MERAWAT BUDAYA ILMU DI MUHAMMADIYAH

Artikel Terbaru (ke-1.650)
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

Ketua Umum DDII Pusat

Dewandakwahjatim.com, Depok - Salah satu aktivitas pendidikan yang sangat baik di keluarga besar Muhammadiyah adalah Pengajian Ahad Pagi. Acara ini sudah berlangsung puluhan tahun dan dilaksanakan di berbagai kota. Acaranya pun dibuat singkat dan padat: pukul 06.00 – 07.00 pagi. Beberapa kali saya mengisi acara ini. Ahad (10/9/2023), saya mengisi di Universitas Muhammadiyah Ponorogo. 

Seperti saya lihat di tahun-tahun sebelumnya, Kajian Pagi di Ponorogo itu dihadiri oleh ratusan warga Muhammadiyah. Pagi itu saya membahas tema: Pendidikan Ideal untuk Kebangkitan Umat. Ini tema yang biasa kita bahas dalam berbagai artikel. Bahwa, sesungguhnya Islam memiliki model pendidikan abadi yang terbukti telah melahirkan banyak manusia dan generasi mulia.

Model pendidikan ideal itu berporos pada dua program: (1) penanaman adab atau akhlak mulia dan (2) pembelajaran ilmu-ilmu yang bermanfaat. Model pendidikan ini telah dicontohkan langsung oleh pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan. Maka, pada kesempatan itu, saya menguraikan kembali konsep adab dan ta’dib serta aplikasinya dalam pendidikan kita.

Saya menyampaikan harapan kepada warga Muhammadiyah, agar kampus kita bisa menjadi contoh dalam penerapan model pendidikan ideal itu. Bukan hanya jumlah mahasiswa yang kita kejar, tetapi pembentukan pribadi-pribadi yang berakhlak mulia, perlu lebih kita utamakan.
Kampus-kampus Muhammadiyah harus menjadi teladan dalam pembentukan pribadi-pribadi mulia itu. Jangan sampai banyak alumni kampus kita yang memiliki akhlak yang bertentangan dengan cita-cita pendidikan pendiri dan para tokoh Muhammadiyah.


Patut disyukuri, bahwa saat ini, begitu besar kepercayaan masyarakat kepada lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah. Tidak mudah meraih kepercayaan seperti ini. Perlu perjuangan berat dan sabar. Tapi, mempertahankan kepercayaan masyarakat pun tidak kalah beratnya.


Diantara pokok pikiran/prinsip/pendirian yang terkandung dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah adalah bahwa: (1) “Berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya adalah wajib, sebagai ibadah kepada Allah berbuat ihsan dan islah kepada manusia/masyarakat.”


(2) Perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, hanyalah akan dapat berhasil bila mengikuti jejak (ittiba’) perjuangan para nabi terutama perjuangan Nabi Muhammad saw.


Persyarikatan Muhammadiyah menyandang nama Nabi Muhammad saw, manusia terbaik yang menjadi teladan dalam seluruh aspek kehidupan. Termasuk dalam bidang pendidikan. Kita berharap, bahwa Nabi Muhammad saw ridho dengan apa yang kita lakukan dan kita perjuangkan, sehingga kita mendapat syafaat beliau di Hari Akhir nanti.


Salah satu pesan penting KH A. Dahlan kepada warga Muhammadiyah adalah: “Harus bersungguh-sungguh hati dan tetap tegak pendiriannya (jangan was-was).” Juga, pesan beliau yang lain, “Jangan sentimen, jangan sakit hati, kalau menerima celaan dan kritikan.” (Paparan tentang Muhammadiyah ini dikutip dari buku Ideologi dan Strategi Muhammadiyah karya Drs. H. Hamdan Hambali, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2008, cetakan keempat).


Tradisi Pengajian Ahad Pagi di Muhammadiyah adalah salah satu aktivitas penting untuk merawat budaya ilmu di Muhammadiyah. Bahkan, aktivitas ini perlu terus ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya, sehingga memperkuat budaya ilmu di kalangan warga Muhammadiyah dan masyarakat pada umumnya.
Dalam masyarakat yang berbudaya ilmu, aktivitas keilmuan mendapatkan prioritas utama. Majelis-majelis ilmu menjadi tempat yang paling disukai masyarakat. Orang-orang yang berilmu tinggi dan berakhlak mulia dimuliakan. Para guru adalah orang-orang yang dimuliakan kedudukannya.
Khusus di Perguruan Tinggi Muhammadiyah, maka program studi atau jurusan Ilmu Keguruan dan Pendidikan dipandang sebagai Jurusan yang “keren” dan paling tinggi kedudukannya. Para pelajar yang pintar-pintar di sekolah-sekolah Muhammadiyah akan berlomba-lomba dengan semangat tinggi untuk mendaftar menjadi calon-calon guru di Perguruan Tinggi Muhammadiyah.
Mereka bangga menjadi guru dan dai Muhammadiyah sebagaimana dicontohkan oleh KH Ahmad Dahlan dan para tokoh Muhammadiyah lainnya. Untuk itu, para mahasiswa itu rela membayar sumbangan pendidikan yang tinggi, sebagai bentuk infaq fi-sabilillah. Para aktivis dan pelajar Muhammadiyah sangat paham bahwa mengamalkan dan mengajarkan ilmu akan mendapatkan pahala yang sangat besar dari Allah SWT.


Karena itu, betapa sedihnya, ketika saya mendengar ada Kuliah Keguruan dan Pendidikan kurang diminati para pelajar dan santri kita sendiri. Menjadi guru dianggap bukan profesi yang membanggakan. Padahal kuliah di Jurusan Keguruan dan Pendidikan itu sudah sangat rendah biayanya. Ini masalah yang sangat serius dan patut dicarikan solusinya dengan sangat serius pula.


Pendiri dan para tokoh Muhammadiyah telah memberikan teladan yang tinggi tentang semangat mencari ilmu dan mendakwahkan ilmu. Saya teringat ayah saya – seorang aktivis Muhammadiyah dan guru SD – yang sangat rajin membaca dan menghadiri majelis-majelis taklim. Ia rutin berlangganan Majalah Panji Masyarakat dan Al-Muslimun. Beberapa buku yang dibacanya ditandai dengan catatan-catatan tertentu. Dari majalah-majalah itulah sejak kecil saya sudah membaca tulisan-tulisan Buya Hamka dan sebagainya.


Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan dan pertolongan kepada para pimpinan Muhammadiyah di semua tingkatan agar terus dapat membimbing umat dan memajukan masyarakat serta bangsa kita. Aamiin. (Depok, 11 September 2023).

Admin: Kominfo DDII Jatim/SS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *