Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id), Ketua Umum DDII
Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Tekad Presiden Prabowo untuk membawa negara Indonesia menjadi negara hebat sudah dijalankan. Presiden ingin Indonesia menjadi bangsa yang kuat, sehingga tidak dipermainkan oleh bangsa-bangsa lain. Kita bukan hanya ingin “tidak kalah” dengan bangsa lain, tetapi kita memang harus lebih hebat. Itu cita-cita yang sangat tinggi dan mulia, yang sepatutnya kita dukung dan doakan agar sukses.
Presiden Prabowo bukan hanya bertindak untuk jangka pendek, lima tahun kedepan. Tapi, ia mentargetkan tahun 2045, Indonesia menjadi negara kuat dan hebat. Untuk itu, logisnya, Presiden Prabowo memiliki konsep pendidikan yang mampu menyiapkan lahirnya generasi gemilang tahun 2045.
Sayangnya, hingga kini, konsep dan praktik pendidikan Presiden Prabowo masih terkesan biasa-biasa saja. Belum tampak ada gebrakan yang luar biasa dalam dunia pendidikan. Di buku Paradoks Indonesia, analisis problematika pendidikan Indonesia masih mengacu kepada hasil ranking PISA.
Padahal, hasil ranking PISA tidak menunjukkan kondisi pendidikan Indonesia yang sebenarnya. PISA mengukur tingkat kemampuan matematika, sains, dan literasi. Dengan teknik sampling tertentu, dikatakan bahwa ranking PISA kita rendah. Lalu, disimpulkan, bahwa kondisi pendidikan kita juga buruk. Kata mereka, kita lebih rendah dari Cina, Singapura, Malaysia dan Brunei.
Berdasarkan asesmen seperti itu, pemerintah terus melakukan program pendidikan yang fokus pada peningkatan kualitas kognitif. Salah satu yang sedang diproses adalah pendirian SMA Unggulan Garuda. Konon, SMA ini akan dibangun sebanyak 40 sekolah. Tahap awal, akan dibangun 4 SMA Garuda. Uniknya, pendirian SMA Garuda ini diserahkan kepada Kementerian Pendidikan Tinggi dan Ristek.
Di Indonesia, selama ini sudah cukup banyak jenis SMA yang disebut “unggulan”, seperti MAN Insan Cendekia, SMA Taruna Nusantara, dan sebagainya. Kriteria utama keunggulan mereka adalah aspek kecerdasan para muridnya. Para lulusannya diterima di berbagai Perguruan Tinggi ternama di Indonesia dan luar negeri.
Konsep SMA unggulan ini masih menggunakan parameter keberhasilan aspek kognitif ditambah dengan penekanan beberapa karakter unggul, seperti kedisiplinan dan kesehatan dan kekuatan fisik. MAN Insan Cendekia memadukan aspek pendidikan keagamaan dengan keunggulan akademik, khususnya bidang sains dan teknologi.
Berbagai program pendidikan – entah mengapa – seperti lupa kepada Konstitusi kita, UUD 1945, pasal 31 ayat (3), yang mengamanahkan penyelenggaraan pendidikan yang meningkatkan keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia. Padahal, inilah sejatinya kelemahan pendidikan kita selama ini.
Sekolah-sekolah unggulan kita selama ini sudah amat sangat banyak sekali menghasilkan ilmuwan-ilmuwan pintar. Mereka kini tersebar di berbagai institusi pemerintah, perguruan tinggi, dan perusahaan-perusahaan swasta nasional maupun internasional. IPTN yang didirikan oleh BJ Habibie pernah menampung ribuan ilmuwan-ilmuwan kelas dunia.
Problema utama kita selama ini adalah bagaimana memanfaatkan para ilmuwan kita yang hebat-hebat itu sehingga memberikan manfaat yang optimal kepada masyarakat, bangsa dan negara. Jika pemerintahan Presiden Prabowo mampu memberdayakan mereka, itu sudah prestasi yang luar biasa. Ilmuwan-ilmuwan kita bisa membuat pesawat terbang. Tentu sangatlah mudah bagi mereka untuk membuat mobil yang canggih. Tapi, mengapa hingga kini itu belum terwujud?
Hasil-hasil penelitian ilmuwan kita menumpuk di jurnal-jurnal internasional dan di disertasi-disertasi doktor kita yang hebat-hebat. Kita bisa menyaksikan berbagai diskusi para dosen yang mengakui susahnya menerapkan temuan-temuan penelitian di dunia industri. Bahkan, yang sudah sukses pun akhirnya dimatikan oleh bangsa kita sendiri. Ingatlah kasus pesawat N-250 yang kini harus masuk museum.
Kita perlu ilmuwan-ilmuwan pintar. Tapi, lebih dari itu, kita perlu ilmuwan-ilmuwan pintar yang pemberani, bijak, dan suka berkorban untuk bangsanya. Pemerintah pun harus memiliki keberanian untuk melakukan terobosan baru untuk kebangkitan ekonomi, sains dan teknologi Indonesia. Dalam hal ini, Presiden Prabowo dikenal mempunyai keberanian dalam melakukan inovasi-inovasi yang menjanjikan.
Ibarat pengemudi, Presiden Prabowo sudah gaspol untuk membawa Indonesia melaju kencang menuju kemajuan. Presiden sering menyebut adanya kekuatan-kekuatan besar yang tidak menginginkan Indonesia menjadi negara besar dan hebat. Logisnya, kekuatan-kekuatan besar itu juga menyasar bidang pendidikan kita agar tidak melahirkan manusia-manusia hebat.
Semoga, pendidikan kita tidak terjebak dalam konsep-konsep yang melahirkan manusia-manusia biasa-biasa saja. Kita juga perlu gaspol dalam pendidikan untuk melahirkan manusia hebat yang tidak biasa-biasa saja. Semoga Allah SWT memberikan bimbingan kepada para pemimpin kita. Amin. (Depok, 26 Maret 2025).
Admin: Kominfo DDII Jatim
Editor: Sudono Syueb