TIDAK ADA SARJANA DAKWAH YANG “NGANGGUR”

TIDAK ADA SARJANA DAKWAH YANG “NGANGGUR”

Oleh: Dr. Adian Husaini

Ketua Umum DDII Pusat (www.adianhusaini.id)

dewandakwah.com – Pada hari Kamis, 25 Maret 2021, Mohammad Jusuf Kalla — yang akrab disapa JK – meresmikan penggunaan Rumah Susun Mahasiswa (Rusunawa) Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir. Ini tentu saja satu keistimewaan. Di tengah pandemic Covid-19, JK masih bersedia menyempatkan menghadiri acara penting itu.

Memang, Rusunawa sebanyak 28 kamar itu dibangun di masa JK menjadi Wakil Presiden ke-12. Karena itu, dalam sambutannya, JK menyatakan, ia telah meminta izin Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), untuk meresmikan Rusunawa STID Mohammad Natsir itu.
Menteri PUPR berhalangan hadir dan mewakilkan sambutannya kepada Direktur Rumah Susun Kementerian PUPR.
Hadir juga dalam acara peresmian itu perwakilan dari Kedubes Kuwait, Pejabat Pemda Kabupaten Bekasi, Camat, dan Kapolsek Tambun.

Kehadiran Rusunawa itu bertepatan dengan program STID Mohammad Natsir untuk menambah kapasitas mahasiswa yang tinggal di Asrama, yang saat ini mencapai sekitar 600 mahasiswa. Menurut Direktur Rumah Susun PUPR, Dr. Maryoko Hadi, Rusunawa ini dirancang untuk bisa digunakan sampai 50 tahun ke depan. Menteri PUPR berharap, agar Rusunawa ini segera digunakan dan dirawat sebaik-baiknya.

Saat memberikan sambutan atas nama DDII, saya menyampaikan kepada JK dan para hadirin, bahwa dalam perspektif Ilmu Pendidikan, STID Mohammad Natsir sejatinya merupakan kampus dengan sistem pendidikan terbaik. Kampus ini mendidik mahasiswanya untuk berjiwa mandiri dan bermanfaat bagi masyarakat. Sejak berdirinya, tahun 1999, STID Mohammad Natsir telah meluluskan lebih dari 600 sarjana dakwah yang berkiprah di berbagai pelosok tanah air.

Sistem Pendidikan di STID Mohammad Natsir terbilang unik dan “mendahului zaman”. Mereka wajib tinggal di asrama selama dua tahun. Di sinilah mereka dibina iman, taqwa, dan akhlaknya. Pada semester kelima, mereka harus terjun ke masyarakat, dengan cara membantu mengelola masjid-masjid sekitar kampus. Program ini berlangsung selama setahun.


Setelah lulus, para sarjana itu diterjunkan ke daerah-daerah selama dua tahun untuk berdakwah. Mereka bukan hanya mengajar mengaji atau memimpin ibadah, tetapi juga aktif memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Ini adalah pendidikan kepribadian yang sangat penting bagi proses pembentukan kader pemimpin umat di masa depan.
Dalam pertemuan dengan pengurus Ikatan Alumni STID Mohammad Natsir, sehari sebelumnya, saya menyampaikan, bahwa mungkin tanpa disadari, para mahasiswa STID Mohammad Natsir telah menjalani salah satu program pendidikan terbaik. Karena itu, patut disyukuri, bahwa 100 persen lulusannya berguna bagi masyarakat. Tidak ada sarjana dakwah yang “nganggur”, jika mereka sadar akan hakikat dan tujuan hidupnya. Mereka akan selalu semangat untuk belajar untuk meraih ilmu-ilmu yang bermanfaat.


Puluhan lulusan STID Mohammad Natsir telah meraih gelar doktor dan berkiprah dalam Lembaga-lembaga dakwah dan pendidikan. Beberapa diantara mereka telah memimpin pondok-pondok pesantren. Tidak sedikit juga yang mengembangkan kewirausahaan dalam berbagai bidang. Yang menggembirakan, para alumni itu memiliki komitmen untuk membantu pembiayaan kuliah pada mahasiswa STID Mohammad Natsir, baik melalui penggalangan dana infaq maupun penyelenggaraan beberapa jenis usaha.


Setiap tahun, biasanya ada sekitar 1.200 pendaftar. Karena keterbatasan tempat dan dana, hanya sekitar 200 saja yang diterima sebagai mahasiswa STID Mohammad Natsir. Selama ini, semuanya dibiayai kuliahnya oleh DDII. Program ini telah berjalan selama 22 tahun, sehingga saya berani menyampaikan di hadapan JK, bahwa kampus STID Mohammad Natsir adalah kampus terbaik, karena 100 persen lulusannya menjadi dai di tengah masyarakat.
Saya pun menyampaikan, bahwa saya tidak ragu-ragu untuk mengkuliahkan anak saya ke kampus STID Mohammad Natsir. Sebab, kampus DDII ini telah terbukti selama 22 konsisten menjalankan program pendidikan yang melahirkan para pejuang kebenaran.
Allah SWT sudah menyebutkan: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim!” (QS Fushshilat: 33)

Ayat al-Quran itu sangat terkenal di kalangan para dai dan mahasiswa bidang studi ilmu Dakwah. Sepatutnya, anak-anak muslim berebut dan bangga menjadi mahasiswa ilmu dakwah. Sebab, berdakwah dan menjadi dai adalah aktivitas yang paling mulia.
Tetapi, faktanya, banyak pelajar muslim lulusan SMA yang pintar, tidak bangga memasuki program studi ilmu dakwah. Jawabnya sederhana: mungkin karena program studi itu dianggap kurang ”keren”; dianggap kurang menjanjikan lapangan kerja yang menghasilkan banyak uang.


Inilah problem serius yang dihadapi Perguruan Tinggi Islam, khususnya Kampus Dakwah seperti STID Mohammad Natsir. Kampus-kampus Islam itu masih dipaksa untuk mengikuti konsep kampus industri. Setiap pendirian prodi (program studi/jurusan) disyaratkan kejelasan prospek lapangan kerja bagi lulusannya.
”Nanti lulusannya kerja dimana?” Itu pertanyaan yang biasa ditanyakan, saat visitasi pendirian suatu program studi. Padahal, konsep ”linierisme” seperti itu sudah tidak dapat lagi dipertahankan saat ini. Program ”Kampus Merdeka” yang digulirkan pemerintah saat ini memberikan peluang besar untuk melahirkan sarjana ilmu dakwah (para dai) yang memiliki berbagai keahlian, sesuai kebutuhan masyarakat.


Selama ini, sarjana Ilmu Dakwah STID Mohammad Natsir sebenarnya sudah dididik sebagai manusia yang utuh (al-insan kully). Sebelum terjun ke daerah-daerah pelosok yang menjadi lokasi pengabdian, mereka telah dibekali aneka ilmu dan ketrampilan dalam berbagai bidang. Model Pendidikan seperti ini sangat sesuai dengan program “Kampus Merdeka”.

Dalam sambutannya, saat meresmikan Rusunawa STID Mohammad Natsir, JK juga menekankan pentingnya para dai DDII dibekali dengan aneka ketrampilan. JK berharap, para dai itu bukan hanya mampu berdakwah bil-lisaan, tetapi juga da’wah bil-haal. Mereka diharapkan mampu membantu pengembangan ekonomi masyarakat.
Harapan JK ini, menurut Wakil Ketua Umum DDII, Dr. Mohammad Noer, telah diupayakan oleh pimpinan STID Mohammad Natsir. DDII bekerjasama dengan sejumlah instansi pemerintah dan swasta memberikan perbekalan kepada para calon dai sebelum diterjunkan ke berbagai daerah.
Yang jelas, kepada para mahasiswa STID Mohammad Natsir senantiasa ditanamkan keyakinan, bahwa: “Jika kamu menolong agama Allah, pasti Allah akan menolong kamu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS Muhammad: 7).(sudono/ed)

(Depok, 26 Maret 2021).

Video Amanat Dr Adian pada acara tersebut: https://youtu.be/-Ii2CdsG1_E

Dapatkan artikel-artikel lainnya di:
https://adianhusaini.id/category/artikel-terbaru

Pojok 1000 Artikel Pilihan: Wujudkan Komunitas Cerdas dan Bijak
Bantu share
Info berlangganan,
Kirim via WA/Telegram/Signal/BIP ke 0858 8293 0492
ketik: Daftar

Atau akses langsung ke: http://member.adianhusaini.id/register

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *