Artikel Terbaru ke-1.918
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Ketua Umum DDII Pusat
Dewandakwahjatim.com, Depok - Pada 13 Maret 2024 tersiar berita berjudul: “University of Zurich withdraws from international university ranking.” Disebutkan, bahwa: “The University of Zurich is withdrawing from the university ranking published by the Times Higher Education magazine. The ranking creates false incentives, the university announced on Wednesday. According to the Swiss university, rankings often focus on measurable output, creating an incentive to increase the number of publications rather than prioritise the quality of content.
(https://www.swissinfo.ch/eng/education/university-of-zurich-quits-international-university-ranking/73693006).
Sejak keputusan itu, maka Universitas Zurich tidak akan menyediakan lagi data untuk penetapan ranking. Berdasarkan data ranking pada September 2023, Universitas Zurich berada pada ranking 80 dalam daftar universitas terbaik di dunia.
Sebagai perbandingan, tahun 2024, Universitas Indonesia (UI) berada di ranking 801-1000. Di dalam website-nya, disebutkan, bahwa UI didirikan pada tahun 1849 dan merupakan universitas negeri tertua di Indonesia. Pada tahun 2007, universitas ini mengalami reformasi besar-besaran dan kini universitas ini memiliki salah satu perpustakaan terbesar di Asia Tenggara, menampung lebih dari 20.000 pengunjung per hari dan menampung sekitar 1,5 juta buku. Perpustakaan, yang dirancang dengan mempertimbangkan keberlanjutan, menggunakan tenaga surya.
Terdapat sebuah masjid yang terletak di dalam kampus Salemba, yang dirancang dengan visi untuk menghasilkan umat Islam modern yang beriman dan berpikiran ilmiah, mampu mengamalkan agama sekaligus menyelesaikan permasalahan agama.
Alumni terkemuka termasuk Sri Mulyani Indrawati, seorang ekonom Indonesia yang telah menjadi Menteri Keuangan Indonesia sejak tahun 2016, Nagita Slavina, Mariana Tengker, seorang aktor, pembawa acara televisi, produser film, dan penyanyi Indonesia, dan Soe Hok Gie, seorang aktivis yang menjadi inspirasi film tahun 2005, Gie. (Lihat: https://www-timeshighereducation-com.translate.goog/world-university-rankings/universityindonesia)/
Secara nasional, ada empat indikator yang menjadi tolok ukur untuk penentuan ranking Perguruan Tinggi, yaitu: Input, Proses, Output dan Outcome. Rinciannya sebagai berikut:
(1) Indikator Input meliputi: persentase dosen berpendidikan doktor (S3); persentase dosen dengan jabatan Lektor Kepala dan Guru Besar; rasio jumlah mahasiswa terhadap dosen; jumlah mahasiswa asing; dan jumlah dosen yang bekerja sebagai praktisi di industri.
(2) Proses terdiri atas: akreditasi institusi Badan Akreditasi Nasional-Pendidikan Tinggi (BAN-PT); akreditasi program studi BAN-PT; pembelajaran daring; kerja sama perguruan tinggi; kelengkapan laporan PD Dikti; jumlah program studi yang bekerja sama dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI), lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau QS Top 100 World Class University (WCU) by subject; prodi yang melaksanakan program Merdeka Belajar; dan mahasiswa yang mengikuti program Merdeka Belajar.
(3) Indikator Output meliputi: jumlah artikel ilmiah terindeks per dosen; kinerja penelitian; kinerja kemahasiswaan; dan jumlah program studi yang terakreditasi/bersertifikasi internasional.
(4) Indikator Outcome terdiri atas: kinerja inovasi; persentase lulusan yang memperoleh pekerjaan dalam waktu enam bulan; jumlah sitasi per dosen; jumlah paten per dosen; dan kinerja pengabdian masyarakat. (Lihat: https://tirto.id/daftar-15-kampus-terbaik-2020-versi-kemendikbud-skor-ipb-tertinggi-fYxF)
Tindakan Zurich University – yang berani menarik diri dari daftar ranking universitas dunia – patut dikaji dengan serius. Alasan yang digunakan cukup rasional. Jumlah artikel di jurnal ilmiah merupakan salah satu indikator penting dalam penentuan ranking. Tetapi, tidak dapat dipungkiri, yang diutamakan adalah aspek kuantitas, bukan kualitas dan kemanfaatan artikel bagi masyarakat Indonesia.
Universitas Indonesia bertengger di angka 800-an dalam ranking universitas dunia. Kampus ini dipandang sebagai salah satu yang terbaik di Indonesia, dan sudah berdiri sejak 1849. Kampus UI dan puluhan Perguruan Tinggi Negeri memiliki kesempatan besar untuk menjadi yang terbaik di dunia. Sebab, didukung oleh dosen dan mahasiswa-mahasiswa terbaik, ditambah dengan adanya kucuran bantuan pemerintah.
Merujuk kepada UUD 1945 pasal 31 ayat 3 dan UU No 12 tahun 2012, sepatutnya kampus-kampus di Indonesia memiliki indikator sendiri dalam menentukan daftar ranking perguruan tinggi. Kita memiliki kebutuhan pembangunan negara kita yang unik dan khas dengan potensi sumber daya manusia yang religius dan kekayaan alam yang melimpah.
Yang lebih diutamakan dalam pendidikan tinggi adalah melahirkan para sarjana yang jujur, berakhlak mulia, pekerja keras, berwawasan luas, memiliki ketrampilan untuk hidup mandiri. Jika itu terpenuhi, isyaAllah para sarjana itu tidak akan menganggur. Sebab, bumi Indonesia itu sangat luas dan kekayaannya melimpah ruah. Perguruan tinggi sepatutnya melahirkan banyak sarjana yang memiliki jiwa merdeka dan keberanian hidup untuk terjun ke masyarakat, di mana saja.
Kasihan anak-anak pintar Indonesia jika mereka bangga melanjutkan kuliah ke kampus-kampus yang memiliki ranking tinggi secara nasional maupun internasional, tetapi iman dan akhlaknya tidak terjaga. Faktor iman dan taqwa serta akhlak mulia harusnya menjadi indikator terpenting dalam menentukan ranking perguruan tinggi di Indonesia. Sebab, itulah amanah konstitusi kita. Wallahu A’lam bish-shawab.
Admin: Kominfo DDII Jatim