RAKORNAS DDII UNTUK KEMAJUAN NEGERI YANG HAKIKI

Artikel ke-1.773
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
KetuaUmum DDII PUSAT

Dewandakwahjattim.com, Jakarta
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) kembali menggelar acara tahunan berupa Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas), di Jakarta, pada 12-14 Januari 2024. Sejak berdirinya, 26 Februari 1967, baru kali ini Rakornas DDII digelar di kantor sendiri secara penuh. Pengurus pusat dan daerah bersidang dan menginap di Gedung Menara Dakwah, Komplek Masjid al-Furqan, DDII.

Sebanyak 27 perwakilan DDII tingkat Provinsi hadir dalam acara Rakornas, yang sengaja digelar menjelang Pemilu 2024. Sebagian besar agenda pembahasan adalah tentang evaluasi dan perencanaan program DDII di bidang pendidikan dan dakwah di tahun 2024. Sejak tahun 2020, pengurus DDII telah menetapkan visi mewujudkan Indonesia adil makmur 2020-2045; atau Indonesia Maju 2045.

Sebagai organisasi dakwah, DDII memiliki strategi yang khas dalam mewujudkan Indonesia Maju 2045. Caranya dengan merumuskan Peta Jalan, merumuskan konsep-konsep pembangunan yang konstitusional dan Islami, serta menyiapkan kader-kader unggul yang akan menjadi pemimpin di masa depan dalam berbagai tingkatan dan bidang kehidupan.

Dalam pemaparan program DDII 2024, saya menyampaikan kembali TIGA pesan penting pendiri DDII, Mohammad Natsir, yaitu: niat ikhlas dalam dakwah, memahami kondisi dan situasi dengan baik, dan senantiasa berbenteng di hati umat.

Dakwah mencakup seluruh aspek kehidupan. Termasuk aspek politik. Hanya saja, DDII memilih perjuangan politik dalam bentuk “high politic”, yakni “politik nilai”. Ada dua peran penting yang dijalankan oleh DDII dalam bidang politik, yaitu: (1) Memberikan nasehat-nasehat yang baik tentang konsep-konsep pendidikan, ekonomi, politik, pembangunan, dan sebagainya; dan (2) Menyiapkan kader-kader pemimpin umat yang unggul untuk berkiprah di berbagai bidang kehidupan.

Mohammad Natsir pernah berpesan: “Politik dan dakwah itu tidak terpisah. Kalau kita berdakwah, membaca al-Qur’an dan hadits, itu semuanya politik. Jadi kalau dulu kita berdakwah lewat jalur politik dan sekarang kita berpolitik melalui jalur dakwah. Ya mengaji politik begitulah. Saya merasa bahwa Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia itu tidak lebih rendah dari pada politik. Politik tanpa dakwah itu hancur. Lebih dari itu, bagi saya untuk diam itu tidak bisa”. (Mohammad Natsir, dalam musyawarah di Masjid al-Munawarah Tanah Abang Jakarta, tahun 1967). (Lihat disertasi Doktor Ujang Habibie, Pendidikan Kader Dai Mohammad Natsir, di Program Doktor Pendidikan Islam, Universitas Ibn Khaldun Bogor).

DDII mengingatkan kepada para pemimpin dan tokoh bangsa, agar merumuskan konsep-konsep pembangunan yang membawa kepada kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat, dunia dan akhirat. Meneruskan pesan Pak Natsir tentang bahaya paham sekularisme bagi bangsa Indonesia, sebagai ketua umum DDII, saya menyampaikan pesan-pesan pembangunan kepada para calon presiden. Yakni, pembangunan yang berbasis kepada landasan konstitusi dan mentaati tuntunan Tuhan Yang Maha Esa. Tugas dan kewajiban kita adalah menyampaikan dakwah dengan sebaik-baiknya.

Kemajuan yang hakiki lebih mengutamakan kemajuan jiwa dan raga manusia Indonesia, agar menjadi manusia yang baik, yang berguna bagi sesama, dan selamat sejahtera serta bahagia dunia akhirat. Jadi, kemajuan mohon tidak hanya diukur dari kemajuan perolehan harta dan jabatan. Jabatan dan kekayaan belum tentu mengantarkan manusia kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia-akhirat.

Tidak sedikit pejabat dan orang-orang kaya yang hidupnya menimbulkan kemudharatan terhadap masyarakat. Semua itu harus dimulai dengan perbaikan atau pembersihan jiwa manusia. Hanya jiwa-jiwa yang bersih saja yang akan mampu melahirkan kesuksesan. Jiwa yang dipenuhi dengan noda-noda hitam kemalasan, kedengkian, ketakutan, kelemahan, dan kesombongan, tidak akan mengantarkan pada kemajuan yang hakiki.

Karena itulah, disamping tantangan eksternal, Mohammad Natsir juga mengingatkan bahaya tantangan dakwah internal, berupa penyakit hati “cinta dunia” yang sedang melanda masyarakat. Penyakit ini, kata Pak Natsir, jika tidak diberantas, bisa menyeret umat Islam Indonesia ke jurang kehancuran, sebagaimana pernah dialami oleh kaum Muslim di Andalusia.

Tahun 2005-2010, saya mendapat amanah sebagai salah satu Ketua DDII. Tahun 2010-2020, saya menjadi anggota Badan Pembina DDII. Dan mulai 2020, saya mendapat amanah menjadi Ketua Umum DDII. Alhamdulillah, Allah memberikan kesempatan yang sangat berharga untuk memahami situasi dan kondisi umat serta tantanga dakwah yang terus berlansung secara dinamis.

Setelah berkeliling ke hampir seluruh provinsi, dalam Rakornas 2024, saya mengajak semua pengurus dan dai DDII bersyukur atas perkembangan DDII, khususnya dalam soal keikhlasan dan .kesungguhan dalam aktivitas dakwah.

Semangat keikhlasan para pengurus DDII bisa dirasakan bersama-sama. Hampir semuanya hadir ke Jakarta dengan biaya sendiri-sendiri.
“Andaikan Pak Natsir hadir bersama kita, insyaAllah beliau tersenyum menyaksikan perkembangan DDII yang beliau rintis berdirinya 57 tahun lalu,” demikian ungkapan syukur yang saya sampaikan kepada ratusan peserta Rakornas DDII.

Dalam menghadapi Pemilu 2024, DDII menyerukan agar umat memilih pemimpin terbaik, sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Umat Islam jangan sampai tidak memilih, karena memiliki kesempatan untuk ikut serta memperbaiki perjalanan bangsa kita ke depan.

Mohon doanya, semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan dan pertolongan kepada seluruh pengurus dan dai DDII yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Amin. (Depok, 14 Januari 2024).

ddii, #dewandakwah, #lembagadakwah, #pendidikanddiiterbaik

Admin: Kominfo DDII JATIM/ss

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *