Artikel ke-1.784
Oleh: Dr. Adian Husaini
(www.adianhusaini.jd)
Ketua Umum DDII Pusat
Dewandakwahjatim.com, Depok – Alkisah, beberapa tahun lalu, seorang anggota Komnas HAM – yang saya tak kenal – menelepon saya. Katanya, ia ingin jumpa. Tentu saja, saya terkejut mendapat telepon dari kantor Komnas HAM. Akhirnya, saya datang juga.
Saat berjumpa, sang komisioner Komnas HAM itu bercerita, bahwa oleh dosennya di program Doktor Ilmu Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar, ia diharuskan membaca buku Wajah Peradaban Barat.
Ia menyangka, saya mengenal sang dosen, yakni Prof. Achmad Ali. Saya katakan, saya tidak mengenal beliau sama sekali. Jumpa pun belum pernah. Berbincang pun belum.
Sang Komisioner berkata: “Tapi beliau mewajibkan kami membaca buku Wajah Peradaban Barat.”
Alhamdulillah, dari perjumpaan dengan anggota Komnas HAM itulah akhirnya saya sempat jumpa dengan Prof. Achmad Ali di Makasar. Ketika itu beliau dalam kondisi kurang sehat. Tapi, memaksakan diri untuk menerima kehadiran saya.
Beliau menjamu saya di satu restoran terkenal di Makassar. Beliau didampingi oleh anak satu-satunya.
Dalam kesempatan itu ia banyak bercerita tentang kondisi kesehatannya dan perjalanan pengobatannya yang panjang, yang akhirnya terpaksa harus berobat ke Singapura.
Prof. Achmad Ali wafat pada 17 Juni 2012. Penulis asal Sulawesi Selatan, Dr. Ilham Kadir, dalam satu artikelnya, menyebut Prof. Achmad Ali sebagai “sang penjegal liberalisme”. (http://www.ilhamkadir.com/2013/02/sang-penjegal-liberalisme.html).
Buku Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler-Liberal (Jakarta: GIP, 2005), memang buku paling serius yang pernah saya tulis, setelah disertasi.
Alhamdulillah, buku ini menjadi juara pertama dalam Islamic Book Fair (IBF) di Jakarta tahun 2006, untuk kategori non-fiksi. Tahun 2007, buku saya, Hegemoni Kristen Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi, mendapat juara kedua dalam IBF.
Buku ini saya tulis didorong oleh rasa prihatin setelah banyak berkunjung dan berdiskusi di berbagai perguruan Tinggi Islam, sekitar tahun 2004. Maraknya paham liberal di kalangan dosen dan mahasiswa disebabkan – salah satunya — karena pemahaman yang tidak proporsional terhadap peradaban Barat.
Dalam pengantar untuk buku ini, Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud menulis: “Dalam bahasa Melayu, hampir tidak terdapat karya asli yang menayangkan begitu banyak fakta dari pelbagai sumber yang serius dan yang popular, seperti yang diusahakan oleh Adian Husaini.”
Cendekiawan Dr. Yudi Latif juga memberikan komentar singkat: “Buku ini memberi panduan yang berguna untuk memahami akar-akar perbedaan antara kosmologi Islam dan Barat.”
Buku Wajah Peradaban Barat terdiri atas 15 bab, terbagi dalam TIGA bagian: (I) Dari Kebingungan Menuju Kematian (II) Cara Memandang Islam (III) Invasi Pemikiran. Dan seperti dikatakan oleh ilmuwan Inggris, Marvin Perry: “Western civilization is a grand but tragic drama.”
*****
Hingga kini, saya tetap menyarankan pada para mahasiswa dan para santri untuk membaca buku Wajah Peradaban Barat, khususnya mereka yang mengambil mata kuliah Islamic Worldview. Dua buku lain yang saya wajibkan untuk dibaca adalah 10 Kuliah Agama Islam dan Novel Kemi 1-3.
Dengan membaca tiga buku tersebut, insyaAllah para santri dan mahasiswa memiliki bekal pemikiran yang memadai dalam membentuk dasar-dasar pemikiran Islam dan tantangan utamanya. Setiap hari kita wajib berdoa agar senantiasa memahami dan menetapi jalan yang lurus. Pada saat yang sama kita juga wajib berdoa agar terhindar dari jalan kaum yang dimurkai Allah (al-maghdlub) dan jalan kaum yang tersesat (al-dhallin).
Dalam beberapa kesempatan meninjau Kurikulum Pendidikan di beberapa lembaga pendidikan Islam, saya menyarankan agar dalam Pendidikan Aqidah para santri dan pelajar diberikan bekal yang cukup untuk memahami tantangan aqidah di zaman modern ini. Yakni, pemikiran-pemikiran modern yang berpotensi merusak iman dan akhlak umat Islam.
Semoga Allah SWT memberikan pertolongan kepada kita semua agar memahami yang benar itu benar dan diberikan kemampuan untuk mengikutinya. Juga, kita diberikan kemampuan memahami yang salah itu salah dan diberikan kemampuan pula untuk menjauhinya. Amin. (Depok, 25 Januari 2024).
Admin: Kominfo DDII Jatim/ss