KISAH TOKOH DDII JATIM : KH. MISBACH

Usia Senja Tidak Menjadi Penghalang untuk Tetap Berda’wah

Penulis : Syayid Ghozali, Bid. Kominfo

Dewandakwahjatim.com, Surabaya -Bagi orang Indonesia, usia 84 tahun adalah usia yang boleh dibilang lanjut. Sebab, menurut statistik, rata-rata usia Orang Indonesia adalah 63 tahun. Karena itu, tidaklah heran, bila di usia 84 tahun, seseorang bisa pikun, dan tertatih-tatih jalannya. Tapi, tidak untuk KH. Misbach, penampilanya tetaplah tegap, bicaranya tetap lancar bak air pegunungan yang mengalir, sejuk, informatif, dan berbobot. Ini terbukti dengan ceramah-ceramah atau khotbah-khotbahnya yang tetap sering dilakukan.

Tentu saja, perjalanan panjang KH. Misbach sampai di usia 84 tahun penuh dengan warna-warni dan penuh dengan muatan yang berbobot. KH. Misbach telah merintis jalan hidupnya dari seorang guru ngaji, aktif di dunia politik, menjadi anggota DPR RI, dan mengabdikan dirinya di medan da’wah lewat Dewan Da’wah Islamiyah Perwakilan Jawa Timur dan Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur.

KH. Misbach merupakan ketua pertama Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Provinsi Jawa Timur, beliau mengabdikan dirinya memimpin Dewan Da’wah dari tahun 1967-1998. Banyak usaha-usaha yang dilakukan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Provinsi Jawa Timur pada masa KH. Misbach, Dewan Da’wah bergerak lincah dan lancar menciptakan hubungan dan bekerja sama dengan ormas-ormas Islam dan instansi-instansi, lebih-lebih setelah Dewan Da’wah Provinsi Jawa Timur di reorganisasi dan di reformasi kepengurusannya. Ini lebih nampak kelincahanya, misalnya pada masa pergantian pimpinan Kodam V Brawijaya dan pergantian pimpinan pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Jawa Timur (Panglima dan Gubernur). Maka, Dewan Da’wah Jawa Timur pertama kali yang menyambutnya dan mengadakan perkenalan dengan Panglima baru dan Gubernur baru di gedung Islamic Centre, serta mengundang para pengurus Dewan Da’wah Kabupaten se Jawa Timur bersama para simpatisanya. Dalam acara tersebut, sedikitnya 900 undangan hadir.

Adapun usaha-usaha lain dari Dewan Da’wah Jawa Timur adalah mendirikan Musholla dan Masjid-masjid yang tersebar di Ponorogo, Magetan, Nganjuk, Malang, Lumajang, Jember, Pasuruan, Tuban, Lamongan, Gresik, dan Surabaya.

KH. Misbach dikenal sebagai ulama yang gigih dalam perjuangan sejak muda sampai akhir hayatnya. Dengan gaya bicaranya yang halus dan pelan tapi pasti, setiap masalah selalu dapat dipecahkan. KH. Misbach adalah tokoh yang patut untuk diteladani, paling tidak ada tiga hal yang mendasari mengapa KH. Misbach perlu diteladani.

Pertama, karena ketekunannya dalam menjalankan tugas-tugas sebagai ketua MUI dan ketua Dewan Da’wah Jawa Timur. Meski umurnya sudah “uzur” yang biasanya digunakan untuk masa istirahat namun KH. Misbach mengunakan masa istirahat itu untuk sebesar-besarnya kemanfaatan umat. Begitu pula ketegaran dan ketekunan KH. Misbach nampak ketika beliau selalu memimpin rapat sendiri, serta aktif menghadiri undangan dalam acara-acara penting. Baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh organasasi kemasyarakatan lainnya.

Kedua, karena kepedulian terhadap perkembangan Islam, yang sekaligus melakukan penangkalan terhadap hal-hal yang dirasa merusak dan merugikan umat Islam. Kita lihat saja kasus-kasus munculnya gerakan Islam yang KH. Misbach menyebutnya dengan istilah Islam sempalan misalnya Darul Hadis, Islam Jamaah, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Syi’ah dan masih banyak lagi. Begitu pula terhadap budaya dan ajaran lain yang bisa merugikan umat Islam. Misalnya, kasus lemak babi, flim porno di TVRI, Gambar Porno yang dipasang di gedung-gedung bioskop dan dipersimpangan jalan protokol, Valentin Days, Kristenisasi, Perjudian, minuman keras, hukum mendatangi perayaan natal, dll.

Ketiga, karena kepedulian terhadap generasi muda Islam. KH. Misbach menganggap bahwa generasi muda Islam sebagai asset bangsa harus dibentengi akidah dan akhlaknya dari segala budaya dan perilaku yang menyimpang. Misal, banyaknya kasus perkelahian anak-anak sekolah, munculnya geng di kalangan remaja, minum-minuman keras, penyimpangan seks, dan sebagainya. Dalam hal ini, KH. Misbach sangat concern dan getol membina anak-anak muda yang tergabung dalam remaja masjid, dan kelompok-kelompok diskusi lainnya.

KH. Misbach wafat pada 30 Oktober 1998 pada usia 84 tahun setelah membuka Rakernas MUI di Jawa Timur. Walaupun beliau sudah lama meninggal namun nama dan kiprahnya menjadi panutan hingga kini.

Admin: Kominfo DDII Jatim

#ditor: Sudono Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *