3T Nabi Yunus: Tauhid, Tasbih, Taubat – Jalan Keluar dari Kegelapan

Oleh Muhammad Hidayatullah, Ketua Bidang PSQ DDII Jatim

Dewandakwahjatimcom, Surabaya – Di antara kisah paling dahsyat dalam Al-Qur’an adalah doa Nabi Yunus عليه السلام saat terjebak dalam perut ikan. Dikepung oleh tiga lapis kegelapan—gelap malam, gelap lautan, dan gelap perut ikan—Nabi Yunus tak punya daya selain menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Dari kedalaman itu lahirlah doa abadi:

لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

“Tidak ada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiyā’: 87)

Doa ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan peta spiritual untuk keluar dari segala gulita hidup. Sebuah formula yang bisa dirangkum dalam 3T: Tauhid, Tasbih, Taubat.

  1. Tauhid – Obor di Tengah Gulita

لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنتَ

Tauhid adalah cahaya pertama yang menembus gelap. Saat semua pintu dunia terkunci, tauhid membukakan gerbang langit.

Tauhid itu kompas: mengarahkan hati kembali kepada Allah.

Tauhid itu obor: menyalakan terang di ruang jiwa yang paling kelam.

Tauhid itu jangkar: meneguhkan hati agar tak karam oleh badai.

Seperti kapal yang kehilangan arah, manusia tanpa tauhid akan terombang-ambing. Tauhid-lah yang mengikat kita pada poros keabadian.

  1. Tasbih – Jendela Menuju Langit

سُبْحَانَكَ
Tasbih adalah pengakuan bahwa hanya Allah yang sempurna, sedang manusia penuh cela.

Tasbih itu cermin bening: memantulkan cahaya langit ke dada yang gelap.

Tasbih itu pembersih lensa: agar hati tidak buram oleh sombong dan keluh kesah.

Tasbih itu angin segar: meniupkan harapan baru di tengah dada yang sesak.

Dengan tasbih, manusia kembali melihat bahwa masalah memang besar, tapi Allah jauh lebih besar.

  1. Taubat – Hujan di Tanah Gersang

إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

Taubat adalah pengakuan tulus akan kelemahan diri. Bahwa sering kali kita salah arah, dan hanya Allah yang bisa mengembalikan kita ke jalan yang benar.

Taubat itu air hujan: menyuburkan tanah jiwa yang gersang.

Taubat itu reset button: menghapus error dan membuka lembaran baru.

Taubat itu jembatan pulang: mengantar kita dari kegelapan menuju cahaya.

Dengan taubat, kita belajar bahwa jatuh bukan akhir cerita, tapi awal perjalanan pulang.

3T untuk Zaman Now

Kisah Nabi Yunus bukan sekadar dongeng sejarah, melainkan manual survival bagi siapa saja yang merasa tenggelam dalam hidup modern.

Terjebak dalam tekanan pekerjaan? Ingat Tauhid: hanya Allah tempat bergantung.

Lelah oleh standar sosial media yang penuh pura-pura? Lantunkan Tasbih: hanya Allah yang sempurna.

Tersandung dosa dan kesalahan pribadi? Segeralah Taubat: karena Allah Maha Penerima kembali.

Allah menutup kisah ini dengan janji indah:

فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ ۚ وَكَذَٰلِكَ نُنجِي الْمُؤْمِنِينَ

“Maka Kami kabulkan doanya, dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Anbiyā’: 88)

Penutup

Tauhid, Tasbih, Taubat – inilah rumus abadi 3T Nabi Yunus.
Tiga langkah sederhana yang bisa kita ulang setiap hari:

Yakini Allah satu-satunya tempat sandaran.

Sucikan Dia dari segala kekurangan.

Akui kelemahan diri dengan penuh rendah hati.

Gelap hidup tak akan selamanya menelan kita. Selama ada doa Nabi Yunus di bibir dan 3T di hati, selalu ada jalan keluar menuju cahaya.

Admin: Kominfo DDII Jatim

Editor: Sudono Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *