Dr. Slamet Muliono Redjosari
Pengurus DDII Bidang Pemikiran lslam Jarim
Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Allah mengangkat derajat seseorang dengan menghadapkan pada suatu persoalan. Dengan adanya persoalan, manusia menjadi dewasa dan matang. Bukannya menghadapi kesulitan dengan lapang data, kebanyakan manusia justru putus asa atau lari darinya. Allah sendiri menjanjikan ketika manusia menghadapi kesulitan dengan sabar dan tegar, maka akan muncul kemudahan sebagai jalan keluar. Tidak sedikit seseorang yang sabar ketika menghadapi kesulitan, menemukan kemudahan dan berbuah kemuliaan. Nabi dan rasul bisa dijadikan sebagai sosok manusia yang memperoleh kemuliaan setelah menghadapi kesulitan. Utusan Allah itu merupakan representasi manusia mulia yang telah melewati banyak ujian, sehingga mereka diabadikan sebagai manusia pilihan.
Kesulitan dan Kemudahan
Allah menhadapkan manusia dengan satu persoalan, tidak lain untuk menguji guna menaikkan atau menurunkan derajatnya. Ketika manusia berhasil menghadapi kesulitan, maka Allah akan memudahkannya. Dengan adanya kemudahan itu, maka akan terbuka pintu-pintu kebaikan.
Kebanyakan manusia justru putus asa atau lari ketika menghadapi persoalan. Ketika putus asa, maka persoalan itu bukan selesai, namun berlarut-larut dan berdampak negatif pada dirinya. Sebaliknya bagi mereka berhasil menghadapi kesulitan, maka mereka akan mendapat berbagai macam kebaikan.
Allah sendiri menunjukkan bahwa setelah kesulitan akan muncul kemudahan. Persoalan itu pada hakekatnya kecil, dan pasti ada jalan keluar. Jalan keluar itu muncul setelah manusia melakukan berbagai usaha dan upaya untuk menyelesaikannya. Bahkan Allah menunjukkan bahwa setelah kesulitan akan lahir kemudahan yang berbuah kebaikan yang banyak. Hal ini termaktub sebagaimana firman-Nya :
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, “sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah : 6)
Dalam ayat ini, Allah mengulang dua kata dalam satu narasi. kalimat “Bersama kesulitan ada kemudahan” sengaja diulang Allah secara berurutan. Bahkan Allah menggunakan kata الْعُسْر yang berarti hanya satu atau sedikit persoalan. Dan setelah kata الْعُسْر itu, Allah menyambung dengan kata يُسْرًا Hal itu menunjukkan bahwa setelah manusia berhasil menghadapi satu kesulitan, maka akan muncul banyak kemudahan. Kesulitan itu hanya sebentar, tidak lama, dan setelah itu muncul kemudahan yang mendatangkan kebahagiaan
Apa yang dialami Nabi Muhammad bisa dipakai sebagai contoh, dimana ketika beliau berdakwah menghadapi kesulitan seperti cemoohan dan perlawanan dari para pembesar Quraisy. Menghadapi kesulitan seperti ini, beliau tetap bersabar dan teguh di atas kebenaran. Nabi Muhammad pun tidak putus ada atau lari dari persoalan. Atas kesabaran beliau, maka Allah memberi jalan keluar dengan berbagai kemudahan.
Perjuangan nabi dalam menghadapi satu peperangan dengan peperangan yang lain, berakhir dengan kemenangan gemilang. Ketika sebelum berdakwah, Nabi dipandang remeh, dan terkucil. Namun berkat kesabarannya, Allah mengangkat derajat beliau dengan takluknya negara-negara Jazirah Arab. Bahkan negara-negara besar seperti Persia dan Romawi bisa ditundukkan dengan ijin Allah.
Kemuliaan Pasca Kesabaran
Kesabaran di dalam menghadapi kesulitan merupakan kunci diperolehnya kemuliaan. Apa yang dialami oleh Nabi Musa bisa dijadikan contoh. Beliau demikian sabar dan terus berjuang menghadapi kedzaliman Fir’aun. Beliau tetap gigih dalam berjuang meskipun berbagai pendustaan dan penistaan telah diterimanya. Bahkan beberapa mukjizat telah ditunjukkan secara nyata telah ditunjukkan, namun Fir’aun tetap kokoh dalam penyimpangan. Berubahnya tongkat menjadi ular, telapak tangan nabi Musa keluar cahaya putih, serta mukjizat lain yang jelas-jelas telah disaksikan, namun tetap membuat Fir’aun sombong dan angkuh di atas keyakinannya
Atas sikapnya yang sombong dan angkuh itu, maka Allah menolong Nabi Musa. Sebagai pembangkang yang tidak pernah berhenti menolak kebenaran, maka Allah menolong Nabi Musa dengan menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya.
Dalam menolong hamba-hamba-Nya, Allah tidak langsung mengambil alih seluruh persoalan yang dihadapi manusia, tetapi memberi keleluasaan mereka untuk menghadapi persoalan. Setelah melihat usaha dan kesungguhan manusia dalam menghadapi kesulitan, maka Allah memberi jalan keluar yang tidak pernah diduga. Ketika seseorang menghadapi kesulitan ekonomi, maka dia sabar dengan terus berusaha bekerja dengan giat da tetap memegang amanah. Dia tetap jujur, dan disiplin dalam bekerja, serta tidak lupa menyandarkan nasib hidupnya pada Sang Pencipta.
Kesabaran menghadapi kesulitan ekonomi, dengan tetap bekerja keras dan sungguh-sungguh menjaga hubungan baiknya dengan Allah. Dia istiqamah dalam memegang, beribadah dengan rajin, selalu jujur pada majikannya, maka Allah mengangkat derajatnya. Allah pun memudahkan jalan hidupnya. Atas kerja keras dan kejujurannya, perusahaan tempatnya bekerja memberikan jabatan yang layak, dan Allah pun membantu dengan membuka hati siapapun yang dikehendaki-Nya, sehingga orang ini mendapatkan kemuliaan di mata teman dan koleganya.
Andaikata saat kesulitan ekonomi, dia malas bekerja, dan tidak jujur, serta tidak menjaga hubungan baik dengan Allah, maka dia akan menghadapi banyak kesulitan dan tidak akan mendapatkan posisi penting di perusahaannya. Disinilah kesuksesan seseorang karena dia tetap menjaga hubungan baik dengan manusia, tetap bekerja keras, dan istiqamah dalam menjaga hubungan baik dengan Allah.
Disinilah hakekat tetap bekerja untuk satu urusan, dan urusan lain akan selalu menyusul sebagaimana firman-Nya :
“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),” (QS. Al-Insyirah : 7)
Satu urusan tidak akan berhenti dan terus akan berganti. Manusia akan terus menghadapi satu kesulitan, dan pasti akan berakhir dengan kemudahan. Hal itu merupakan perputaran sejarah sebagaimana roda kehidupan, dan demikian itu akan terhenti ketika kematian tiba.
Surabaya, 22 Mei 2022