Ego yang Dibungkus Lipstik: Ketika Dandanan Jadi Tirai Hidayah

Oleh Muhammad Hidayatulloh, Wakil Ketua Bidang PSQ DDII Jatim n Kepala Pesantren Kader Ulama Pondok Pesantren Islamic Center (PPIC) Elkisi Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur; Penulis buku Geprek! Anti Galau Rahasisa Resep Hidup Enjoy

Dewandakwahjatim.com, Surabaya –
قال رسول الله ﷺ: شرُّ نسائِكم المتبرِّجاتِ المتخيِّلاتِ، وهُنَّ المنافقاتُ، لا يدخلُ الجنةَ منهنَّ إلا مثلُ الغرابِ الأعصمِ. (رواه البيهقي، وصححه الألباني في صحيح الجامع)

Ada kalimat yang menampar tapi menuntun. Sabda Nabi ﷺ ini bukan sekadar kritik pada gaya berpakaian, tapi seruan halus untuk menyadarkan jiwa — bahwa keindahan tanpa kesadaran hanyalah ilusi yang dibungkus ego.

المتبرجات

Mereka yang menampakkan perhiasan, padahal hakikat berhias adalah untuk menutupi kekurangan, bukan
memancing pandangan.

المتخيلات

Mereka yang berlagak sombong, seolah dunia adalah panggung catwalk, padahal tanah yang kita pijak akan jadi kafan yang membungkus tubuh yang sama.

Rasulullah ﷺ menyebut mereka المنافقات — bukan karena lisannya berdusta, tapi karena hatinya berpura-pura. Menampilkan citra religius di satu sisi, tapi menolak arah ketika hidayah mengetuk hati.
Itulah kemunafikan yang dibungkus parfum, disembunyikan di balik filter, dan disamarkan dengan senyum yang penuh pencitraan.

Cantik bukanlah dosa, tapi kesombongan adalah racun yang tak berwarna.
Ada yang berhias karena syukur, dan ada yang berhias karena haus dilihat. Yang pertama akan bercahaya walau sederhana; yang kedua akan redup meski disorot lampu dunia.

Dan di situlah metafora Nabi ﷺ terasa dalam:

لا يدخل الجنة منهن إلا مثل الغراب الأعصم

“Tidak akan masuk surga dari mereka kecuali sejarang burung gagak yang memiliki bulu putih di sayapnya.”

Gagak itu hitam legam, tapi di antara ribuan, hanya satu yang punya warna putih di sayapnya — itulah simbol kelangkaan jiwa yang selamat dari godaan riya’.
Jarang, tapi bukan mustahil. Langka, tapi bukan tak ada. Karena selalu akan ada wanita yang memilih keanggunan iman daripada glamornya perhatian.

Zaman kini bukan lagi perang pedang, tapi perang pandangan.
Yang terpapar bukan luka di tubuh, tapi luka di hati yang ingin diterima.
Media sosial jadi panggung, dan like jadi bentuk ibadah baru —
Padahal sejatinya, pujian manusia adalah asap yang menyesakkan jiwa.

Terlalu banyak yang sibuk memperindah cermin, tapi lupa membersihkan hati.
Terlalu sibuk menata warna bibir, tapi lupa merapikan doa.
Padahal di sisi Allah, kecantikan sejati bukan pada wajah yang disorot cahaya, tapi pada hati yang tenang karena ridha dan taqwa.

Wahai jiwa yang ingin tampil, berhiaslah dengan malu, sebab malu itu perhiasan yang tidak pernah pudar.
Berhiaslah dengan iman, sebab iman adalah make up yang tak perlu dicuci.
Dan tunduklah, sebab ketundukan bukan kelemahan — ia adalah mahkota bagi yang mengerti siapa Tuhannya.

Sungguh, dunia akan mencintai kecantikanmu, tapi Allah hanya mencintai ketundukanmu.
Maka berhiaslah untuk pandangan langit, bukan untuk sorotan dunia.
Sebab yang diundang ke surga bukan yang paling memesona, tapi yang paling mampu menundukkan egonya.

Admin: Kominfo DDII Jatim

Editor: Sudono Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *