Virus Fir’aun Dalam Mengelola Negara

Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Wakil Ketua Bidang Masjid, Pesantren dan Kampus Dewan Da’wah Jatim

Dewandakwahjatim.com, Mojokerto – Allah sengaja mengabadikan jasad guna mengajarkan manusia bagaimana Fir’aun memimpin dan mengelola negara secara culas. Hal ini sebagai bentuk penghinaan menghinakan padanya.
Allah ingin menunjukkan manusia yang melakukan penghinaan kepada Allah maka Allah mempertontonkannya.

Kejahatan Fir’aun

Allah membuka memori manusia agar tidak sombong dan angkuh ketika datang peringatan kepadanya. Ketika datang kebenaran diharapkan sadar dan tunduk. Alih-alih menjadi manusia yang bersyukur,n Fir’aun justru memukul baik piahk-pihak yang memberi peringatan kepadanya. Bahkan kedzalimannya menciptakan ketakutan pada masyarakatnya anehnya, elite yang berada di sekitarnya membiarkan dan mendiamkannya

Allah membalas dengan memperlihatkan jasadnya kepada seluruh manusia setelahnya. Manusia pun berduyun-duyun melihat jasadnya yang tak berdaya agar manusia bisa mengambil pelajaran. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :

فَا لْيَوْمَ  نُـنَجِّيْكَ  بِبَدَنِكَ  لِتَكُوْنَ  لِمَنْ  خَلْفَكَ  اٰيَةً  ۗ وَاِ نَّ  كَثِيْرًا  مِّنَ  النَّا سِ  عَنْ  اٰيٰتِنَا  لَغٰفِلُوْنَ

“Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami.”
(QS. Yunus : 92)

Allah menggerakkan hamba-Nya untuk mengabadikan jasad manusia paling kejam itu di Museum Egypt.
Hal itu sebagai pelajaran bagi siapapun yang melakukan kejahatan secara terbuka.

Kalau dahulu ketika jadi penguasa, Fir’aun bersikap sombong tiada tara.
Tak cukup dengan penghinaan itu, Allah pun memperlihatkan tempat dan di kediaman kelak saat di neraka dengan menunjukkannya baik pagi dan petang.
Allah mengajak manusia dengan menyaksikan jasad Fir’aun akan mengambil pelajaran.
Pelajaran berharga itu agar manusia tidak berbuat semena-mena sebagaimana Fir’aun. menghinakan. Betapa tidak sengsa dan hina ketika dipertontonkan bakal siksaan akan dia terima saat kiamat kelak.
Hal ini diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya

اَلنَّا رُ  يُعْرَضُوْنَ  عَلَيْهَا  غُدُوًّا  وَّعَشِيًّا  ۚ وَيَوْمَ  تَقُوْمُ  السَّا عَةُ  ۗ اَدْخِلُوْۤا  اٰلَ  فِرْعَوْنَ  اَشَدَّ  الْعَذَا بِ

“Kepada mereka diperlihatkan neraka, pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Lalu kepada malaikat diperintahkan), Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras!”
(QS. Ghafir : 46)

Ayat ini ingin menunjukkan bahwa Firaun dan pengikutnya mengalami penyiksaan di awal untuk menghinakannya sebelum hari kiamat datang. Ini merupakan bentuk kesengsaraan lahir batin.
Kejahatan paling besar dari Fir’aun ketika mendeklarasikan dirinya sebagai tuhan yang paling tinggi. Hal ini diabadikan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya:

فَقَا لَ  اَنَاۡ  رَبُّكُمُ  الْاَ عْلٰى 

“(Seraya) berkata, Akulah tuhanmu yang paling tinggi.”
(QS. An-Nazi’at : 24)

Firaun merupakan satu satunya ciptaan Allah yang mengaku sebagai tuhan. Ini merupakan kejahatan besar yang tidak bisa dibenarkan oleh akal sehat mana pun.

Perlakuan Allah atas jasad Fir’aun itu penuh hukmah agar manusia menghentikan praktek kejahatan dalam..
Alih-alih berhenti, manusia kebanyakan justru mempraktekkannya
Bukankah terjadi praktek kejahatan seperti ancaman, pengusira dan bahkan pembunuhan manusia karena rasa dengki. Sehingga kita dapati manusia mengagungkan pimpinannya untuk mendapatkan sesuatu. Mereka mengejar duniawi dan kekuasaan dengan mendekatkan dirinya pada penguasa. Mereka berani dengan menjilat, merendahkan diri pada penguasa hingga tak peduli pada manusia lain. Mereka oun membenarkan, atau minimal mendiamkan, perkataan pemimpinnya yang diyakini telah berbuat salah.
Al-Qur’an ingin menghentikan pola praktek bernegara ala Fir’aun dan para elitenya, namun perulangan sejarah berlaku Betapa banyak manusia yang menentang perilaku Fir’aun tetapi justru mempraktekkan pola kekuasaannya, seperti berani menabrak aturan, melanggar norma bernegara demi memperturutkan keinginannya. Karena para elite mendiamkan perilakunya, maka pemimpin ini yakin bahwa apa yang dilakukannya benar. Buntut dari tertabraknya aturan dan praktek bernegara ini lahir kekacauan di negaranya.
Ambisi berkuasa tak bisa menghentikan tuntutan dan jeritannya. Hatinya telah mati tertutup ambisi besar. Dia sebenarnya sedang menggali lubang untuk menggulung kekuasaannya, namun dia tak merasakannya.
Sejarah akan mencatat buruk atas apa yang pernah dilakukannya sebagaimana Allah memperlakukan Fir’aun dengan mengabadikan jasadnya.

Mojokerto, 4 Pebruari 2024

Admin: Kominfo DDII Jatim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *