Artikel ke-1.682
Oleh: Dr. Adian Husaini
(www.adianhusaini.id)
Ketua Umum DDII Pusat
Dewandakwahjatim.com, Depok – Sebagai muslim, setiap hari kita berdoa agar kita diberi petunjuk oleh Allah untuk senantiasa memahami dan menetapi jalan yang lurus (shirathal mustaqim). Pada saat yang sama, kita juga berdoa, agar dijauhkan dari jalan orang-orang yang dimurkai Allah (al-maghdhub) dan jalan orang-orang yang tersesat.
Rasulullah saw menyebut bahwa orang-orang yang dimurkai Allah itu adalah orang-orang Yahudi. Tentulah bukan semua orang Yahudi mendapat murka Allah. Yang dimurkai adalah orang-orang Yahudi dan siapa saja yang memiliki sifat-sifat al-maghdhub. Yakni, mereka yang telah mengenal kebenaran tetapi enggan untuk mengikutinya. Bahkan, mereka juga merusak kebenaran, sehingga jalan kebenaran itu tertutup.
Rasulullah saw juga mengingatkan kita: “Setiap anak dilahirkan dalam fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR Bukhari).
Drama pembantaian manusia di Gaza oleh kaum Yahudi-Israel yang terus-menerus terjadi selama bertahun-tahun, semakin jelas menunjukan sifat-sifat asli kaum yang dimurkai Allah itu. Semoga ini semakin menguatkan kesadaran umat Islam untuk mengikuti jalan-jalan kaum Yahudi.
Apalagi, Rasulullah pernah memberikan peringatan keras: Begitu juga peringatan dari Rasulullah saw: “Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak sekalipun kalian pasti akan mengikuti mereka.” Kami bertanya; “Wahai Rasulullah, apakah mereka itu kaum Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab: “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR Muslim).
Kita perlu catat dengan baik, bahwa di zaman modern seperti sekarang, dominasi Yahudi dalam dunia pemikiran dan pendidikan modern sangat kuat. Karena itu, untuk menghindarkan seseorang agar tidak terjebak ke dalam pemikiran dan kelakuan Yahudi, pun bukan perkara mudah. Padahal, Allah SWT sudah mengingatkan: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah ridha kepadamu sampai kamu mengikuti agama mereka.” (QS al-Baqarah: 120).
Menurut Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, kaum Yahudi dan Nasrani telah berhasil mewujudkan peradaban modern, yang dikenal sebagai peradaban Barat (Western Civilization). Inilah peradaban yang paling merusak dalam sejarah umat manusia.
Prof. al-Attas mengingatkan agar kaum muslim menyadari tantangan besar yang berasal dari peradaban Barat ini. Pertama kali, tentu dengan mengenal benar-benar sifat peradaban Barat. Sebab peradaban inilah yang kini sedang menguasai dan tidak henti-hentinya melakukan serangan terhadap Islam dalam berbagai bentuknya.
Prof. Naquib al-Attas menulis: “Seperti juga dalam ilmu peperangan kau harus mengenali siapakah dia seterumu itu; di manakah letaknya kekuatan dan kelemahan tenaganya; apakah helah dan tipu muslihatnya bagi mengalahkanmu; bagaimanakah cara dia menyerang dan apakah yang akan diserangnya; dari jurusan manakah akan serangan itu didatangkan; siapakah yang membantunya, baik dengan secara disedari mahupun tiada disedari – dan sebagainya ini, maka begitulah kau akan lebih insaf lagi memahami nasib serta kedudukan Islam dank au sendiri dewasa ini apabila penjelasan mengenai seterumu itu dapat dipaparkan terlebih dahulu.” (Syed Muhammad Naquib al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin, (Kuala Lumpur: ISTAC, 2001)).
Khusus untuk Yahudi, banyak ilmuwan Barat yang sudah mengingatkan bahaya dominasi Yahudi terhadap bangsa Barat dan juga umat manusia. Diminasi Yahudi di AS, misalnya, terus memperburuk situasi peradamaian di Timur Tengah dan di dunia. Mimpi perdamaian yang diidam-idamkan umat manusia tak pernah tercapai, selama kaum Yahudi terus mencengkeram politik dalam dan luar negeri AS.
Pakar psikologi AS, Prof. Kevin McDonald, dalam bukunya The Culture of Critique, menyimpulkan bahwa, gerakan intelektual abad ke-20, — yang sebagian besar didirikan dan dipimpin oleh orang-orang Yahudi – ‘have changed European societies in fundamental ways and destroyed the confidence of Western man.”
Jadi, jika Rasulullah saw, sudah mengingatkan, jangan kita ikuti pola pikir dan cara hidup kaum Yahudi dan Nasrani, serta didiklah anak-anak kita agar mereka tidak menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majuzi, perlu kita sadari, bahwa perintah Rasulullah saw itu sungguh bukan perkara mudah untuk kita jalankan.
Peringatan Rasulullah saw patut terus kita renungkan, agar mendidik anak dengan benar, supaya menjadi manusia yang baik; manusia beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia. Sebaliknya, jangan menyerahkan pendidikan anak kepada lembaga atau guru-guru yang justru menjadikan anak-anak itu memiliki sifat-sifat seperti kaum yang dimurkai atau yang tersesat jalannya.
Karena itu, dalam pendidikan, anak-anak perlu dipahamkan, mana jalan yang lurus, mana jalan yang dimurkai dan mana jalan yang sesat. Jadi, untuk dapat mendidik anak dengan benar tentu memerlukan ilmu yang mencukupi. Untuk dapat ilmu, perlu kesungguhan, keikhlasan, dan pengorbanan.
Sangat aneh jika untuk dapat mencari makan dan menjadi orang bergengsi di dunia, orang tua mau mengerahkan segenap kemampuan intelektual dan materialnya. Tetapi, untuk memahami jalan keselamatan diri dan anak-anaknya dari api neraka, justru dilakukan sambilan atau asal-asalan.
Semoga kita tidak seperti itu. Dan semoga Allah menolong kita dan keluarga kita agar bisa terus menetapi jalan yang lurus, serta terhindar dari jalan kaum yang dimurkai dan kaum yang tersesat! Amin. (Depok, 13 Oktober 2023).
Admin: Kominfo DDII Jatim