LITERASI ISLAM UNTUK BANGSA HEBAT

Oleh: Dr. Adian Husaini

(www.adianhusaini.id)

Ketua Umum DDII Pusat

Dewandakwahjatim.com, Depok – Pada 20-24 September 2023, IKAPI DKI Jakarta kembali menggelar Islamic Book Fair (IBF) dengan tema: Berakhlak dan Berprestasi dengan Literasi Islam. Ini adalah hajatan buku terbesar di Indonesia. Biasanya pameran buku Islam ini dikunjungi puluhan ribu peminat buku.


Tema yang diusung oleh panitia juga sangat tepat. Tidak diragukan lagi, “tradisi literasi” menjadi prasyarat kebangkitan dan kemajuan suatu bangsa. Ada yang menyebutkan definisi “literasi” sebagai berikut: “Kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.”

(http://www.komunikasipraktis.com/2017/04/pengertian-literasi-secara-bahasa-istilah.html).
Definisi “literasi” ini semakna dengan definisi “Budaya Ilmu” yang digagas oleh pakar pendidikan Islam internasional, Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud:


“Budaya ilmu antara lain bermaksud kewujudan satu keadaan yang setiap lapisan masyarakat melibatkan diri, baik secara langsung mahupun tidak langsung, dalam kegiatan keilmuan bagi setiap kesempatan. Budaya ilmu juga merujuk kepada kewujudan satu keadaan yang segala tindakan manusia baik di tahap individu, apatah lagi di peringkat masyarakat, diputuskan dan dilaksanakan berdasarkan ilmu pengetahuan, sama ada melalui pengkajian mahupun syura. Dalam budaya ini, ilmu dianggap sebagai satu keutamaan tertinggi dalam sistem nilai pribadi dan masyarakat di setiap peringkat.” (Wan Mohd Nor Wan Daud, Budaya Ilmu (Satu Penjelasan), (Pustaka Nasional Pte-Ltd, Singapura, 2003).

Panitia IBF menggariskan, bahwa yang ingin dicapai bukan sekedar tumbuhnya tradisi literasi. Tetapi, tradisi literasi Islam. Dalam istilah lain, tumbuhnya kecintaan terhadap ilmu pada diri seseorang perlu diarahkan pada ilmu-ilmu yang bermanfaat. Bukan asal cinta ilmu, tetapi ilmunya justru merusak diri dan masyarakat; atau ilmu-ilmu yang semakin menjauhkan manusia dari keutamaan akhlak mulia.


Dalam bahasa keilmuan Islam, ini yang disebut sebagai tradisi ilmu yang beradab. Tradisi literasi yang Islami inilah yang akan melahirkan manusia-manusia yang beradab atau berakhlak mulia. Pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari, menjelaskan pentingnya kedudukan adab dalam ajaran Islam. Dalam kitabnya, Ādabul Ālim wal-Muta’allim, (Jombang: Maktabah Turats Islamiy, 1415 H), KH Hasyim Asyari menulis: “Berdasarkan beberapa hadits Rasulullah saw dan keterangan para ulama di atas, kiranya tidak perlu kita ragukan lagi betapa luhurnya kedudukan adab di dalam ajaran agama Islam. Karena, tanpa adab dan perilaku yang terpuji maka apa pun amal ibadah yang dilakukan seseorang tidak akan diterima di sisi Allah SWT.”
Dari berbagai definisi dan pendapat para ulama tersebut, bisa dipahami, bahwa tumbuhnya “tradisi literasi” atau budaya ilmu yang beradab, sejatinya adalah asas kebangkitan umat. Pengalaman berbagai bangsa pun menunjukkan, bahwa kebangkitan mereka diawali dengan tumbuhnya budaya ilmu di tengah bangsa tersebut.


Kehadiran Islam di Jazirah Arab pada awal abad ke-7 M ditandai dengan turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad saw. Isinya juga terkait dengan ilmu. Karena itulah, menurut Prof. Wan Mohd Nor, Islam memiliki akar konsep dan budaya literasi yang kuat. Prof. Hamidullah, misalnya, menunjukkan, bahwa kebanyakan ayat-ayat al-Quran yang berkaitan dengan aspek keilmuan, justru diturunkan di Mekkah. Berbagai hadits Nabi Muhammad saw menekankan pentingnya kedudukan ilmu dalam Islam. Para sahabat Nabi juga dikenal sebagai orang-orang yang haus akan ilmu. Kata Muadh bin Jabal: “Ilmu adalah ketua bagi amal; amal menjadi pengikutnya.”
Salah satu sabda Nabi saw yang sangat popular adalah: “Menuntut ilmu adalah satu kewajiban ke atas Muslim dan muslimat.” Budaya ilmu di dalam Islam memang khas. Konsep pembagian ilmu menjadi “ilmu fardhu ain” dan “fardhu kifayah”, misalnya, tidak dikenal dalam konsep peradaban lain. Inilah contoh pengembangan tradisi literasi yang beradab. Ilmu-ilmu itu tidak sama derajatnya. Ada ilmu yang fardhu ain, ada yang fardhu kifayah, juga ada ilmu yang haram.
Rasulullah saw memeritahkan agar kita mengejar ilmu yang bermanfaat. Umur manusia yang terbatas tidak memungkinkan manusia mengejar semua ilmu. Maka, perlu diprioritaskan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang bermanfaat. Sebab, ujung dari pengejaran ilmu adalah pengenalan Tuhan dan pengabdian kepada-Nya. Dalam konteks inilah bisa dipahami makna ayat Quran: ”Hanyasanya hanya mereka yang berilmu yang takut kepada Allah.”


Sila kedua dalam Pancasila menegaskan: Kemanusiaan yang adil dan beradab. Maka, sebagai bangsa muslim terbesar di dunia, kaum muslimin Indonesia perlu merenungkan dengan sungguh-sungguh tentang sejarah dan perjalanan bangsa Indonesia.


Untuk menjadi bangsa hebat, tradisi literasi-lah yang harus ditumbuhkembangkan. Sejarah menunjukkan, budaya jahil tidak pernah membangkitkan satu peradaban. Tapi, budaya ilmu atau budaya literasi dalam Islam harus dilandasi dengan adab. Karena itulah, para ulama banyak menulis kitab-kitab tentang Adab dalam mengajar dan meraih ilmu. Tujuannya agar mereka menjadi manusia-manusia berilmu (ilmuwan) yang beradab; bukan ilmuwan yang biadab. Ilmuwan biadab adalah ilmuwan yang tidak tahu dan tidak mau menempatkan segala sesuatu sesuai dengan harkat dan martabat yang ditentukan oleh Allah.


Dalam Gurindam 12, penyair Nusantara Raja Ali Haji menorehkan untaian kata-kata indah: “Jika hendak mengenal orang yang berilmu; Bertanya dan belajar tiadalah jemu!… Jika hendak mengenal orang berakal, di dalam dunia ia mengambil bekal.”


Jadi, agar anak-anak kita berprestasi dan berakhlak mulia, maka didiklah mereka dengan budaya literasi yang Islami, yani literasi yang beradab. Begitu juga, untuk menjadi negara hebat, bangsa kita bukan hanya perlu menumbuhkembangkan tradisi literasi atau budaya ilmu. Tapi, perlu tradisi literasi yang beradab. Adab diperlukan untuk memandu ilmu, agar ilmu tidak digunakan untuk merusak alam, manusia, dan kehidupan. Wallahu A’lam bish-shawab. (Depok, 2 September 2023).

Admin: Kpmimfo DDII Jatim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *