Artikel ke 1.755
Oleh: Dr. Adian Husaini
(www.adianhusaini.id)
Ketua Umum DDII Pusat
Dewandakwahjatim.com, Depok – Menghadapi Pemilu 2024, Organisasi Persatuan Islam (PERSIS) menegaskan sikapnya. Bahwa, Persis bersikap netral dan independen dalam Pemilu 2024. Persis juga mendorong Pemilu 2024 berlangsung dengan aman dan kondusif.
Seperti dilaporkan republika.co.id, Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Persis, Atip Latipulhayat, organisasinya tidak menjadi bagian, underbow, ataupun berafiliasi dengan partai politik manapun, dan tidak mengizinkan para pimpinan dan aktivis organisasi menjadi juru kampanye atau tim sukses pasangan capres-cawapres.
“Tetapi, (kami) mempersilakan dan mendorong para kader potensial untuk berkontestasi secara adil dan bermartabat dalam pemilu legislatif, maupun pilpres dan pilkada atas nama pribadi, dengan menyatakan nonaktif dari kepengurusan kepemimpinan jam’iyah,” kata Atip selepas Musyawarah Kerja Nasional Persis di Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Ahad (26/11/2023).
Atip juga mengatakan PP Persis mendorong Pemilu berlangsung dengan aman dan kondusif, serta masyarakat harus diberi edukasi politik agar keberlangsungan pesta demokrasi di Indonesia pada 2024 bisa terselenggara dengan nyaman dan tidak menimbulkan perpecahan.
“Sejatinya pemilu harus dibarengi dengan edukasi politik bagi masyarakat, karena hajatan pemilu nasional harus menjadi sarana menyatukan kesadaran hidup berbangsa dan bernegara. Masyarakat tidak mungkin dan tidak boleh dipaksa untuk menyatukan pilihan kepada salah satu calon pemimpin. Tetapi, masyarakat mesti disatukan persepsinya tentang tujuan dan cita-cita dari kehidupan berbangsa dan bernegara secara benar sesuai dengan falsafah dan ideologi negara yang telah disepakati oleh para pendiri negeri ini,” ucapnya.
Persis turut mendukung agenda kampanye pemilu yang damai serta menolak kampanye hitam, hoaks, SARA dan politik uang, serta mendorong calon pemimpin yang terpilih dari hasil Pemilu 2024 supaya bisa mewujudkan persatuan bagi bangsa Indonesia.
“Persis siap berpartisipasi aktif dalam pemilu dengan menggunakan hak pilih secara sadar dan bertanggung jawab sebagai bagian dari ikhtiar menjaga kesinambungan dan memperbaiki kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujarnya.
Dalam pilpres yang akan berlangsung bersama-sama dengan pemilihan legislatif (pileg), Atip mengatakan Persis mengharapkan para calon presiden yang berkontestasi dapat merealisasikan cita-cita bangsa sebagaimana amanat konstitusional, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, menyejahterakan bangsa, dan ikut serta dalam perdamaian dunia.
“Secara lebih spesifik, karena sekarang terus terang, kita ini di dalam bernegara belum memenuhi target yang diinginkan, belum sepenuhnya baik-baik saja, di bidang ekonomi di samping pertumbuhan (harus) ada pemerataan, sehingga terjadi distribusi aset nasional yang adil, kemudian penegakan hukum yang betul-betul adil, sehingga tercipta sebuah penghormatan dan pelaksanaan terhadap konsep negara tersebut,” tuturnya.
Bisa dikatakan, itulah ijtihad politik yang diputuskan oleh salah satu Ormas Islam di Indonesia. Persis dikenal sebagai organisasi yang mengedepankan tradisi ilmu yang baik dalam pengambilan keputusan. Keputusan itu diambil dalam acara Mukernas. Sikap resmi Persis ini sejalan dengan sikap banyak Ormas Islam lainnya.
Persis termasuk salah satu organisasi Islam yang dulunya bergabung dalam Partai Islam Masyumi, sebagai anggota istimewa, seperti halnya Muhammadiyah, al-Washliyah, al-Irsyad, Persatuan Umat Islam, Mathlaul Anwar, dan sebagainya. Setelah Masyumi membubarkan diri dan pemerintah Orde Baru tidak mengizinkan rehabilitasi Partai Masyumi, maka Persis berkonsentrasi dalam dunia pendidikan dan dakwah. Begitu juga sikap yang diambil oleh Muhammadiyah dan lain-lain.
Keputusan politik Ormas-Ormas Islam itu telah membawa hasil yang sangat baik dalam dunia dakwah dan pendidikan. Kini, ribuan sekolah Islam, pesantren, universitas Islam, rumah sakit Islam, dan sebagainya, telah berkembang pesat di Indonesia. Umat Islam semakin percaya terhadap lembaga-lembaga pendidikan Islam.
Dampaknya, secara sosial-budaya, masyarakat Indonesia juga semakin religius. Dalam satu survei oleh Pew Research Center, 93 persen masyarakat Indonesia menyatakan, bahwa agama sangat penting peranannya dalam kehidupan. Sejumlah negara, seperti Jepang, Inggris, Swedia, Jerman, Perancis, hanya memiliki 10-11 persen rakyatnya yang menyatakan agama sangat penting. RRC hanya 3 persen, Israel 36 persen, Australia 18 persen.
Apakah dengan bersikap netral dalam Pemilu itu Ormas-ormas Islam tidak berdakwah dalam bidang politik? Jawabnya: Tentu saja tidak! Ormas-ormas Islam itu netral, sebagai organisasi. Tetapi, para pimpinan dan individu ormas Islam itu pasti memiliki pilihan politik masing-masing.
Sebagai lembaga pendidikan, lembaga wakaf dan lembaga amil zakat, Ormas-ormas Islam itu biasanya memilih bersikap netral dalam Pemilu atau Pilkada. Adapun dakwah dalam bidang politik dilakukan dalam bentuk politik nilai, yakni memberikan sumbangan pemikiran-pemikiran yang konstruktif untuk kemaslahatan umat dan bangsa.
Kita menghormati pandangan dan sikap politik yang diambil oleh Persis dan sejumlah Ormas lainnya. Hanya saja, ke depan, peran Ormas-ormas Islam dalam bidang politik masih perlu ditingkatkan dalam dua hal.
Pertama, Ormas-ormas Islam perlu lebih aktif dalam melakukan perumusan konsep-konsep pembangunan bangsa, agar lebih sejalan dengan ajaran Islam.
Kedua, perlu peningatan kualitas dan kuantitas kader-kader Ormas Islam yang terlibat dalam partai-partai politik.
Semoga Allah SWT memberikan bimbingan kepada para pimpinan Ormas Islam agar mereka bisa memutuskan langkah terbaik untuk kemaslahatan umat dan bangsa Indonesia. Amin. (Depok, 26 Desember 2023).
Admin: Kominfo DDII Jatim/ss