Beda Kata Akmala dan Atamma dalam Ayat Terakhir yang Diturunkan Allah

Oleh: Muhammad Hidayatulloh, wakil ketua bidang pengembangan studi al Quran DDII Jawa Timur

Dewandakwahjatim.com, Surabaya –
ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِينٗاۚ ٣
Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-sempurnakan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (al Maidah ; 3)

Ayat di atas menggunakan kata yang memiliki makna yang serupa tapi tak sama yaitu kata akmaltu dan atmamtu, keduanya memiliki makna yang sama yakni “aku sempurnakan” akan tetapi berbeda dalam kriterianya.

Kata akmala berarti sempurna akan tetapi melalui proses atau tahap-tahap yang terpisah, baik dalam jangka pendek ataupun panjang. Sebagaimana dalam teks ayat di atas, din atau agama islam ini berproses selama kurang lebih 23 tahun, demikian pula dalam hal puasa agar yang memiliki udzur puasa hendaknya menyempurnakan atau menggenapan puasanya di hari-hari yang lain.

وَلِتُكۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡ وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ١٨٥
Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (al Baqarah: 185)

Sedangkan kata atmama berarti sempurna dengan terus-menerus berkesinambungan tanpa jeda. Nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya berlangsung terus-menerus tiada henti. Kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya tiada bertepi, tiada cacat dan sangat sempurna. Allah tidak akan berbuat dhalim kepada hamba-Nya, akan teapi hamba itu yang dhalim kepada dirinya sendiri.

Sebagaimana dalam hal berpuasa supaya menyempurnakan puasa itu hingga waktu berbuka. Demikian pula seseorang tidak boleh meningglkan keadaan ihram hingga ia menyelesaikan semua ritual hajinya.

ثُمَّ أَتِمُّواْ ٱلصِّيَامَ إِلَى ٱلَّيۡلِۚ ١٨٧

Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (al Baqarah: 187)

وَأَتِمُّواْ ٱلۡحَجَّ وَٱلۡعُمۡرَةَ لِلَّهِۚ ١٩٦

Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah. (al Baqarah: 196)

Agama adalah nikmat Allah yang utama
Banyak orang yang beranggapan bahwa nikmat Allah itu yang utama adalah nikmat harta dan kesehatan, juga perangkat duniawi lainnya misalnya jabatan, gelar akademik dan lain sebagainya. Padahal nikmat terutama sebagaimana ayat di atas adalah nikmat agama ini, yakni nikmat iman dan islam. Nikmat iman merupakan sumber motifasi agar kita tergerak untuk senantiasa berlomba dalam kebaikan dengan keikhlasan semata-mata karena Allah. Sebagaimana isyarat Rasulullah dalam hadistnya bahwa sebaik-baik kalian adalah siapa yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.

Amal shalih atau perbuatan yang bemanfaat itu belum bernilai ibadah kepada Allah jika tidak dilandasi dengan keimanan yakni ikhlas karena Allah semata, tiada tendensi pribadi kecuali berharap ridha-Nya, apalagi bermotif kepentingan duniawinya maka kebaikan itu jau dari nlai ibadah kepada Allah. Padahal tujuan hidup ini hanya satu yaitu berubadah kepada Allah saja. Prilaku yang dilandasi iman berarti bersifat Imani.

Islam sebagai addin ini juga dalam ayat di atas telah sempurna. Islam sebagai panduan hidup bagi manusia telah tersusun dan tersistem secara sempurna untuk dilaksanakan oleh setiap hamba. Islam berisikan konsep hidup bagi setiap hamba agar seorang hamba dapat mencapai kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidupnya, baik di dunia sampai di akhirat.

Itulah sebabnya Allah mengajarkan doa yang dikenal dengan doa sapu jagad, adalah dalam rangka setiap hamba dapat mencapai kebahagiaan dunia sampai akhirta. Tentu konsekwensinya adalah seorang hamba harus memeluk islam secara totalitas, yakni semua aktifitasnya bersifat Islami. Sedangkan segala aktifitas yang tidak Islami berarti ia sedang mengikuti langkah-langkah setan.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدۡخُلُواْ فِي ٱلسِّلۡمِ كَآفَّةٗ وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٞ ٢٠٨

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (al Baqarah: 208)
Begitulah cara kita mensyukuri nikmat Allah ini yaitu dengan cara beraktifitas secara Imani dan Islami. Hanya dengan demikian kebahagiaan hidup akan dapat dicapai karena selalu bersama nikmat Allah, yakni selalu dibersamai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحۡسِنُونَ ١٢٨

Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. (an Nahl: 128)

Admin: Kominfo DDII Jatim

SS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *