Penguatan Basis Tauhid dan Bonus Kekuasaan

Oleh Dr. Slamet Muliono Redjosari, Ketua Bidang MPK DDII Jatum

Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Umat Islam senantiasa bermimpi terwujudnya negara yang aman, rakyat hidup tenang, dan tegak nilai-nilai keadilan di atas cahaya Islam. Namun semuanya hanya sebatas wacana dan perdebatan tanpa ada kesepakatan bersama untuk mewujudkannya. Al-Qur’an memaparkan bahwa Allah menjanjikan umat Islam bisa mewujudkan mimpi itu selama masyarakatnya menyembah hanya kepada Allah, tanpa mempersekutukan-Nya. Al-Qur’an juga menegaskan bahwa kokohnya kekuasaan di atas nilai-nilai tauhid itu pernah diraih oleh kaum muslimin sebelumnya. Mereka kokoh dengan kekuasaan, keamanan terjamin dan tegak keadilan. Mereka menyembah kepada Allah tanpa mengadakan tandingan kepada selain-Nya. Ironisnya, kaum muslimin saat ini justru bermitra dengan menggandeng orang-orang kafir, dengan meninggalkan umat Islam. Realitas ini jelas menjadi penghalang utama terwujudnya impian umat Islam.

Kekuasaan Allah


Kekuasaan di tangan Allah. Sebagai pemilik kekuasaan, Allah lah yang akan mengokohkan dan menghinakan para penghamba kekuasaan. Dengan kata lain, kejayaan para penguasa sangat bergantung pada sejauh mana mereka menegakkan aturan yang sejalan dengan kehendak-Nya. Ketika kekuasaan ditegakkan sesuai dengan aturan Allah, seperti mengedepankan keadilan, soliditas dan solidaritas sosial dibangun, perlindungan kemanusiaan dijaga, serta nilai-nilai ketuhanan diperhatikan maka kekuasaan itu akan kokoh.

Sebaliknya, ketika kekuasaan berdiri di atas penindasan dan kezaliman. Konflik sosial dan ketimpangan sosial-ekonomi mengalami pembiaran. Bahkan nilai-nilai ketuhanan dilanggar secara terang-terangan, maka kekuasaan itu pasti akan runtuh. Dengan kata lain, Allah lah pemilik kekuasaan yang bisa mengokohkan atau menghancurkan kekuasaan. Hal ini ditegaskan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

      قُلِ ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلۡمُلۡكِ تُؤۡتِي ٱلۡمُلۡكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلۡمُلۡكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُ ۖ بِيَدِكَ ٱلۡخَيۡرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ

Artinya:
Katakanlah, “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkau-lah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Āli `Imrān : 26)

Ayat di atas menegaskan bahwa pihak manapun yang mengikuti aturan Allah, maka kekuasaan akan kokoh, sebaliknya yang menebarkan keburukan dengan berbagai pelanggaran, maka kekuasaannya dipastikan akan runtuh. Allah juga menegaskan kepada umat Islam bahwa kekuasan yang kokoh bilamana menempatkan Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang layak disembah dan dirujuk segala aturan-Nya. Bahkan keamanan akan tercipta, hilang berbagai kekhawatiran dan ketakutan. Hal ini ditegaskan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ كَمَا ٱسۡتَخۡلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمۡ دِينَهُمُ ٱلَّذِي ٱرۡتَضَىٰ لَهُمۡ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعۡدِ خَوۡفِهِمۡ أَمۡنٗا ۚ يَعۡبُدُونَنِي لَا يُشۡرِكُونَ بِي شَيۡـٔٗا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعۡدَ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ
Artinya:
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka; dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik (QS. An-Nūr : 55)

Dalam perspektif Al-Qur’an, kekuasaan merupakan bonus yang dianugerahkan Allah ketika para hamba-Nya melibatkan Allah dalam segala urusan kenegaraan. Penyembahan kepada Allah merupakan persyaratan sekaligus bentuk ketundukan total pada aturan Allah tanpa bebas semaunya sendiri.

Sinergi Kekafiran

Realitas politik umat Islam saat ini bisa menjadi potret buram dimana umat Islam menginginkan kekuasaan dan tegak keadilan, namun di sisi lain mereka melanggar apa yang telah dilarang Allah. Bukannya menjadikan Allah sebagai sandaran, sebagian pemimpin Islam justru terlibat bersinergi dengan kelompok yang ingin menyingkirkan Allah dalam meraih kekuasaan.
Al-Qur’an mensinyalir bahwa pemimpin Islam justru tanpa sadar terperangkap untuk bersinergi dengan kelompok yang akan menghalangi impiannya. Ketika kaum Muslimin ingin menegakkan syariat Islam, maka mitranya yang kafir menghalangi dengan alasan tidak sesuai dengan hak azasi manusia. Umat Islam pun tidak bisa secara total menerapkan nilai-nilai Islam.
Bahkan tidak jarang, sebagian besar pemimpin kaum muslimin dalam menjalankan misi untuk meraih kekuasaan justru melawan aturan Allah. mereka memilih kelompok yang tak seagama sebagai mitra strategis. Pada saat yang sama meninggalkan kaum Muslimin yang seagama. Dengan kata lain, pemimpin Islam melibatkan dan bersinergi dengan orang yang tidak percaya Allah, dan meninggalkan umat Islam. Hal ini sebagaimana dinarasikan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

لَّا يَتَّخِذِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلۡكَٰفِرِينَ أَوۡلِيَآءَ مِن دُونِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ۖ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ فَلَيۡسَ مِنَ ٱللَّهِ فِي شَيۡءٍ إِلَّآ أَن تَتَّقُواْ مِنۡهُمۡ تُقَىٰةٗ ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ ٱللَّهُ نَفۡسَهُۥ ۗ وَإِلَى ٱللَّهِ ٱلۡمَصِيرُ
Artinya:
Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu). (QS. Āli `Imrān : 28)

Menempuh jalan yang salah dan bertentangan dengan Sang pemilik kekuasaan hanya berujung pada hilangnya impian tegaknya pemerintahan di atas nilai-nilai Islam. Penyembahan hanya kepada Allah merupakan prasyarat, namun hal itu dilanggar. Nilai-nilai tauhid dikorbankan demi mendapatkan kekuasaan dengan memilih mitra yang dianggapnya strategis. Padahal mitra itu justru menjerumuskan dan mengubur impian untuk tegaknya Islam di negerinya.

Surabaya, 1 Oktober 2025

Admin: Kominfo DDII Jatim

Editor: Sudono Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *