Dr. Slamet Muliono Redjosari
Wakil Ketua Bidang Masjid, Pesantren dan Kampus (MPK) DDII Jatim
Dewandakwahjatim.com, Saudi Arabia – Saat haji, manusia banyak disadarkan untuk mengagungkan Allah di tengah lalainya terhadap keagungan Allah. Manusia yang tidak menyadari asal muasal dirinya dan tidak tahu tujuan akhir penciptaan hidupnya, bukan hanya sulit untuk mengenal Tuhannya tetapi akan berperilaku merusak di bumi.
Lupa Diri
Dalam haji manusia diingatkan untuk mengenal hakekat dirinya dan Keberadaan Tuhannya. Dengan mengetahui hakekat Tuhan maka manusia akan mengetahui arah hidupnya. Ketidaktahuan atau ketidaktahumenahuan tentang proses dan asal muasal dirinya membuat manusia sulit mengenal Tuhannya. Ketika tidak mengenal Tuhannya maka sulit pula untuk menunaikan ibadah kepada Allah.
Padahal secara natural, manusia mengetahui bahwa dirinya sebelumnya tidak ada dan kemudian dilahirkan oleh orang tuanya. Setelah lahir bayi, kemudian menjadi remaja, dewasa hingga tua dan mati kembali. Pengetahuan hal itu sudah diketahui oleh manusia mana pun dan era apa pun. Semua itu seolah menjadi pengetahuan umum dan tak seorangpun menentangnya. Al-Quran pun menjelaskan siklus itu secara gamblang bahwa manusia diciptakan dari tidak ada hingga menjadi ada sekaligus proses ketiadaan menjadi ada, dan berakhir menjadi kematian. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :
كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِا للّٰهِ وَكُنْتُمْ اَمْوَا تًا فَاَ حْيَا کُمْ ۚ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ ثُمَّ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
“Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu, lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”
(QS. Al-Baqarah : 28)
Namun manusia terhenti pengetahuannya dan tidak tahu kehidupan sesudah kematiannya. Disinilah manusia menolak hari berbangkit. Mereka mengira bahwa sesudah kematian tidak akan ada lagi kehidupan. Kalau Al-Quran berpandangan bahwa sesudah kematian manusia akan dibangkitkan untuk meminta pertanggungjawaban atas keberlangsungan hidupnya selama di dunia. Namun yang menolaknya akan mengeluarkan alasan bahwa setelah kematian tidak ada kehidupan lagi. Alih-alih menyadari, mereka justru menentang hal itu. Mereka pun menolak hari kebangkitan. Ketika menolak hari kebangkitan mereka berbuat apa saja tanpa dikendalikan oleh kesadaran adanya hari pertanggungjawaban di akherat. Penolakan hari kebangkitan mendorong manusia berperilaku bebas. Mereka melanggar norma ketuhanan sehingga banyak terjadi pelanggaran sosial. Yang kaya menindas dan yang miskin berbuat bebas memanfaatkan kemiskinanbya dengan berbuat sekehendaknya. Yang kaya dan miskin sangat rentan melakukan pelanggaran syariat. Keduanya bahkan bisa bekerjasama untuk melakukan kejahatan. Yang kaya memanfaatkan orang miskin untuk mencapai tujuan, dan yang miskin juga melakukan apa saja yang dilakukan orang kaya untuk mendspatkan kekayaan demi mewujudkan keinginan duniawiannya .
Khalifah dan Kerusakan
Al-Quran menggambarkan adanya pemimpin tanpa wawasan dan kesadaran akan adanya hari pertanggungjawaban. Mereka berperilaku bebas tanpa batas. Hal inilah yang dikhawatirkan malaikat ketika Allah mengabarkan akan terjadinya penciptaan manusia. Hal ini diabadikan Al-Quran sebagaimana firman-Nya :
وَاِ ذْ قَا لَ رَبُّكَ لِلْمَلٰٓئِكَةِ اِنِّيْ جَا عِلٌ فِى الْاَ رْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَا لُوْۤا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَآءَ ۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَـكَ ۗ قَا لَ اِنِّيْۤ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”” (QS. Al-Baqarah : 30)
Allah menunjukkan perspektif optimisme ketika menciptakan manusia sebagai Khalifah. Sementara malaikat menunjukkan pesimisnya.
Allah berpandangan bahwa manusia yang memiliki pengetahuan tentang ketuhanan dan orientasi kehidupan akherat, maka akan tercipta dunia yang aman dan sentosa.
Hal.ini sebagai bantahan terhadap kekhawatiran malaikat akan perilaku buruk manusia. Penciptaan nabi dan rasul serta orang-orang shalih merupakan jawaban atas kekhawatiran malaikat. Orang-orang istimewa ini benar-benar menjalankan amanah Allah dalam menegakkan kebenaran. Bahwa para nabi dan rasul kedudukannya di sisi Allah sangat tinggi, mengatakan kedudukan malaikat.
Penciptaan manusia yang memiliki wawasan ketuhanan dan orientasi akherat yang baik akan mendatangkan kebaikan di seluruh jagat raya ini. Tegaknya syariat hanya akan terwujud dengan manusia yang memiliki pribadi rabbani.
Manusia yang memiliki wawasan yang luas dan mengagungkan Allah dengan pengagungan yang baik maka dia berada pada tingkat berada di atas malaikat. Nabi Muhammad diakui sebagai nabi dan rasul.terbaik sehingga dihormati dan dikirimi penghargaan terbaik ketika manusia melakukan ritual haji.
Dalam prosesi ibadah haji, seluruh manusia bertalbiyah kepada Allah atas petunjuk nabi. Manusia berbuat baik atas petunjuk dan perjuangan Nabi. Dengan satu nabi, manusia seluruh dunia berkumpul untuk mengagungkan Allah. Allah akan semakin agung dan pahala pun mengalir kepada nabi yang telah mengajarkan kebaikan kepada Allah.
Dalam ibadah haji semua manusia menghormati jasa nabi dengan mengirimkan shalawat kepadanya dan keluarganya. Allah memuliakan rasulnya melalui lisan-lisan para jamaah haji yang tak henti-hentinya menyebut namanya dan berharap syafaat padanya.
Madinah, 30 Juni 2024
Admin: Kominfo DDII Jatim