Oleh Dr. Slamet Muliono Redjosari
Pengurus DDII Jatim Bidang Pemikiran Islam
Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Pegiat pluralisme agama menuduh Islam sebagai agama kontradiktif. Di satu sisi, menggaungkan Islam sebagai agama “Rahmatan lil alamin”, tetapi di sisi lain mengobarkan jihad (perang). Mereka berpandangan bahwa Islam merupakan agama yang membawa kedamaian dan rahmat, sehingga kebebasan beragama merupakan sesuatu yang mendasar. Namun perintah berperang, atas nama jihad, justru berlawanan dengan Islam sebagai agama damai. Para ulama sudah menjelaskan bahwa misi nabi dan rasul berupaya mengembalikan kehidupan fitrah manusia yang mengagungkan Allah dengan mentauhidkan-Nya. Di tengah perjuangan menegakkan misi itu, para utusan Allah menghadapi orang-orang yang sombong, membangkang, dan tidak mau mengambil pelajaran. Disinilah terjadi benturan antara tegaknya tauhid dan terbiarkannya kesyirikan. Allah memang memiliki sifat rahmat bagi mereka yang taat aturan, tetapi siksanya sangat pedih dan keras terhadap para pembangkang dan pelaku maksiat.
Islam dan Rahmat
Rasulullah diutus sebagai rahmat bagi alam semesta dan memberi kabar gembira bagi umat manusia. Namun para penolak kebenaran seringkali menghilangkan keberadaan beliau sebagai pemberi peringatan. Sebagai rahmat, diutusnya Rasulullah memberi keselamatan dan kenyamanan bagi mereka yang taat dan patuh kepada syariat. Namun pada saat yang sama, beliau memberi ancaman dan adzab yang pedih kepada mereka yang membangkang terhadap perintah-Nya.
Sebagai pemberi kabar gembira, Rasulullah memberi berita adanya balasan atas perbuatan manusia, baik di dunia maupun di surga kelak. Rahmat yang baik akan didapatkan di dunia, dan ketika di akherat akan memperoleh surplus bagi siapapun yang menjalankan perintah dan menjauhkan larangan-Nya. Sebaliknya Rasulullah menegaskan adanya ancaman berupa kehinaan di akherat. Dengan kata lain, keberadaan Rasulullah mendatangkan rahmat bagi para pembangkang, berupa tertundanya siksaan dunia, dan menundanya hingga hari kiamat. Karena bisa jadi orang kafir hidupnya nyaman dan tentram saat di dunia, namun di akherat mereka akan disiksa dan dihinakan,
Rasulullah telah memberi panduan berperilaku yang baik terhadap sesama manusia, maupun alam semesta. Beliau memberi contoh cara bermuamalah terhadap anak, keluarga, dan masyarakat. Termasuk bagaimana mengagungkan Allah dengan mentaati segala perintah-larangan sekaligus cara beribadah kepada-Nya. Namun kebanyakan manusia memiliki cara sendiri untuk beribadah, yang berbeda dengan tuntunan yang disampaikan nabi. Disinilah terjadi penyimpangan dalam beribadah kepada Allah, dan tidak jarang apa yang mereka lakukan bertentangan dengan perintah-Nya.
Disinilah relevansi perintah kepada Nabi untuk mengobarkan jihad di jalan Allah. Jihad yang diperintahkan bukan untuk merusak dan menciptakan kerusuhan tetapi untuk membebaskan manusia dari kegelapan yang bertumpuk-tumpuk menuju cahaya dan memberi petunjuk menuju jalan yang lurus. Disinilah konteks perintah Allah sebagaimana firman-Nya :
Wahai Nabi, berjihadlah melawan orang-orang kafir dan orang-orang yang munafik, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali (QS. At-Taubah : 73)
Perintah untuk mengobarkan perang tidak lain sebagai upaya untuk membunuh karakter manusia yang sombong, membangkang, dan melawan berbagai praktek kehidupan yang menyimpang. Alih-alih tunduk pada aturan Sang Pencipta alam semesta sekaligus Pembagi rizki, para penolak kebenaran justru menampakkan sikap sombong dan membangkang terhadap apa yang disampaikan nabi.
Kemaksiatan dan Adzab
Kemaksiatan terbesar dan tak terampuni dosanya adalah tersebarnya kesyirikan di muka bumi ini. Misi besar diutusnya para nabi dan rasul adalah untuk menghentikan praktek-praktek mempersekutukan Allah. Dengan kata lain, kedatangan utusan Allah tidak lain sebagai upaya untuk mengembalikan fitrah manusia yang mengagungkan Allah dengan mentauhidkan-Nya. Ketika mengajak ke jalan yang benar, muncul manusia-manusia congkak dan sombong untuk menghalangi dakwah. Disinilah perintah jihad dikobarkan guna membungkam manusia-manusia durjana.
Sejarah mencatat bahwa jihad di jalan Allah, dengan memerangi musuh-musuh-Nya, merupakan sebab terbesar tersebarnya agama serta bisa membebaskan manusia dari gelapnya kekufuran menuju cahaya iman. Terselamatkan dari kekufuran merupakan rahmat terbesar yang diperoleh para hamba sehingga terhindar dari siksaan neraka. Neraka merupakan tempat yang layak bagi mereka yang senantiasa mempermainkan aturan Allah sebagaimana firman-Nya :
(yaitu) orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan senda gurau, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Maka pada hari ini (kiamat), Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan hari ini, dan karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami. (QS. Al-Araaf : 51)
Sikap orang-orang yang membangkang terhadap aturan dan disertai rasa angkuh diancam Allah dengan balasan yang menghinakan dan dijauhkan dari berbagai kenikmatan yang tidak ada bandingannya, sebagaimana firman-Nya :
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka, dan mereka tidak akan masuk surga, sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat. (QS. Al-Araaf : 40)
Para nabi dan rasul diutus untuk menyampaikan risalah agung, yang mengajak manusia untuk menyembah hanya kepada Allah. Dalam menyampaikan risalah ilahiyah itu, utusan Allah memberi kabar gembira berupa kelayakan hidup yang hakiki ketika di Akherat, berupa surga. Sebaliknya memberi ancaman bagi mereka yang menyimpang dari dari jalan yang benar, seperti mempersekutukan Allah.
Mempersekutukan Allah merupakan kejahatan terbesar dan tak bisa diampuni. Ketika kejahatan terbesar ini tersebar luas, maka Allah mengutus nabi-rasul untuk berjihad guna mengembalikan kepada fitrah manusia. Fitrah manusia adalah mengagungkan Allah dan menyembah serta mengikuti aturan Allah sesuai dengan kemampuannya. Siapapun yang patuh dan tunduk pada ajakan nabi akan mendapatkan rahmat (surga), dan yang menolak dan membangkang akan jauh dari rahmat Allah, mendapatkan kehinaan di akherat berupa siksa neraka.(Surabaya, 20 Januari 2022)
Editor: (SS/Humas DDII Jatim