Pelajaran (Pahit) dari Stadion Kanjuruhan

Oleh M. Anwar Djaelani, pengurus Dewan Da’wah Jatim

Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Pada 1 Oktober 2022, dari Stadion Kanjuruhan Malang, datang kabar duka yang sangat memilukan. Sesaat seusai pertandingan dari dua klub sepakbola, terjadilah insiden. Akibatnya, banyak yang meninggal dan tak sedikit yang cidera.

Peristiwa itu terjadi setelah pertandingan antara kesebelasan Arema FC dan Persebaya berakhir. Pertandingan itu sendiri berlangsung di malam hari, dimulai pukul 20.00.

Ada lebih dari seratus orang yang meninggal. Bacalah ini: “Tragedi Kanjuruhan Memakan 130 Korban Jiwa” (https://www.cnbcindonesia.com/news/20221002183413-8-376606/tragedi-kanjuruhan-memakan-130-korban-jiwa). Di antara korban itu, banyak juga dari kalangan anak-anak. Bacalah ini: “33 Anak Meninggal dalam Tragedi Kanjuruhan, Paling Muda 4 Tahun” (https://news.detik.com/berita/d-6327057/33-anak-meninggal-dalam-tragedi-kanjuruhan-paling-muda-4-tahun).

Duka Mendalam

Insiden Kanjuruhan memang mengenaskan. Pertandingan olahraga, apapun bentuknya, pada dasarnya menghajatkan terbinanya sportivitas. Pertandingan olahraga, pada pokoknya menginginini terbinanya raga dan jiwa yang sehat. Pertandingan olahraga, pada intinya bisa punya efek sebagai pertunjukan yang menghibur penontonnya.

Sayang, apa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang itu memupus semua hal-hal positif yang disebut di atas. Kita bersedih. Kita berduka atas banyaknya korban dan cerita tragis di baliknya.

Bacalah ini: “Cerita Anak 11 Tahun Kehilangan Kedua Orangtua saat Tragedi Kanjuruhan Malang” (https://www.merdeka.com/peristiwa/cerita-anak-11-tahun-kehilangan-kedua-orang-tua-saat-tragedi-kanjuruhan-malang.html). Jelas, kisah ini sungguh menyedihkan!

Ada satu keluarga (suami, istri, tiga anak dan satu keponakan) yang turut menonton di Stadion Kanjuruhan itu. Sungguh memilukan, di insiden itu si kepala keluarga harus kehilangan istri, dua anak, dan seorang keponakan karena termasuk yang meninggal. Bacalah ini: “Istri dan 2 Anaknya Tewas dalam Kerusuhan Kanjuruhan, Andik Cerita Lempar Bayinya Demi Bisa Selamat” (https://www.msn.com/id-id/olahraga/other/istri-dan-2-anaknya-tewas-dalam-kerusuhan-kanjuruhan-andik-cerita-lempar-bayinya-demi-bisa-selamat/ar-AA12xgHb).

Pada kisah di atas, hanya si ayah dan anak yang baru berumur 1,5 tahun yang selamat. Si anak yang selamat itu, yang semula digendong, saat insiden lalu dilempar oleh si ayah dari ketinggian 1,5 meter.

Berbagai Pelajaran

Atas sebagian fakta di atas, mari menunduk. Niat mereka (yaitu semua penonton) pasti untuk mendapatkan hiburan yang sehat. Namun, di insiden itu, berakhir tidak seperti yang mereka harapkan.

Kaum beriman, di situasi apapun dan terlebih pada kejadian besar di Stadion Kanjuruhan itu, harus mampu mengambil i‘tibar. Ambillah pelajaran dari apapun kita lihat. Petik hikmah dari semua yang kita alami. Perhatikan ayat ini: “Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan” (QS Al-Hasyr [59]: 2).

Pungutlah berbagai pelajaran. Pertama, bahwa semua yang berjiwa pasti mati. Kapan, di mana, dan bagaimana cara kematian kita, itu semua semata-mata rahasia Allah. Tak seorangpun tahu. Hayatilah ayat ini: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati” (QS ‘Ali ‘Imraan [3]: 185).

Kedua, tanpa henti kita harus terus memperbanyak amal shalih dengan kualifikasi terbaik. Hal ini, mengingat tak seorangpun tahu kapan dia mati. Oleh karena itu, selalulah bawa takwa di manapun kita berada. Amalkanlah ayat ini: “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa” (QS Al-Baqarah [2]: 197).

Ketiga, selalulah menyiapkan diri karena kapanpun Allah bisa mewafatkan kita. Harapannya, ketika datang saat itu yaitu kita meninggal, kita berada dalam kondisi sebagai yang “sebenar-benar beragama Islam”. Perhatikanlah ayat ini: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (QS Ali ‘Imraan [3]: 102).

Selalulah Bermuhasabah

Senantiasalah bermuhasabah. Resapilah pengingat lewat kematian yang kita saksikan. Bahwa, entah kapan, kematian juga akan menjemput kita.

Teruslah berintrospeksi. Selalulah mengakui diri sebagai hamba Allah yang sering berbuat zalim. Lalu, pada saat yang sama, teruslah berharap untuk mendapat petunjuk dan pertolongan Allah. 

Teladanilah Nabi Yunus As lewat penyesalannya yang sungguh-sungguh. Simak ayat ini: “Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim” (QS Al-Anbiyaa’ [21]: 87).

Senantiasalah bertobat seperti dulu Nabi Adam As bertobat. Cermati ayat ini: “Yaa Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi” (QS Al-A’raaf [7]: 23).

Semoga kita selalu dalam lindungan Allah. Mudah-mudhan kita senantiasa dalam rahmat Allah. []

Admin: Sudono Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *