Artikel ke-1.781
Oleh: Dr. Adian Husaini
(www.adianhusaini.id)
Ketua Umum DDII Pusat
Dewandakwahjatim.com, Depok – Program “NGAJI PENDIDIKAN” bersama Dr. Adian Husaini, ternyata mendapat sambutan yang sangat meriah. Kajian perdana (Jumat, 19/1/2024), melalui media zoom dan youtube, dihadiri lebih dari 600 peserta. Untuk sebuah kajian ilmiah serius, tentu ini jumlah yang sangat banyak.
Apalagi, yang hadir dalam Kajian itu adalah kaum terdidik. Tidak sedikit pula pimpinan lembaga dan asosiasi pendidikan. Ada juga rektor dan wakil rektor perguruan tinggi.
Setelah Kajian, banyak sekali yang meminta rekaman dan slide power point yang saya bahas. InsyaAllah, Program NGAJI PENDIDIKAN ini akan dilaksanakan setiap Jumat Malam, pkl. 20.00-21.30 WIB.
Pada Kajian Perdana, saya membahas tema: “Menjernihkan Makna Pendidikan”. Ia merujuk terutama kepada gagasan Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas yang pernah disampaikan dalam Konferensi Pendidikan Islam di Kota Makkan, 1977. Dalam Konferensi di Mekkah tersebut, hadir antara lain Prof. Dr. AM Saefuddin yang kemudian membuat program Islamisasi Sains dan Kampus (ISK) di UIKA Bogor. Ketika itu, tahun 1983, beliau menjabat sebagai Rektor UIKA Bogor.
Dalam acara Ngaji Pendidikan itu, saya menguraikan juga sejumlah definisi Pendidikan yang pernah dirumuskan oleh Ki Hajar Dewantara. Juga rumusan dalam UUD 1945, dan UU Sisdiknas No 20 tahun 2020.
“Konsep pendidikan ideal ini – dalam bentuknya yang paling sempurna — telah diterapkan oleh Nabi Muhammad saw dan terbukti telah melahirkan generasi terbaik,” papar Dr. Adian Husaini, yang juga Ketua Program Doktor Pendidikan Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor.
Konsep pendidikan itu pula yang kemudian melahirkan generasi Shalahudin al-Ayyubi, Generasi Muhammad al-Fatih, dan Generasi 1945 di Indonesia. Tokoh-tokoh seperti Mohammad Natsir, Buya Hamka, dan sebagainya juga lahir dari model pendidikan seperti ini. Model pendidikan ideal inilah yang dirumuskan oleh Umar bin Khathab r.a. dalam ungkapannya: “taaddabuu tsumma ta’allimuu.”
Konsep pendidikan nasional kita memang perlu ditelaah secara komprehensif dan mendasar. Sebab, selama ini cukup banyak pakar dan praktisi pendidikan yang telah menyuarakan hal itu.
Misalnya, kritik dari Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro yang pernah menjadi Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud selama dua periode. Ia pernah menulis makalah berjudul: “Mempertanyakan Cetak Biru Pendidikan Indonesia” dalam acara di Lembaga Pengkajian MPR. Dalam acara di MPR itu, saya duduk di samping kiri beliau.
Juga, penting dicatat dengan tinta tebal, kritik-kritik dari tokoh pendidikan nasional seperti Ki Hajar Dewantara terhadap model pendidikan Barat yang dulu dibawa oleh pemerintah kolonial Belanda. Pendidikan Barat disebut Ki Hajar telah mengabaikan aspek keimanan dan akhlak, sehingga bisa memunculkan sifat individualisme dan materialisme.
Ada lagi kritik di era kini dari Prof. Daniel Rasyid, guru besar ITS Surabaya, yang mengkritisi sistem sekolah. Semua kritik itu menunjukkan memang ada masalah yang perlu kita perbaiki terus-menerus.
Hanya saja, berdasarkan UU Sisdiknas, pemerintah telah memberikan ruang yang cukup besar bagi masyarakat untuk menyelenggarakan sistem pendidikan secara lebih merdeka dan mandiri. Peluang itulah yang harus dimanfaatkan oleh masyarakat, sebesar-besarnya.
Siapa pun presiden dan siapa pun menterinya, umat Islam diberikan kesempatan untuk merumuskan dan menyelenggarakan sistem pendidikannya sendiri.
Ada puluhan topik kajian yang insyaAllah akan kita bahas pada kajian-kajian berikutnya, seperti: (1) Memahami Konsep Pendidikan Ideal “TOP” (2) Sejarah Sekularisasi Pendidikan di Indonesia dan Respon Umat Islam (3) Gelombang Kebangkitan Pendidikan Islam (1990-2024) dan Tantangannya (4) Pendidikan Adab berbasis Khazanah Islam Nusantara (5) Pemikiran dan Keteladanan Pendidikan Mohammad Natsir (6) Pemikiran Pendidikan KH Hasyim Asy’ari. (7) Pemikiran Pendidikan KH Ahmad Dahlan (7) Pemikiran Pendidikan dalam Kitab Ta’limul Muta’allim (8) Empat Keunikan Konsep Ilmu dalam Islam (9) Merumuskan Kurikulum Pendidikan Tingkat SD-SMP (10) Merumuskan Kurikulum Pendidikan Tingkat SMA (11) Aplikasi Pendidikan Akhlak di Sekolah (12) Konsep Universitas Ideal (13) Kiat Melahirkan Guru Keluarga (14) Ahlus Shuffah sebagai Model Universitas Ideal (15) Benarkah Pendidikan Indonesia Lebih Rendah Mutunya dari Cina, Finlandia dan Malaysia (16) Konsep Pendidikan untuk Melahirkan Pemimpin (17)
Konsep Pendidikan Ideal dalam al-Quran Surat Luqman: 12-19. (18) Mewujudkan Pesantren sebagai Model Ideal Pendidikan Nasional (19) Inilah Hakikat Kemajuan dan Kesuksesan, (20) Kunci Sukses Pendidikan: Guru yang Beradab, (21) Saatnya Perguruan Tinggi Islam Bangkit Menjadi yang Terbaik, (22) Pendidikan yang Mendewasakan Anak pada waktunya (23) Dan topik-topik aktual lainnya.
Tingginya minat peserta Kajian Pendidikan yang serius seperti ini – dan banyak juga di tempat lainnya – menunjukkan bahwa kaum terdidik kita memiliki minat yang tinggi untuk melahirkan konsep dan lembaga pendidikan yang unggul. Sejak tahun 1990-an, telah terjadi gelombang kebangkitan lembaga pendidikan Islam di seluruh Indonesia. Kepercayaan umat Islam terhadap lembaga pendidikan Islam terus meningkat.
Tetapi, pada saat yang sama, tantangan pendidikan Islam pun amat sangat berat. Dominasi keilmuan dan sistem pendidikan sekular masih sangat kuat. Karena itu, para pakar dan praktisi pendidikan Islam dituntut untuk terus-menerus meneliti, berpikir, bermusyawarah, dan berkolaborasi untuk melahirkan lembaga pendidikan Islam yang benar-benar ideal – tingkat dasar sampai Perguruan Tinggi.
Saya berharap, Ngaji Pendidikan setiap Jumat malam ini dapat menjadi ajang tukar menukar gagasan-gagasan cemerlang dalam pendidikan. Semoga Allah SWT menolong kita semua. Amin. (Depok, 22 Januari 2024).
Admin: Kominfo DDII Jatim/ss