PROBLEM UTAMA KITA TAHUN 2024,MASIH TETAP MASALAH ILMU

Artikel Terbaru (ke-1.616)
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

Ketua Umum Dewan Dakwah lslamiyah lndonesia

Dewandakwahjatim.com, Depok - Dalam Seminar Internasional di Kuala Lumpur, 29 Juli 2023, Dr. Syed Ali Tawfiq al-Attas – putra Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas – menyatakan, bahwa selama lebih dari 50 tahun, ayahnya tak bosan-bosan menyampaikan problem utama umat adalah masalah ilmu (the problem of knowledge). Kerusakan dan kekacauan ilmu belum bisa teratasi sepenuhnya, sebab para pemegang kekuasaan dan kepemimpinan masih menempatkan urusan ekonomi sebagai hal terpenting.

Kerusakan ilmu telah menyebabkan seseorang keliru dalam memahami diri dan Tuhannya. Ia merasa lebih hebat dari Tuhan, sehingga menolak ajaran dan tuntunan Allah untuk kebaikan manusia. Iblis adalah pemimpin golongan ini. Merasa dirinya hebat dan sombong, Iblis menolak untuk tunduk dan patuh kepada perintah Allah. 

Padahal, Allah SWT sudah mengutus Rasul-Nya yang terakhir untuk membimbing manusia, dengan membawa petunjuk dan ad-Diin yang haq. Para Nabi dan juga Nabi Muhammad saw menempatkan urusan iman, ibadah, dan akhlak, sebagai hal terpenting dalam hidup manusia. Mereka semua berjuang mengajak umat manusia agar hanya menyembah Allah saja dan mewujudkan kehidupan yang adil dan penuh rahmat.

Tahun 2024, insyaAlah kita akan punya presiden baru. Sang presiden yang dikelilingi para pendukungnya kini sudah mulai mempromosikan gagasan-gagasannya. Kita bisa melihat juga rekam jejaknya selama ini. Apakah urusan iman, ibadah, dan akhlak menjadi perhatian mereka yang utama. 

Tugas pemimpin – bukan HANYA memberi makan rakyatnya – tetapi yang lebih penting adalah bagaimana menguatkan iman dan taqwa diri, keluarga, dan rakyat secara keseluruhan. Para pendiri bangsa ini telah merumuskan konstitusi yang menempatkan Allah SWT sebagai pemberi rahmat kepada kita semua, sehingga kita bisa meraih kemerdekaan. Maka, anehlah, jika ketika mengisi kemerdekaan, Tuhan justru disingkirkan dari konsep-konsep pendidikan dan pembangunan kita.

Keberhasilan terpenting dari seorang pemimpin adalah menaikkan indeks ketaqwaan dan akhlak mulia. Apakah selama masa kepemimpinannya, jumlah rakyat yang menjalankan shalat lima waktu meningkat atau tidak. Apakah angka buta huruf al-Quran semakin menurun? Apakah yang melaksanakan amalan-amalan sunnah meningkat atau tidak? Apakah nilai-nilai keadilan, kejujuran, keberanian, semakin dijunjung tinggi atau semakin diinjak-injak? 

Pembangunan yang TERLALU menekankan pada masalah kesuksesan materi, akan meningkatkan keserakahan jiwa manusia. Egoisme semakin menguat. Kepedulian dan kasih sayang pada sesama semakin menurun. Caci-maki, sumpah serapah, antar warga masyarakat meraja lela. 

Pada saat yang sama, rasa kasih sayang (sifat rahmah) semakin menghilang. Sejumlah kejahatan sadis yang terjadi di kalangan pelajar dan mahasiswa sesungguhnya menunjukkan krisis akhlak yang sangat serius. Video-video kekerasan – verbal atau fisik – yang beredar di media-media sosial sepatutnya sudah membangkitkan rasa keprihatinan yang mendalam. Sebab, pendidikan kita harusnya melahirkan manusia-manusia beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia, sesaui dengan amanah konstitusi.
Akar masalah yang menimpa masyarakat itu sejatinya berakar dari kerusakan bahasa. Yakni, rusaknya makna kata-kata kunci dalam pandangan alam Islam, seperti kata Iman, Islam, adil, ilmu, hikmah, adab, akhlak, dan sebagainya.
Inilah yang dilakukan oleh Prof. Syed Naquib al-Attas selama puluhan tahun. Beliau melakukan klarifikasi terhadap sejumlah makna dari kata-kata kunci yang telah disalahpahami dan disalahpahamkan. Dalam pidato sambutannya saat acara peluncuran buku terbaru Prof. Naquib al-Attas, Islam: The Covenants Fulfilled, di Kuala Lumpur, 29 Juli 2023, Permaisuri Johor, Raja Zarith Sofiah menyatakan:
“His works have clarified and expounded many key terms and concepts in Islamic thought and civilization. He has identified fundamental religious and cultural challenges arising from within our community and from without, and has offered many concrete solutions. In his works, he has also successfully corrected many errors and misunderstandings which include solving fundamental conceptual problems, as well as meaningful historical questions.”

Dalam berbagai diskusi dengan para ilmuwan, pengelola dan praktisi pendidikan, saya menjumpai masih banyaknya salah paham terhadap istilah-istilah penting berikut ini: “pendidikan”, “sekolah”, “universitas”, “ilmu”, “kemajuan”, “kesuksesan”, “terbaik”, “adab”, “akhlak”, “hikmah”, dan sebagainya.


Kesalahpahaman itu akan berdampak kepada kekeliruan dalam perumusan kebijakan dan kurikulum pendidikan. Misalnya, ilmu-ilmu yang mubah ditempatkan lebih penting dan lebih tinggi nilainya daripada ilmu-ilmu yang wajib. Kesuksesan materi dan gengsi lebih diutamakan daripada pencapaian adab atau akhlak mulia. Bahkan, tak sedikit yang mengejar jurusan kuliah di kampus yang dianggap bergengsi, tanpa persiapan worldview Islam yang memadai.
Contoh lain, pandangan yang tinggi terhadap jurusan Kedokteran tetapi memandang rendah kuliah di jurusan dakwah atau pendidikan. Sebab, menjadi dai atau guru dipandang kurang bergengsi dan diduga tidak bisa menghasilkan banyak uang. Demi gengsi dan harapan meraih banyak harta, kuliah dengan bayaran ratusan atau puluhan juta pun dijalani. Tetapi, kuliah dakwah atau pendidikan, dianggap murahan, dan enggan mengeluarkan bayaran


Kekeliruan pandangan tentang ilmu, pendidikan, dan universitas seperti inilah yang diluruskan oleh Prof. Syed Naquib al-Attas melalui institusi pendidikan tinggi yang didirikannya, yaitu International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC). Meskipun Prof. Al-Attas telah lama disingkirkan dari ISTAC, tetapi beliau tak pernah berhenti dan bosan memberikan pencerahan tentang makna istilah-istilah penting tersebut.


Saat berkunjung ke kediaman beliau pada Oktober 2022, saya bertanya tentang aplikasi konsep adab di Perguruan Tinggi. Beliau pun memberikan jawaban tentang pentingnya penerapan ilmu-ilmu fardhu ain – termasuk ilmu sejarah – di universitas Islam, secara serius dan bermutu.
Semoga kita pun tidak bosan-bosan berjuang menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Jangan sampai kita salah makna, salah konsep, dan salah jalan! Ingat, Iblis dan setan-setan dari jenis manusia atau jin, tak pernah rela kita paham dan istiqamah di jalan kebenaran! Semoga Allah menolong kita semua. Aamiin. (Depok, 7 Agustus 2023).

Admin: Sudono Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *