SERUAN AILA TENTANG CITAYAM FASHION WEEK

Oleh: Dr. Adian Husaini
Ketua Umum Dewan Dakwah

Dewandakwahjatim.com, Depok – Pada 29 Juli 2022, AILA (Aliansi Cinta Keluarga) Indonesia mengeluarkan pernyataan tentang CFW (Citayam Fashion Week) yang berlokasi di Taman Dukuh Atas. AILA mengingatkan kepada pemerintah, para tokoh dan pemimpin masyarakat, agar mencermati dan memberikan tindakan yang bijaksana terkait fenomena CFW.
“Kami melihat bahwa fenomena ini mengarah kepada perilaku LGBT, pergaulan bebas serta perbuatan yang dapat memicu konflik sosial. Sudah saatnya kita bersama-sama mengevaluasi fenomena ini dan dampaknya bagi generasi penerus bangsa,” tulis AILA dalam pernyataan resminya.


Untuk itu, AILA Indonesia mengeluarkan lima poin pernyataan sikap:

  1. Mendukung keputusan Pemprov DKI untuk mensinergikan beberapa instansi Pemda DKI dalam menertibkan secara bijaksana perilaku yang mengarah kepada LGBT, karena perbuatan tersebut bertentangan dengan falsafah bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.
  2. Anak-anak kita adalah generasi penerus bangsa yang sebaiknya diarahkan dan dibimbing oleh kita orang dewasa. Maka diperlukan adanya aturan yang jelas dan tegas untuk melindungi mereka dari berbagai ancaman pemahaman yang menjauhkan mereka dari Pancasila yang berketuhanan Yang Maha Esa.
  3. Mengarahkan dan membina anak-anak usia sekolah yang berada di sekitar Taman Dukuh Atas pada khususnya dan DKI pada umumnya, pada jam-jam belajar yang seharusnya mereka berada di sekolah.
  4. Mendukung sikap Pemprov DKI untuk menyediakan ruang ekspresi yang mendidik bagi generasi muda, yang tidak bertentangan dengan moralitas, norma agama dan budaya masyarakat Indonesia. Ruang ekspresi juga harus berada dalam pengawasan Pemprov DKI dan pihak terkait agar tidak menyebabkan konflik sosial dan melanggar ketertiban umum.
  5. Pemprov DKI dan pihak-pihak terkait, hendaknya merangkul anak-anak kita dengan memberikan penguatan moral, dan pendampingan serta konseling bagi mereka yang mulai terjangkiti perilaku menyimpang LGBT, pergaulan bebas, atau perilaku negatif lainnya, sehingga anak-anak tersebut mendapatkan haknya untuk bertumbuh kembang sesuai dengan fitrah dan terhindar dari bahaya propaganda LGBT.

Pernyataan AILA Indonesia itu patut dicermati. Sebab, fenomena CFW memang masih terus menjadi bahan perbincangan di Indonesia. Sebagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang aktif mempromosikan ketahanan keluarga Indonesia, AILA sudah berulang kali mengingatkan bahaya LGBT di Indonesia. 
Memang, dalam sejumlah video yang beredar tentang CFW, ditampilkan sejumlah anak-anak laki-laki yang berpakaian dan berperilaku seperti perempuan. Fenomena seperti ini sangat tidak patut dibiarkan. Sebab, perilaku homoseksual adalah kejahatan yang sangat keji, dan Indonesia yang berdasar Pancasila tidak bisa bersikap netral.

Jika perilaku menyimpang itu dibiarkan begitu saja bahkan disosialisasikan, maka pelan-pelan akan terbentuk dukungan terhadap perilaku homoseksual dan lesbian. Apalagi ada yang terang-terangan mengakui, bahwa ia melakukan praktik “perkawinan” dengan sesama jenisnya. Anehnya, ia menyatakan itu seperti tanpa ada rasa bersalah. Bahkan, sambil tertawa-tawa. 

Keberanian pelaku maksiat untuk berbangga dan tak ada rasa penyesalan terhadap apa yang dilakukannya mengingatkan kita pada salah satu cara yang dilakukan setan dalam menyesatkan manusia. Salah satunya adalah dengan cara memoles perbuatan maksiat dan jahat sehingga tampak indah dalam pandangan manusia. “Iblis berkata: Ya Rabbi, karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, maka pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan  mereka semuanya.” (QS 15:39). 

Setelah maksiat atau perbuatan jahat dipoles tampak indah dan memikat, maka manusia kemudian akan memandang baik perbuatan-perbuatan yang telah diharamkan oleh Islam. Zina dan LGBT jelas-jelas bejat dan haram, tetapi anehnya tidak sedikit yang meremehkan bahkan memandangnya sebagai hal baik.
“Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi setan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk); maka setan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan untuk mereka azab yang pedih. (QS 16:63)…”Setan pun menjadikan indah dalam pandangan mereka, apa yang mereka kerjakan.” (QS 6:43).


Misi setan memang untuk menyesatkan manusia; baik setan dari jenis jin maupun setan jenis manusia. Pekerjaan setan itu pasti bisa dikalahkan oleh kebenaran. Asalkan, kebenaran dilakukan dengan ikhlas, bijak, dan cerdas.
Menghadapi fenomena maraknya berbagai jenis kemaksiatan, para dai tidak boleh pesimis dan emosi. Semua itu perlu dihadapi dengan tenang dan dicarikan model dakwah yang tepat. InsyaAllah, anak-anak muda yang ada di CFW itu masih memiliki iman dan hati nurani untuk menjauhi kemusyrikan dan kemaksiatan. Wallahu A’lam bish-shawab. (Depok, 28 Juli 2022).

Editor: Sudono Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *