Oleh M. Anwar Djaelani,
Ketua Bidang Pemikiran Islam DDII Jawa Timur
Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Lisan yang kita pakai secara baik dan benar, apalagi jika digunakan untuk berdakwah, bisa menyelamatkan dan membahagiakan. Perhatikanlah ayat ini: “Siapakah yang kata-katanya lebih baik daripada orang yang menyeru ke Jalan Allah, berbuat kebaikan dan berkata, ‘Aku termasuk orang yang berserah diri’.” (QS Fushshilat [41]: 33).
Sebaliknya, akibat buruk bisa kita dapat jika lisan kita gunakan secara salah. Seperti apa penggunaan lisan yang salah? Akan salah jika yang disampaikan hal yang munkar. Akan salah jika materinya tak sesuai dengan ajaran agama. Cermatilah, setidaknya tiga berita berikut ini.
Pernah seseorang berkata dengan nada menantang, begini: “Perlihatkan mana Tuhanmu sekarang? Mana Allah yang kamu yakini, tunjukkan sama saya” (www.liputan6.com 18 Januari 2022).
Sebelumnya, orang yang lain menyebut bahwa Arab tidak memiliki budaya dan tidak melahirkan orang-orang intelek. “Kalau tidak ada Ka’bah, nggak ada kehormatan. Apa sih budaya Arab? Nggak ada. Bangsa yang nggak punya budaya, bangsa yang tidak melahirkan intelektual, apa coba intelektualitas dari Arab? Nggak ada,” ucap dia (www.republika.co.id 14 Januari 2022).
Sebelumnya lagi, orang yang berbeda bilang begini: “Hindari fanatik yang berlebihan terhadap suatu agama. Karena semua agama itu benar di mata Tuhan” (www.republika.co.id 14 Januari 2021).
Sungguh, meminta menghadirkan Allah adalah kemunkaran. Menyebut Arab tak punya budaya dan tak orbitkan intelek adalah ungkapan tak berdasar. Menyatakan semua agama itu benar di mata Tuhan, dari sisi aqidah Islam itu tak benar.
Peringatan Tegas
Berhati-hatilah dengan lisan kita! Jagalah lisan, kapanpun! Gunakan lisan dengan baik, di manapun! Selalulah ingat pepatah ini: “Mulutmu harimaumu”.
Pepatah di atas menggambarkan bahwa jika seseorang tak berhati-hati dalam menjaga lisan di saat berbicara, maka bukan tak mungkin ucapannya bisa mencelakakan dirinya sendiri. Jika ini terjadi, tentu tragis.
Aturan penggunaan lisan itu teramat jelas. Kata Nabi Muhammad Saw, berbicaralah hanya yang baik-baik saja. Jika tidak bisa, diamlah. Renungkanlah hadits ini: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam” (HR Bukhari dan Muslim).
Jangan pernah katakan sesuatu yang kita tidak tahu tentangnya. Kelak, atas semua perkataan kita ada pertanggungjawabannya. Cermatilah ayat ini: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya” (QS Al-Israa’ [17]: 36)
Kita tak akan bisa melepaskan diri dari tanggung jawab atas apapun yang pernah kita ucapkan. Perhatikan ayat ini: “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS Qaaf [50]: 18).
Senantiasa berhati-hatilah. Berbicara itu ada adabnya. Allahuyarham Ustadz Muhammad Arifin Ilham, di sebuah kesempatan, mengutip nasihat Imam al-Syafi’i. Bahwa, “Apabila seseorang ingin berbicara, hendaklah berpikir dulu. Bila jelas maslahatnya, berbicaralah. Jika ragu, janganlah berbicara hingga tampak maslahatnya”.
Jangan banyak bicara jika tak mendatangkan manfaat. Berkata-katalah hanya jika itu bisa membuat diri dan orang lain ingat kepada Allah. Perhatikan hadits ini: “Janganlah kalian banyak bicara tanpa berdzikir kepada Allah, karena banyak bicara tanpa berdzikir kepada Allah membuat hati menjadi keras. Dan orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang berhati keras” (HR Tirmidzi).
Pedoman Berbicara
Gunakan lisan sesuai petunjuk Rasulullah Muhammad Saw. Saksamailah hadits ini: “Suatu hari Rasulullah Saw ditanya, ‘Siapakah Muslim yang paling utama?’ Beliau menjawab, ‘Orang yang bisa menjaga lisan dan tangannya dari berbuat buruk kepada orang lain’.” (HR Bukhari).
Manfaatkan lisan seperti yang diatur Allah. Resapilah ayat ini: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar” (QS Al-Ahzab [33]: 70-71).
Kerjakanlah hanya hal-hal yang baik dan benar, termasuk dalam hal berbicara. “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna” (QS Al-Mu’minuun [23]: 1-3).
Demikianlah, semoga kita dijauhkan dari celaka karena khilaf menggunakan lisan secara salah. Semoga kita selamat di dunia dan akhirat karena dapat menggunakan lisan secara tepat dan benar. (SS/Humas DDII Jatim)