“Merayakan” Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan

Oleh M. Anwar Djaelani, pengurus Dewan Da’wah Jawa Timur

Dewandakwahjati.com, Surabaya – Di sepuluh hari terakhir Ramadhan Allah menyiapkan “sajian” yang sangat istimewa bernama Lailatul Qadr, sebuah malam kemuliaan yang lebih baik dari seribu bulan. Oleh karena itu, sikap terbaik kita adalah dengan “merayakan” (baca: menghidup-hidupkan) babak penting di Ramadhan itu.

Jangan Kalah!

Nyaris selalu berulang di setiap tahun, tentang berbagai “kesibukan” (sebagian) kaum Muslimin menjelang Hari Raya Idul Fitri atau di negeri ini juga popular disebut lebaran. Di antara “kesibukan” itu, misalnya ada yang berburu tiket untuk mudik ke kampung halaman.

Berita-berita dengan isi seperti di atas mengonfirmasikan kepada kita bahwa aktivitas mudik untuk berhari-raya di kampung halaman masih dilakukan banyak orang karena dinilai sebagai tradisi yang baik.

Mudik? Adakah yang perlu kita kritisi? Boleh jadi, ada beberapa hal yang perlu menjadi bahan introspeksi kita bersama. Antara lain, pertama, sebagian dari pemudik itu membatalkan puasanya dengan dalih sedang menjadi musafir. Maka, sebagian dari mereka-pun merasa seperti tak bersalah saat secara demonstratif makan-minum di tempat-tempat terbuka. Padahal, pemandangan yang seperti ini bisa menjadi “iklan” yang tak bagus tentang (umat) Islam.

Kedua, karena begitu banyak orang yang mudik di waktu yang bersamaan, terjadilah situasi yang bisa tak menyenangkan. Misal, bertumpuknya banyak kendaraan di jalan kerap menimbulkan kemacetan. Lalu, tak sedikit yang tak bisa menahan diri. Sebagian kemudian saling serobot dengan berbagai efek sampingnya seperti jalan menjadi semakin macet, berkata-kata kasar kepada para penyerobot,
dan lain-lain. Tentu saja, hal-hal seperti ini sama sekali bukan
“promosi” yang menarik tentang (umat) Islam.

Adapun kebiasaan lain adalah menyiapkan hal-hal yang dianggap bertalian dengan Idul Fitri. Misal, menyiapkan baju baru, perabot rumah baru, kue-kue, atau pernik-pernik lain yang serupa dengan itu. Maka, terutama di sepuluh hari terakhir Ramadhan, pasar-pasar (yang tradisional ataupun yang modern) penuh dengan pengunjung. Sementara, masjid semakin jauh berkurang pemakmurnya.

Istimewa, Istimewa!

Adapun yang istimewa di sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah adanya Lailatul Qadr. Pada malam tersebut, Allah menurunkan untuk kali pertama Al-Qur’an kepada Rasulullah Saw. Setelah itu, Al-Qur’an diturunkan secara bertahap, selama kurang-lebih 23 tahun yaitu 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Peristiwa turun kali pertama Al-Qur’an itu diabadikan Allah dalam firman-Nya sebagai berikut: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan” (QS Al-Qadr [97]: 1).

Apa keutamaan Lailatul Qadr? Perhatikanlah ayat ini: “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan” (QS Al-Qadr [97]: 3). Maksud ayat itu, beribadah di malam itu dengan segenap ketaatan (seperti–antara lain-shalat, membaca Al-Qur’an, dzikir, dan doa) bernilai lebih baik jika dibandingkan dengan beribadah yang serupa itu selama seribu bulan. Perhatikanlah riwayat dari Anas Ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya bulan ini (Ramadhan) telah datang kepadamu. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilai keutamaannya lebih baik daripada seribu bulan. Barangsiapa yang mengabaikannya, maka ia terabaikan dari segala kebaikan. Tidak ada yang mengabaikannya kecuali orang yang diabaikan” (HR Ibnu Majah).

Pada Lailatul Qadr para Malaikat turun ke bumi membawa kebaikan, keberkahan, dan rahmat. Perhatikanlah ayat ini: “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan” (QS Al-Qadr [97]: 4).

Lailatul Qadr adalah malam kesejahteraan dan keselamatan, seperti yang disebutkan di ayat ini: “Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar” (QS Al-Qadr [97]: 5). Lebih lanjut, pada malam itu, hamba Allah yang shalih dan menjumpai Lailatul Qadr akan diampuni dosa-dosanya lantaran ketaatannya kepada Allah. Tentang ini, dari Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa beribadah pada malam Lailatul Qadr karena keimanan dan mengharapkan  pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR Bukhari dan Muslim).

Berdasarkan HR Bukhari dan Muslim, kita diminta mencari Lailatul Qadr pada salah satu dari malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Lalu, apa tanda-tanda kehadiran Lailatul Qadr?

Bahwa berdasar HR Muslim, malam itu cerah serta tidak terasa dingin dan juga tidak terasa panas. Matahari di pagi harinya terlihat merah dan redup atau tidak terlalu terang seperti biasanya.

Bagaimana cara mendapatkan Lailatul Qadr? Adakah kiat menjumpai “Malam yang lebih baik dari seribu bulan” itu? Untuk mendapatkannya, memang tak ada pilihan lain kecuali kita harus terus-menerus beramal-shalih secara istiqomah di sepanjang hari, di sepanjang malam, di sepanjang bulan Ramadhan dan terutama di sepuluh malam yang terakhirnya.

Lebih khusus lagi, adanya sunnah untuk beri’tikaf di masjid pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan harus kita manfaatkan dengan
sebaik-baiknya. Sebab, di antara kegunaan yang bisa kita peroleh adalah
lebih memberi peluang untuk menjumpai Lailatul Qadr.

Masih adakah cara lain? Usahakan selalu melaksanakan shalat lima waktu berjamaah. Perhatkanlah Hadits berikut ini: “Barangsiapa shalat maghrib dan isya’ dengan berjamaah sampai habis masa bulan Ramadhan, maka ia telah mendapatkan bagian yang banyak dari (keutamaan) Lailatul Qadr” (HR Al-Baihaqi).

Hal penting lain, petunjuk berikut ini! Aisyah Ra berkata: “Nabi Saw apabila memasuki sepuluh malam terakhir (Ramadhan), maka beliau mengencangkan kainnya (tidak menggauli istrinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya” (HR Bukhari).

Jangan Lepas

Jangan abaikan kehadiran sepuluh hari terakhir Ramadhan. Jangan lepas peluang untuk mendapatkan Lailatul Qadr hanya karena kita terbuai oleh aktivitas mudik yang melelahkan dan aktivitas lainnya yang
melenakan. Alhasil, terutama di malam-malam di sepuluh hari terakhir
Ramadhan, mari rayakan dengan sepenuh pengabdian kepada Allah. []

Editor: Sudono Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *