Oleh: Dr. Adian Husaini
(www.adianhusaini.id)
Ketua Umum DDII Pusat
Dewandakwahjatim.com, Depok - Pesantren adalah lembaga pendidikan terbaik di Indonesia. Sepatutnya, pesantren menjadi model ideal pendidikan nasional. Gagasan ini pernah disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tahun 1928. Entah kenapa gagasan ini belum terwujud.
Pada November 1928, di Majalah Wasita, Jilid I No.2, Ki Hajar Dewantara menulis artikel berjudul “Sistem Pondok dan Asrama Itulah Sistem Nasional”. Menurut Ki Hajar, hakikat pesantren adalah terjadinya proses interaksi intensif antara kyai dan santri, sehingga terjadi proses pengajaran dan pendidikan.
“Di situ karena guru dan murid tiap-tiap hari, siang malam berkumpul jadi satu, maka pengajaran dengan sendiri selalu berhubungan dengan pendidikan,” demikian kata Ki Hajar Dewantara (Lihat, buku Ki Hajar Dewantara: Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, dan Sikap Merdeka (I, Pendidikan), Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Yogyakarta: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, 2013, cetakan kelima).
Sejatinya, hakikat pendidikan terbaik – seperti pondok pesantren – ini telah ada sejak dahulu kala. Dengan model inilah lahir manusia-manusia mulia seperti – misalnya — Nabi Ismail a.s., Maryam, dan sebagainya.
Inti sari atau hakikat dari pendidikan – menurut Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas — adalah proses penanaman nilai-nilai adab atau akhlak mulia. Rasulullah saw menegaskan, tujuan beliau diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak.
Jadi, bisa dikatakan, model pendidikan pesantren telah diterapkan dalam bentuknya yang paripurna oleh Nabi Muhammad saw. Karena itu, jangan memandang remeh pondok pesantren. “Pesantren”, sejatinya, bukan sekedar adanya kyai, santri, masjid, kitab, asrama.
Pesanren yang sejati adalah model pendidikan yang mengutamakan penanaman adab/akhlak mulia, tafaqquh fid-din, dan nilai-nilai perjuangan. Karena itu, pendidikan pesantren harus mengutamakan keteladanan dan ilmu yang benar.
Untuk memahami hakikat dan konsep pesantren dengan lebih mendalam itulah, maka pada 21-25 Oktober 2023, Pesanren At-Taqwa Depok menggelar acara unik, yaitu: SEMINAR LIMA HARI bersama Pesantren At-Taqwa Depok.
Adapun temanya ialah: “MENGENAL KONSEP PENDIDIKAN IDEAL DAN APLIKASINYA DI PESANTREN.” Studi kasusnya di Pesantren At-Taqwa Depok. Selama LIMA HARI itu, pendiri dan pembina Pesantren At-Taqwa Depok. Alhamdulillah, saya bisa hadir dalam seminar lima hari itu.
Melalui seminar itu, kami mengingatkan kembali, bahwa pendidikan anak sesungguhnya tetap menjadi tanggung jawab orang tua, meskipun anak sudah nyantri di pesantren. Konsekuensinya, orang tua wajib memahami konsep pendidikan anak yang benar. Jadi, tidak sepatutnya orang tua berlepas tangan setelah mengirim anaknya ke pesantren.
Ada pun tema-tema seminar selama hari itu adalah:
(1). Model Pendidikan Nabi, Aplikasi dan Hasilnya, Dulu dan Kini, bersama:
Dr. Adian Husaini.
(2). Konsep Pendidikan Ideal Tingkat SMP dan Aplikasinya di Pesantren At-Taqwa Depok, bersama Direktur SMP At-Taqwa, Bana Fatahillah, Lc.
(3) Konsep Pendidikan Ideal Tingkat SMA dan Aplikasinya di Pesantren At-Taqwa Depok, bersama Direktur SMA, Ahda Abid Al-Ghifari S.Pd.
(4) Konsep Pendidikan Ideal Tingkat Pendidikan Tinggi dan Aplikasinya di Pesantren At-Taqwa Depok, bersama Mudir Pesantren, Dr. Muhammad Ardiansyah.
(5) Dialog pendidikan, OPEN HOUSE dan Pembukaan Pendaftaran Santri Baru Pesantren At-Taqwa Depok Tahun Ajaran 2024-2025.
Pesantren At-Taqwa Depok memang memberi kesempatan para santri untuk pulang ke rumahnya sebulan sekali. Selama tiga hari, para santri berkesempatan untuk bertemu dengan orang tua mereka. Keberhasilan pendidikan memerlukan kesungguhan dari tiga pihak, yaitu santri, orang tua, dan guru.
Dalam seminar itu, saya kembali menyampaikan lima kunci sukses pendidikan anak, yaitu (a) Niat yang benar (2) pemahaman Islamic Worldview (3) Pemahaman sejarah yang benar (4) pemahaman tentang konsep ilmu dalam Islam dan tantangannya, dan (5) kemampuan komunikasi lisan dan tulisan.
InsyaAllah dengan kelima hal tersebut, para santri akan memiliki adab atau akhlak yang baik dan jiwa cinta ilmu dan cinta dakwah. Sejak dini, para santri dikenalkan pula dengan pemikiran-pemikiran yang bathil, dengan tujuan untuk dapat mengenal dan menjauhinya. Salah satu doa yang setiap hari kita panjatkan adalah ditunjukkan jalan yang sesat agar kita mampu menjauhinya.
Merujuk kepada teori Prof. Naquib al-Attas, bahwa akar krisis yang melanda umat Islam adalah loss of adab (hilang adab). Penyebabnya: confusion of knowledge (kekacauan ilmu). Maka, solusinya adalah inculcation of adab (penanaman adab) yang harus dibimbing oleh ilmu dan hikmah. Inilah sebenarnya pendidikan yang sejati.
Perguruan At-Taqwa Depok telah berumur 25 tahun, dimulai tahun 1998 dengan penyelenggaraan Taman Pendidikan al-Quran. Sedangkan pesantren At-Taqwa Depok – tingkat SMP dan SMA – telah berumur 8 tahun dengan jumlah santri sekitar 180 orang. Semua santri tinggal di pesantren. Begitu juga hampir semua gurunya.
Karena tantangan yang begitu besar, maka untuk mewujudkan pendidikan yang ideal memang memerlukan keikhlasan, kesungguhan, kecerdasan, dan pengorbanan. Semoga Allah SWT membimbing kita semua agar senantiasa bisa istiqamah berada di jalan-Nya yang lurus. Amin. (Depok, 22 Oktober 2023).
Admin: Kominfo DDII Jatim