Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Anggota Bidang Pemikiran lslam DDII Jatim
dewandakwahjatim.com – Pintu ampunan Allah tidak pernah tertutup, dan bahkan dibuka lebar-lebar untuk menerima pengakuan dosa manusia. Adam pernah dikeluarkan dari surga, dan diterima tobatnya, dan bahkan dijanjikan bisa masuk surga kembali. Nabi Yunus pernah marah kepada kaumnya, dan kemudian ditelan ikan. Setelah bertobat beliau dikeluarkan dari perut ikan dan kembali bersama kaumnya. Nabi Musa juga pernah berbuat dosa dengan memukul pemuda hingga terbunuh, tetapi Allah memaafkannya, dan mengangkatnya sebagai Nabi dan rasul. Allah Maha Pemaaf terhadap hamba-Nya sehingga menutup pintu tersebarnya dosa.
Ketergelinciran Manusia
Manusia tidak lepas dari dosa tetapi Allah pernah pernah menutup pintu untuk menerima tobat manusia. Keluarnya Adam dari surga jelas sebuah kesalahan besar. Karena Allah sudah memberi kebebasan untuk tinggal di surga, dan menjelaskan larangan agar tidak mendekati sebuah pohon. Namun Adam melanggarnya sehingga Allah pun mengusirnya dari surga, sebagaimana firman-Nya :
“Lalu setan memperdayakan keduanya dari surga sehingga keduanya dikeluarkan dari (segala kenikmatan) ketika keduanya di sana (surga). Dan Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.” (QS. Al-Baqarah : 36)
Adam menyadari kesalahannya, dan Allah pun memaafkan dosanya dan memberi peluang untuk bisa masuk surga kembali dengan bermodal amal kebaikan.
Nabi Yunus pun melakukan kesalahan sama, sebagaimana yang pernah dilakukan Adam, dimana dia lari dari tugas membimbing kaumnya. Terdorong rasa amarah, Nabi Yunus meninggalkan kaumnya, sehingga Allah pun menghukumnya, dan membiarkannya tertelan ikan. Setelah bertobat beliau pun dikeluarkan dari perut ikan, dan bisa bertemu serta hidup bersama kaumnya.
Hal yang sama juga terjadi pada Nabi Musa, dimana ketika belum diangkat menjadi nabi dan rasul, pernah memukul seorang pemuda hingga terbunuh. Musa pada saat itu merasa berdosa dan bertobat. Allah pun memaafkannya, dan bahkan mengangkatnya sebagai Nabi dan rasul. Pengakuan dosa dari Musa itu diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya :
“Dan dia (Musa) masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka dia mendapati di dalam kota itu dua orang laki-laki sedang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan yang seorang (lagi) dari pihak musuhnya (kaum Fir’aun). Orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk (mengalahkan) orang yang dari pihak musuhnya, lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Dia (Musa) berkata, ‘Ini adalah perbuatan setan’. Sungguh dia (setan itu) adalah musu yang menyesatkan” (QS. Al-Qashash : 15)
Pengakuan Dosa
Semua kesalahan manusia tidak lepas dari peran serta setan yang membisikkan perbuatan jahat dalam hati manusia. Nabi Adam yang terusir dari surga, Nabi Yunus tertelan ikan di laut, dan Nabi Musa yang melarikan diri dari kampong halamannya merupakan efek perbuatan dosa. Namun Allah memaafkan semua kesalahan meraka karena pengakuan dosa secara mendalam.
Allah juga memaafkan dosa kaum muslimin pada saat Nabi Muhammad masih hidup. Di saat perang Uhud, pasukan pemanah kaum muslimin yang ada di bukit Uhud melakukan kesalahan besar. Mereka tergoda bisikan iblis sehingga berbondong-bondong turun bukit, dan meninggalkan tempatnya, untuk berebut ghanimah (rampasan perang). Akibat perbuatan ini, orang-orang kafir menempati posisinya dan berhasil membunuh pasukan kaum muslimin sedang berebut ghanimah.
Atas kesalahan besar ini, Allah memaafkan kesalahan mereka. Mereka tergelincir karena bisikan setan untuk mendapatkan ghanimah sehingga meninggalkan posisinya yang sangat strategis. Allah memaafkan mereka yang ikut perang. Niat mereka di awal semata-mata berjihad, tetapi di tengah-tengah perjalanan perang mereka tergelincir oleh godaan setan. Allah mengabadikan pengampunan atas kesalahan mereka, sebagaimana firman-Nya :
Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antara kamu ketika terjadi pertemuan (pertempuran) antara dua pasukan itu, sesungguhnya mereka digelincirkan oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan (dosa) yang telah mereka perbuat (pada masa lampau), tetapi Allah benar-benar telah memaafkan mereka. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun. (QS. Ali ‘Imran : 155)
Semua perbuatan dosa manusia tidak pernah lepas dari tipu daya setan yang ingin menggelincirkan manusia. Iblis sebagai makhluk bodoh, dan memiliki sifat jahat. Dikatakan bodoh karena dia menolak perintah Sang Rabbul ‘Alamin untuk sujud kepada Adam. Dikatakan jahat karena dia tidak betobat dan justru berikrar akan menjerumuskan anak cucu Adam.
Apa yang dilakukan Iblis untuk menggelincirkan manusia sudah terbukti, sebagaimana yang menimpa Nabi Adam, Nabi Yunus, dan Nabi Musa. Namun mereka bertiga memiliki kelembutan hati dan segera menyadari kesalahannya serta bertobat. Sementara Iblis tetap dalam kebodohan dan kejahatannya dengan menggoda manusia untuk membersamainya di neraka.
Allah Maha Pemaaf atas hamba-hamba-Nya yang mengakui dosa dan kesalahannya. Tetapi seringkali manusia putus asa dari rahmat dan karunia-Nya, hingga lupa meminta ampun. Bahkan tidak sedikit yang larut dalam dosa, serta lupa meminta ampunan. Ketika tidak meminta ampunan dan larut dalam dosa merupakan tradisi iblis yang telah melakukan kesalahan dan tidak segera bertobat, dan justru mengajak pihak lain untuk berbuat dosa.(sudono/ed)
Surabaya, 22 Maret 2021