HARAPAN ABADI UNTUK PERGURUAN TINGGI ISLAM

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

Pada tahun 1960, Presiden Soekarno mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No.11/1960 tentang Pembentukan IAIN. Disebutkan dalam Perpres tersebut: Menimbang: a. Bahwa sesuai dengan Piagam Jakarta tertanggal 22 Juni 1945 yang menjiwai dan merupakan rangkaian kesatuan dengan Konstitusi tersebut, untuk memperbaiki dan memajukan pendidikan tenaga ahli Agama Islam guna keperluan Pemerintahan dan masyarakat dipandang perlu untuk mengadakan Institut Agama Islam Negeri.
Pada pasal 2 Perpres No 11/1960 tersebut juga disebutkan, bahwa: “IAIN tersebut bermaksud untuk memberi pengajaran tinggi dan menjadi pusat untuk memperkembangkan dan memperdalam ilmu pengetahuan tentang Agama Islam.”
Pada bagian ‘Pendjelasan Atas Perpres No. 11 Tahun 1960 Tentang Pembentukan IAIN disebutkan, bahwa “Pada waktu Pemerintah Republik Indonesia berpusat di Yogjakarta, maka Yogjakarta sebagai penghargaan dari Pemerintah dijadikan Kota Universitas. Pada golongan Nasional diberikan Universitas Gajah Mada yang pada waktu itu adalah usaha swasta, kemudian dijadikan Universitas Negeri (Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1950). Pada golongan Umat Islam diberikan Perguruan Tinggi Agama Islam (Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1950), yang diambilnya dari Fakultas Agama Universitas Islam Indonesia.”
Menyimak Perpres No. 11/1960 tersebut, maka tampaklah, bahwa umat Islam Indonesia diberi hadiah istimewa berupa Perguruan Tinggi Islam, yaitu Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Bahkan, Piagam Jakarta disebut dalam konsideran. Pun ditegaskan dalam Perpres itu: “IAIN tersebut bermaksud untuk memberi pengajaran tinggi dan menjadi pusat untuk memperkembangkan dan memperdalam ilmu pengetahuan tentang Agama Islam.”


Pada 22 Desember 2005, dalam acara workshop di UIN Jakarta yang diprakarsai oleh Direktur Pasca Sarjana UIN Jakarta, saa itu. Makalah dalam workshop itu lalu saya kembangkan dan kemudian terbit dalam satu buku berjudul: “Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi” (Jakarta: GIP, 2006).
Umat Islam tentu bersyukur dan berharap bahwa dari kampus-kampus Islam itu akan lahir para pejuang keilmuan untuk melanjutkan perjuangan Islam di Indonesia. Karena itu, keberadaan kampus-kampus Islam tidak bisa dipisahkan misinya dari gerak dinamika perjuangan Islam. Sebab, selain faktor historisnya, dari kampus ini juga diharapkan akan lahir para cendekiawan atau ulama yang tangguh dalam memperjuangkan Islam.
Karena itu, adalah tidak sewajarnya, jika dari kampus ini dibiarkan saja munculnya berbagai pemikiran dan aktivitas yang justru bertentangan dengan niat dan tujuan pembentukan kampus ini sejak semula. Tidaklah patut, misalnya, kampus Islam meluluskan sarjana-sarjana aqidah yang aktif menentang aqidah dan syariat Islam. Bahkan ada yang secara terbuka menampakkan kebenciannya terhadap Islam, dengan mendukung perkembangan aliran-aliran yang menyimpang dari kebenaran.
Berikutnya, kita patut berharap, bahwa para pimpinan dan dosen Perguruan Tinggi Islam akan mampu dan berani melakukan terobosan dengan meninjau ulang orientasi studi Islam yang berawal dari keraguan dan berakhir dengan keraguan. Tujuan utama mencari ilmu adalah untuk menguatkan iman dan menyempurnakan akhlak mulia; bukan untuk melahirkan keraguan dan kebingungan.
Kini, dunia pendidikan kita dihadapkan pada satu situasi baru, dimana pembelajaran sistem online semakin mendominasi. Ini bukan hanya tantangan, tetapi juga satu peluang. Perguruan Tinggi Islam bisa semakin mengokohkan diri sebagai kampus terbaik dalam penanaman nilai-nilai kebaikan. Itulah makna pendidikan yang sejati!
Hakikat pendidikan adalah penanaman nilai-nilai kebaikan atau nilai-nilai keadilan, sehingga seseorang menjadi semakin adil dan semakin dekat dengan taqwa. Dengan meraih taqwa, maka seorang sukses mencapai tahap kebahagiaan dalam kehidupan.
Sudah lebih dari 60 tahun, umat Islam Indonesia diberikan hadiah dan kesempatan untuk mengembangkan Perguruan Tinggi Islam. Sepatutnya, Perguruan Tinggi Islam menjadi yang terbaik, dengan ciri khasnya sendiri. Semoga Allah SWT memberikan petunjuk dan bimbingan kepada para pimpinan dan dosen Perguruan Tinggi Islam untuk mengemban amanah, menjadikan Perguruan Tinggi Islam sebagai “taman-taman ilmu dan adab”. Aamiin ya Rabbal Alamiin. (Depok, 30 Desember 2021).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *