masuk ke dalam surga. Bahkan mereka yakin bahwa kelompok lain dipandang sebagai pengikut yang sesat dan akan masuk ke dalam neraka. Hal ini sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an sebagai berikut :

وَقَا لَتِ الْيَهُوْدُ لَـيْسَتِ النَّصٰرٰى عَلٰى شَيْءٍ ۖ وَّقَا لَتِ النَّصٰرٰى لَـيْسَتِ الْيَهُوْدُ عَلٰى شَيْءٍ ۙ وَّهُمْ يَتْلُوْنَ الْكِتٰبَ ۗ كَذٰلِكَ قَا لَ الَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ مِثْلَ قَوْلِهِمْ ۚ فَا للّٰهُ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ فِيْمَا كَا نُوْا فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ

“Dan orang Yahudi berkata, “Orang Nasrani itu tidak memiliki sesuatu (pegangan),” dan orang-orang Nasrani (juga) berkata, “Orang-orang Yahudi tidak memiliki sesuatu (pegangan),” padahal mereka membaca kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak berilmu, berkata seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili mereka pada hari Kiamat, tentang apa yang mereka perselisihkan.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 113)

وَقَا لُوْا کُوْنُوْا هُوْدًا اَوْ نَصٰرٰى تَهْتَدُوْا ۗ قُلْ بَلْ مِلَّةَ اِبْرٰهٖمَ حَنِيْفًا ۗ وَمَا كَا نَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

“Dan mereka berkata, “Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani niscaya kamu mendapat petunjuk.” Katakanlah, “(Tidak!) Tetapi (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus dan dia tidak termasuk golongan orang yang mempersekutukan Tuhan.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 135)

Orang Yahudi dan Nasrani merupakan kelompok yang yakin dirinya di atas jalan kebenaran dan menganggap kelompok lain sebagai pengikut salah jalan. Hal ini berbeda dengan sebagian kelompok Islam yang meraguan akan agamanya dengan dalih toleransi dan moderasi. Kalau orang Yahudi dan Nasrani menganggap agamanya sangat eksklusif dan paling benar, serta pewaris surga. Namun di kalangan Islam muncul kelompok yang tidak yakin agamanya paling benar. Mereka terkena racun inklusifisme yang menganggap semua agama berada di atas jalan kebenaran dan semuanya meniti jalan yang berbeda untuk menuju tempat yang sama, yakni surga.

Surabaya, 28 Oktober 2022

Admin: Sudono Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *