KENAPA KYAI DAHLAN TAK BIKIN PESANTREN: KRITIK SOSIAL ALA MUHAMMADIYAH

Oleh Dr. Nurbani Yusuf,
Komunitas Padhang Makhsyar dan Dosen UMM Malang

Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Menjelang dan awal berdirinya Muhammadiyyah, Kyai Dahlan melakukan studi banding atau studi tiru ke Paroki, hasilnya sungguh luar biasa : sekolah dasar pertama berdiri menggunakan sistem klasikal ditandai penggunan kapur dan papan tulis meniru sekolah Katholik,
Muhammadiyah itu dinamis tidak anti kritik, terbuka terhadap perubahan dan pemaaf .. sebagian dari ethos atau wasathiyah ethics.

^^^
Pada rapat hoofdbestuur :
Kiai Dahlan bertanya,
“Arep mbangun opo kowe Djak?”
Lalu Soedjak menjawab, “Hospital (rumah sakit) Kiai”.

“Mbangun opo maneh?”
Soedjak menimpali, “Armhuis (rumah miskin) Kiai”. Kiai Ahmad Dahlan bertanya untuk ketiga kali. “Opo maneh?” Dengan lugas Soedjak menjawab, “Weeshuis (rumah yatim) Kiai”.

Kiai Dahlan diam dan tenang, tapi sontak 200-an orang peserta Openbare Vergadering atau rapat anggota istimewa Muhammadiyah 18 Juni 1920 di Yogyakarta itu menertawakan ide dan target “gila” murid Kiai Ahmad Dahlan yang bernama kecil Danial itu.

Ini juga hasill dari studi tiru. Kyai Dahlan membandingkan Katholik yang maju dinamis dan progresif dengan umat Islam yang jumud mandeg kolot dan statis.

Kyai Dahlan dicap kyai kafer kyai londo kyai kompeni. Langgar Kidoel dirobohkan.

Banyak ide gila dan tak mungkin kata sebagian besar umat Islam saat itu.

Ide ide Kyai Dahlan yang awalnya dibantah ditasyabuhkan dikaferkan diserang bersama kemudian dibenarkan dan ditiru rame-rame Gus Dur Menyebut kemenangan dialektik Muhammadiyah.


Klrtik Kyai Dahlan atas kondisi jumud umat Islam tidak dalam verbal tapi amal nyata: membangun masjid sesuai arah kiblat adalah jihad melawan bid’ah. Membangun rumah sakit adalah jihad melawan perdukunan atau kesyirikan. Membangun sekolah adalag jihad melawan kebodohan. Bait amal adalah jihad melawan kemiskinan dan kesengsaraan oemoem.

Muhammadiyah menawarkan dua jalan:
Pertama pemurnian atau purifikasi secara konseptual etimologis dilembagakan dalam majelis tarjih.

Kedua modernisasi atau pemajuan diaplikasi dalam bentuk amal usaha rumah sakit sekolah perguruan tinggi bait amal panti asuhan

Ketiga tidak berpolitik praktis,

Ketiganya berjalan ber-iring sebagai model harakah Islam modernis yang berpihak.

*^^^^
Karakter Muhammadiyah itu inklusif, melawan jumud, anti mainstream, mendobrak status quo, progressif, inovatif dan kompetitif baik dalam pemikiran aqidah fiqh dan mu’amalah bukan sebaliknya merawat jumud, konservatif, fanatik, statis dan eksklusif. Kyai Dahlan adalah pelopor bid’ah sosial sebut Prof Din. Pikiran Maju Kyai Dahlan diperlukan di saat sekarang … ..’.

Sumber: @nurbaniyusuf
Komunitas Padhang Makhsyar

Admin: Kominfo DDII Jatim

Editor: Sudono Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *