Artikel ke-1.8623
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Ketua Umum DDII Pusat
Dewandakwahjatim.com, Depok – Sastrawan besar, Raja Ali Haji, dalam karyanya, Gurindam 12, telah merumuskan panduan indah dan bermakna agar manusia bisa menjadi insan bertaqwa, yakni insan yang paling mulia martabatnya.
Panduan itu ditulisnya pada tiga pasal pertama, dari 12 pasal karya monumentalnya itu. Simaklah untaian nasehatnya berikut ini:
Gurindam I
Barang siapa tiada memegang agama,
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang yang ma’rifat.
Barang siapa mengenal Allah,
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri.
Barang siapa mengenal dunia,
tahulah ia barang yang teperdaya.
Barang siapa mengenal akhirat,
tahulah Ia dunia mudarat.
Gurindam II
Barang siapa mengenal yang tersebut,
tahulah ia makna takut.
Barang siapa meninggalkan sembahyang,
seperti rumah tiada bertiang.
Barang siapa meninggalkan puasa,
tidaklah mendapat dua termasa.
Barang siapa meninggalkan zakat,
tiadalah hartanya beroleh berkat.
Barang siapa meninggalkan haji,
tiadalah ia menyempurnakan janji.
Gurindam III
Apabila terpelihara mata,
sedikitlah cita-cita.
Apabila terpelihara kuping,
khabar yang jahat tiadalah damping.
Apabila terpelihara lidah,
niscaya dapat daripadanya paedah.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,
daripada segala berat dan ringan.
Apabila perut terlalu penuh,
keluarlah fi’il yang tiada senunuh.
Anggota tengah hendaklah ingat,
di situlah banyak orang yang hilang semangat.
Hendaklah peliharakan kaki,
daripada berjalan yang membawa rugi.
Jadi, agar orang mamahami makna taqwa (takut kepada Allah SWT), maka ada empat hal yang ia harus ma’rifat atau benar-benar mengenal mereka. Pertama, mengenal Allah SWT. Bukan sekedar tahu, tapi mengenal dengan benar-benar kenal.
Ia bisa mengenal Allah dengan memahami ayat-ayat-Nya. Siapa yang benar-benar kenal Allah SWT, maka pasti akan tunduk dan patuh kepada Allah. Ia akan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan cinta dan penuh keikhlasan. Inilah makna taqwa yang sesungguhnya.
Manusia taqwa harus pula mengenal dirinya sendiri. Siapa dirinya. Dari mana asalnya. Untuk apa ia hidup. Mau kemana setelah dia mati. Bahkan, ia harus pula mengenal tubuh dan jiwanya sendiri. Sebab, itu semua adalah ayat-ayat Allah. Manusia yang kenal dirinya, pasti ia mengenal Tuhannya.
Selanjutnya, ia harus mengenal benar akan hakikat dunia dan akhirat. Dengan itu ia tahu bahwa dunia itu kesenangan sementara yang menipu manusia. Betapa banyak orang tertipu oleh godaan dunia, bahkan rela menjual akhiratnya untuk duniaanya. Sejarah menunjukkan, umat Islam berulang kali mengalami kekalahan dan keterpurukan ketika ilmunya rusak, sehingga mereka terjangkit penyakit cinta dunia (hubbud-dunya).
Setelah pemikiran dan hatinya dipenuhi dengan iman, maka ia harus melaksanakan rukun Islam, yaitu: shalat lima waktu, zakat, puasa Ramadhan, dan ibadah haji. Kemudian, iman dan ibadahnya itu ia wujudkan menjadi akhlak mulia, dengan cara menjaga tujuh anggota tubuh, yaitu: mata, telinga, lidah, perut, kemaluan, tangan dan kaki.
Jadi, sebenarnya tiga pasal pertama Gurindam 12 itu merupakan panduan kebangkitan seorang manusia, untuk bisa menjadi manusia yang mulia. Yakni, manusia yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia. Itulah kesuksesan ibadah Ramadhan yang paling utama. Semoga kita bisa mengambil pelajaran berharga dari karya sastra yang indah dan penuh makna dari ulama dan pujangga besar kita ini. Amin. (Depok, 15 April 2024).
Admin: Kominfo DDII Jatim
Editor: Ainur Rofik Sophiaan