Laa Ilaha Illallah : Penentu Kemuliaan dan Kehinaan Hamba

Dr. Slamet Muliono Redjosari
Pengurus DDII Jatim Bidang Pemikiran lslam

Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Menegakkan kalimat Tauhid (Laa ilaha illallah) merupakan misi terdepan dan paling utama dari para nabi dan rasul. Namun memperjuangkan tegaknya kalimat ini dipastikan akan mendapatkan konsekuensi-konsekuensi, seperti gangguan, teror, ancaman, dan pembunuhan. Namun kemuliaan dan keagungan akan mereka terima baik di dunia maupun akherat. Sebaliknya kehinaan dan kebinasaan akan mereka petik ketika tegaknya kalimat tauhid ini. Khadijah dan Abu Thalib merupakan dua sosok manusia yang memperoleh kedudukan yang berbeda di akherat. Khadijah sosok tegar yang mendampingi Nabi dalam memperjuangkan kalimat ini, sehingga diganjar surga. Sementara Abu Thalib juga teguh membela keponakannya (Muhammad) hingga rela menghadang perlawanan kolektif orang kafir Quraisy. Namun tidak sempat berucap dengan kalimat tauhid, sehingga digajar ke neraka. Hal ini menunjukkan bahwa kalimat tauhid membuat hamba mulia atau hina. Mulia dan masuk surga ketika berdiri membelanya, sebaliknya terhina dan berakhir penyesalan ketika menolak kalimat mulia itu.


Perjuangan Tegaknya Tauhid


Nabi Muhammad tidak berhenti berjuang untuk memastikan tauhid hingga pemuka kafir Quraisy melakukan berbagai strategi untuk mengakhiri dakwahnya. Strategi beragam mulai dari teror yang bersifat psikologis maupun fisik. Teror psikologis dan ancaman tidak berhasil berhasil dakwah Nabi. Bahkan mereka membujuk dengan memberi iming-iming duniawi. Namun berbagai tekanan dan cobaan itu tidak berhasil menghentikan semangat Nabi Muhammad dalam mendakwahkan tauhid.


Utbah bin Rabi’ah, yang cerdas, pintar, kaya, dan disegani kaum Quraisy, pernah mendatangi nabi guna menghentikan dakwah Islam. Utbah menawarkan harta, wanita, kekuasaan, dan tukang sihir. Utbah memastikan akan mengumpulkan harta sesuai yang diminta Nabi Muhammad, dan akan memberikannya. Mereka juga siap memilih wanita-wanita terbaik, cantik rupawan untuk dipersembahkan. Kekuasaan juga dibuat dengan menjadikan para pemimpin Quraisy, serta menyiapkan tukang sihir guna mengobati Nabi Muhammad yang dipandang sakit.


Alih alih berhasil menghentikan dakwah Islam, Utbah justru putus asa dan meminta tokoh kaum kafir Quraisy untuk membiarkan Nabi Muhammad berdakwah. Semua tawaran itu tidak digubris, dan nabi pun membalik-balik dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an. Nabi membacakan surat Fushshilat : 1-37. Setelah dibacakan ayat itu hingga tuntas, Utbah langsung terdiam dan memegang mulut agar membaca bacaannya. Setelah kejadian itu, Utbah kembali kepada teman-temannya dalam keadaan lemas dan sehingga tidak bersalah terkena sihir Nabi Muhammad.

Ketidakberhasilan menghentikan dakwah tauhid, membuat mereka melakukan aksi boikot. Aksi boikot berlangsung 3 tahun, namun Allah menolong sehingga batal aksi boikot itu. Terhentinya aksi boikot itu tidak lepas dari peran lima orang, Hisyam bin Amr dari Bani Luhay, Muth’im bin Adi dari bani Naufal, Zuhair bin Abi Umayyah, al Bukhturi bin Hisyam, dan Zam’ah bin Al-Aswad bin Muthalib. Mereka bersimpati dan membiarkan bani Hasyim menderita hingga banyak sakit dan bahkan meninggal.


Batalnya boikot itu tidak lepas dari kedatangan Abu Thalib yang mengabarkan bahwa keponakannya (Muhammad) mengatakan bahwa kertas yang berisi butir-butir pelarangan itu dimakan rayap, kecuali kalimat bismika Allohumma. Mereka pun memasuki ka’bah dan ingin membuktikannya. Mereka semua terperanjat karena apa yang disampaikan Abu Thalib benar-benar terjadi.


Peristiwa besar itu tidak membuat tokoh-tokoh kafir Quraisy masuk Islam. Nabi Muhammad saat diboikot ada di suatu lembah yang jauh dari Ka’bah dan tidak mungkin mengetahui termakannya rayap kertas perjanjian itu, kecuali dapat berita dari Allah. Aksi boikot semakin mengokohkan kegigihan Nabi untuk berdakwah dalam tauhid, meskipun banyak pemuka Quraisy tetap kokoh melakukan perlawanan.


Tauhid dan Kemuliaan


Khadijah merupakan sosok yang membela dan mendampingi sang suami (Nabi Muhammad) dalam memperjuangkan tegaknya kalimat tauhid. Seluruh tenaga, pikiran, dan harta kekayaannya digunakan untuk mendukung dakwah nabi. Khadijah berfokus pada multi talentanya untuk menolong Nabi dalam berdakwah. Atas jerih jerih jerihnya, Jibril pun mengabarkan Allah mengirim salam kepadanya. Jibril juga mengabarkan bahwa Allah menyiapkan rumah di surga yang di dalamnya tidak ada atau kegaduhan. Atas usaha maksimal untuk ikut bersinergi bersama dengan kehidupan Rasulullah, Khadijah memperoleh jaminan yang tenang dan aman di surga.


Berbeda dengan nasib Abu Thalib yang membantu untuk membantu dan membantu Nabi. Beliau sangat mencintai nabi selama hidupnya untuk melindungi Nabi Muhammad dari tekanan, ancaman, dan gangguan orang kafir Quraisy. Beliau sangat mencintai dan mendidik penuh kasih. Bahkan seluruh energinya digunakan untuk membantu anak saudaranya ini.


Perjuangan Abu Thalib yang berkorban untuk membela Nabi Muhammad tidak masuk ke dalam surga. Hal ini karena sebelum ajal, Nabi mengajaknya untuk mengucapkan kalimat tauhid. Beliau tidak bisa mengucapkan kalimat itu, karena di sampingnya ada kawan dekat, Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah. Mereka berdua mengawal agar detik-detik kematian Abu Thalib tetap berpegang teguh pada agama Abdul Mutholib. Padahal Nabi berusaha berkali-kali agar mrngucapkan kalimah “Laa ilaha Illallah.” Namun keberadaan Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah menjadi penghalang keislamannya


Nabi pun hingga terus berdoa kepada Allah agar diampuni. Namun Allah pun menurunkan ayat yang artinya: “Tidak ada bagi Nabi dan orang-orang yang percaya memohon ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, meskipun orang-orang itu kaum kerabat-(nya), setelah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang itu -orang musyrik itu penghuni neraka Jahannam.” (QS. Ata-Taubah : 113)


Begitu tingginya kalimat tauhid sehingga bisa menempatkan seseorang di tempat yang mulia dan hina. Khadijah memperoleh jaminan surga hidupnya dipertaruhkan untuk tegaknya tauhid, sementara Abu Thalib tetap berpegang pada agama nenek moyangnya, dan tidak bisa mengucapkan kalimat tauhid, sehingga menempatkan dirinya masuk neraka.

Surabaya, 18 Nopember 2021

Ed: Sudono Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *