Resiko Pemimpin yang Melalaikan Tugasnya

Oleh Sudono Syueb, Bidang Kominfo DDII Jatim

Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Selama ini banyak orang yang berambisi jadi pemimpin rakyat baik pemumpin eksekutuf, legislatif maupun yudikatif tanpa memperhitungkan kemampuannya. Setelah mereka berhasil jadi pemimpin ternyata banyak dari mereka lalai menjalankan tupoksi peminpin. Tupoksi pemimpin menurut Rasulullah SAW berupa memberikan nasehat yang menyenagnkan rakyat dan tulus ikhlas dalam menjalankan program-progrannya untuk mensejahteakan rakyat.

قال رسول الله صل الله عليه وسلم؛ مامن عبد استرعاه الله رعية فلم يخطهابنصيحة الا لم يجد راءحة الجنة

Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seorang hamba yang diamanahi Allah suatu urusan (menjadi pemimpin/penguasa) lalu ia tidak menunaikannya dengan nasihat dan tulus, niscaya ia tidak akan mencium bau surga”.

Menjadi pemimpin dan penguasa atas manusia adalah sebuah tanggung jawab untuk menjalankan dan merawat kepentingan mereka sesuai dengan apa yang telah dijelaskan oleh syariat yang suci. Kepemimpinan bukanlah sebuah kesempatan untuk meninggikan diri dan menindas rakyat, seperti yang sering dilakukan oleh banyak penguasa yang melupakan hak-hak rakyat dan menganggap kepemimpinan sebagai kesempatan untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

Dalam hadits ini, Nabi shallallahu alaihi wasallam mengingatkan bahwa siapa saja yang diamanahi oleh Allah untuk menjadi pemimpin dan penguasa atas rakyatnya, baik itu sedikit atau banyak, maka dia akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Ini mencakup pemimpin yang memimpin beberapa orang, suami dalam rumah tangganya, dan istri dalam rumahnya.

Jika pemimpin tersebut lalai dalam menjalankan tanggung jawabnya dan tidak memperhatikan kepentingan rakyatnya, maka dia akan mendapatkan hukuman yang berat di sisi Allah, yaitu tidak dapat mencium aroma surga yang dapat dicium dari jarak 70 tahun perjalanan, bahkan ada riwayat yang menyebutkan 100 tahun perjalanan. Ini menunjukkan bahwa dia akan jauh dari surga dan tidak dapat memasukinya.

Namun, jika dia termasuk orang yang bertauhid, maka dia masih dapat masuk surga dengan salah satu cara, seperti melalui penyucian dengan azab, ampunan, atau kelebihan amal baik.

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits ini adalah:

  • Pentingnya menjalankan tanggung jawab sebagai pemimpin dengan baik dan memperhatikan kepentingan rakyat.
  • Bahaya dari menjadi pemimpin yang lalai dan tidak menjalankan tanggung jawabnya dengan baik.

Admin: Kominfo DDII Jatim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *