SILAKAN BANDINGKAN PIDATO MENTERI PENDIDIKAN DENGAN AJARAN KI HADJAR DEWANTARA

Artikel Terbaru (ke-1.519)
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

Ketua Umum Dewan Dakwah

Dewandakwahjatim.com, Depok - Mendikbud Ristek Nadiem Makarim, dalam pidatonya 2 Mei 2023, menyebutkan, bahwa:  

“Selama tiga tahun terakhir, perubahan besar terjadi di sekitar kita, di mana-mana dari ujung barat sampai ujung timur Indonesia. Sebanyak 24 episode Merdeka Belajar yang telah diluncurkan membawa kita semakin dekat dengan cita-cita luhur Ki Hadjar Dewantara, yaitu pendidikan yang menuntun bakat, minat, dan potensi peserta didik agar mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai seorang manusia dan sebagai anggota masyarakat.”


Menurut Menteri Nadiem, anak-anak kita sekarang bisa belajar dengan lebih tenang karena aktivitas pembelajaran mereka dinilai secara lebih holistik oleh gurunya sendiri. Para kepala sekolah dan kepala daerah yang dulu kesulitan memonitor kualitas pendidikannya sekarang dapat menggunakan data Asesmen Nasional di Platform Rapor Pendidikan untuk melakukan perbaikan kualitas layanan pendidikan.


Juga, kata Menteri, para guru sekarang berlomba-lomba untuk berbagi dan berkarya dengan hadirnya Platform Merdeka Belajar. Selain itu, guru-guru yang dulu diikat berbagai peraturan yang kaku sekarang lebih bebas berinovasi di kelas dengan hadirnya Kurikulum Merdeka.


Sejalan dengan Kurikulum Merdeka yang menekankan pembelajaran mendalam untuk mengembangkan karakter dan kompetensi, seleksi masuk perguruan negeri pun sekarang fokus pada mengukur kemampuan literasi dan bernalar.
“Perjalanan harus kita lanjutkan, perjuangan mesti kita teruskan, agar semua anak bangsa merasakan kemerdekaan yang sebenar-benarnya dalam belajar dan bercita-cita. Oleh karena itu, mari kita semarakkan hari ini dengan semangat untuk meneruskan perwujudan Merdeka Belajar, Mendidik Pelajar Pancasila yang cerdas berkarakter, dan membawa Indonesia melompat ke masa depan dengan pendidikan yang memerdekakan.”
*
Begitulah isi pidato Mendikbud Ristek Nadiem Makarim dalam Peringatan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2023. Kita perlu mengapresiasi segala macam cita-cita dan upaya perbaikan yang dilakukan Kemendikbud. Tetapi, kita juga perlu menelaah dengan cermat apa sebenarnya konsep pendidikan yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara, baik tujuan maupun kurikulum pendidikannya.


Menurut Menteri Nadiem, program Merdeka Belajar telah: “membawa kita semakin dekat dengan cita-cita luhur Ki Hadjar Dewantara, yaitu pendidikan yang menuntun bakat, minat, dan potensi peserta didik agar mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai seorang manusia dan sebagai anggota masyarakat.”
Memang, begitulah cita-cita pendidikan Ki Hadjar. Dalam satu tulisannya, Ki Hadjar mencatat: “Bagi manusia yang mempunyai hidup lahir dan hidup batin, pendidikan itu tidak saja mengandung pengajaran mencahari makan untuk keselamatan lahir, akan tetapi bersifat memajukan kehidupan batin pula agar mencapai hidup bahagia.”
Jadi, tujuan pendidikan, menurut Ki Hadjar ialah: “kesempurnaan hidup lahir batin sebagai satu-satunya untuk mencapai hidup selamat dan bahagia manusia, baik sebagai satu-satunya orang (individu) maupun sebagai anggota masyarakat (sosial).”
Jadi, benarlah, Ki Hadjar mencitakan pendidikan yang mampu melahirkan manusia yang bahagia, baik secara individu maupun masyarakat. Tetapi, Ki Hadjar Dewantara juga mengingatkan, bahwa pendidikan – dalam sifatnya yang paling sederhana ialah mengajarkan mencari makan untuk

mempertahankan hidup serta mencari keselamatan.
Peringatan Ki Hadjar ini sangat penting, agar pendidikan kita tidak berhenti pada taraf terendah yang sama dengan binatang, yaitu sekedar upaya untuk bisa hidup dan bisa selamat. Pendidikan harus membentuk manusia yang berilmu dan beradab.
Karena itulah Ki Hadjar mengingatkan bahaya pendidikan Barat yang terlalu mementingkan kenalaran semata-mata sehingga menimbulkan intelektualisme. Selanjutnya, intelektualisme melahirkan sikap egoisme dan egosentrisme. Dalam pendidikan seperti ini, aspek budi pekerti tak dapat berkembang.


Untuk mencapai tujuan pendidikan itu, maka Ki Hadjar merumuskan tahapan pendidikan dalam empat tahap: syariat, hakikat, tarekat, dan makrifat. “Ingatlah saya di sini akan suatu ajaran, yang senantiasa saya pakai sebagai “pegangan”, yaitu bahwa: Syariat tanpa hakikat adalah kosong, sedangkan hakikat tanpa syariat adalah batal,” tulis Ki Hadjar Dewantara.


Empat tahapan pendidikan itu ialah: (1) Taman indria dan taman anak (umur 5-8 tahun), (2) Taman muda (umur 9-12 tahun), (3) Taman Dewasa (umur 14-16 tahun), (4) Taman Guru atau Taman Pamong (17-20 tahun).


Pada tahap anak-anak, mereka dilatih dengan pembiasaan-pembiasaan. Pada tahap Taman Muda, anak-anak mulai diberi pengertian tentang segala tingkah laku kebaikan. Di tahap Taman Dewasa, para siswa mulai diberi pelatihan segala laku yang sukar dan berat, dengan niat yang disengaja. Dan pada tahap Taman Guru, inilah saatnya para siswa memasuki periode makrifat, yang berarti mereka berada di alam tingkatan “pemahaman”.
Ki Hadjar Dewantara sangat menekankan masalah adab dalam pendidikan. Sampai-sampai adab pergaulan antara siswa pun sangat diperhatikan. Misalnya, Ki Hadjar memperingatkan, jika siswa perempuan sudah berumur 14 tahun dan laki-laki 16 tahun, maka: “pergaulan laki-laki dan perempuan harus sudah diatur dengan asas kesucian dan sifat kesopanan.”


Misalnya, orang tua harus membuat paraturan sebagai berikut: “Janganlah mengijinkan anak perempuan bepergian sendirian dengan laki-laki, walaupun waktu siang. Kalau perlu pergi dengan laki-laki, baiklah membawa teman satu lagi, baik perempuan maupun laki-laki. Kalau seorang gadis berjalan sendirian dengan seorang laki-laki, biasanya ada syaitan yang mengikuti.”


Nah, silakan dicermati, apakah ajaran-ajaran pendidikan dari Ki Hadjar Dewantara itu benar-benar telah diterapkan oleh para pejabat pendidikan kita? Wallahu A’lam bish-shawab. (Depok, 2 Mei 2023).

NB. (Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dikutip dari buku: Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, dan Sikap Merdeka (I, Pendidikan), Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Yogyakarta: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, 2013).

Admin: Sudono Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *