PERUBAHAN DAN KEBANGKITAN ITU DIMULAI DARI WOLDVIEW

Oleh: Dr. Adian Husaini
(www.adianhusaini.id)

Ketua Umun Dewan Dakwah

Dewandakwahjatim.com, Depok – Worldview of Islam atau Pandangan Alam Islam adalah pandangan Islam terhadap realitas. Worldview of Islam inilah yang telah mengubah bangsa Arab dari yang semula tidak dikenal dalam peta sejarah, kemudian menjadi bangsa terbaik di dunia. Pandangan alam mereka diubah oleh wahyu (al-Quran dan Sunnah Nabi) yang dipahami dan ditanamkan secara berangsur-angsur selama 23 tahun.


Ayat-ayat al-Quran yang pertama-tama diturunkan mengubah secara mendasar pandangan mereka tentang Tuhan, tentang manusia, dan tentang ilmu. Bangsa Arab kemudian menerima Tauhid. Bangsa yang semula tidak memiliki tradisi tulis kemudian berubah menjadi bangsa yang sangat kuat budaya tulisnya. Budaya ilmu inilah yang menjadi pondasi kebangkitan suatu umat atau bangsa.
Di zaman kini, worldview of Islam juga harus mampu menangkal dan mengatasi pemikiran-pemikiran kontemporer yang bertentangan dengan pemikiran Islam. Berikut ini sejumlah poin pembahasan yang perlu dipahami oleh para santri, pelajar, atau mahasiswa.


(a) Dalam materi tentang “konsep Tuhan” perlu dikaji tentang perbandingan konsep Tuhan dalam Islam, Kristen, Yahudi, Hindu, dan konsep Tuhan dalam tradisi Yunani dan peradaban Barat modern. Materi ini harus menjawab problematika teologis yang umumnya berkembang saat ini yang dimunculkan dari paham relativisme dan Pluralisme Agama, seperti pertanyaan, “Benarkah Tuhan semua agama sebenarnya satu, hanya namanya saja yang berbeda?” Bagaimana jika seorang Hindu atau Kristen mengatakan kepada orang Islam, “Kita menyembah Tuhan yang sama, hanya namanya saja yang beda!” Pertanyaan ini harus dijawab dengan tuntas secara akademis, bahwa “pemahaman orang Islam tentang Tuhannya berdasarkan wahyu, bukan berdasarkan budaya”.


Jadi, dalam materi tentang konsep Tuhan – selain menjelaskan konsep Tauhid – juga sekaligus memberikan kritik (menunjukkan perbedaan) antara konsep Islam dengan konsep Tuhan dalam Teologi Kristen, Yahudi, Hindu, dan konsep “Tuhan sekular” di Barat yang merujuk kepada Aristotelianisme dan Epicurianisme.

(b) Dalam materi tentang “konsep agama”, perlu dikaji konsep Islam sebagai satu-satunya ‘agama wahyu’ dan satu-satunya agama yang benar dan diterima Allah. Konsep ini berbeda secara fundametal dengan konsep ‘agama budaya’ (cultural religion) atau ‘agama sejarah’ (historical religion), atau ‘evolving religion’ (agama yang berevolusi), yang diterapkan kepada agama Yahudi, Kristen, Hindu, Konfusianisme, dan sebagainya.


Dalam materi ini, dipaparkan tentang sejarah pembentukan nama-nama agama. Mengapa agama Islam bernama “Islam” dan bukan Mohammedanisme atau Arabisme, sebagaimana nama Protestantisme, Katolikisme, Yudaisme, Hinduisme, Budhisme, dan sebagainya. Penjelasan konsep Islam sebagai satu-satunya agama wahyu juga sangat penting untuk mengkritik metode studi agama yang sekarang didominasi oleh Barat yang menempatkan Islam sejajar dengan agama-agama budaya. Istilah “agama samawi” perlu dikaji secara kritis. Begitu juga istilah “Abrahamic religion”.
Kesalahan dalam memahami konsep Islam sebagai ‘satu-satunya agama wahyu’ dan menempatkan Islam sebagai ‘agama budaya’ yang sejajar dengan agama-agama lain adalah cara pandang Barat terhadap agama. Ini telah berakibat fatal dalam pengembangan konsep-konsep keilmuan Islam yang lain.

(c). Dalam pembahasan tentang “konsep wahyu” perlu dikaji konsep Islam tentang al-Quran dan perbandingannya dengan konsep Kristen tentang Bible, termasuk perbedaan metode peafsirannya. Di sini dipaparkan tentang konsep “tanzil”, dei verbum, word of God al-Quran, dan hakekat Bible sebagai “teks sejarah” dan “teks manusia”. Materi ini harus menjawab pertanyaan, apa bedanya jika seorang Muslim mengatakan, “Tuhan berfirman dalam al-Quran” dengan seorang Kristen yang mengatakan, “firman Tuhan”.


Dalam materi ajar ini dibahas juga tentang berkembangnya pemikiran “studi kritik al-Quran” atau dekontsruksi konsep wahyu yang dikembangkan sejumlah pemikir kontemporer seperti Moh. Arkoun, Nasr Hamid Abu Zayd, dan sebagainya, yang mengadopsi metode “Biblical Criticism” dalam studi Bible. Juga dibahas masalah penggunaan hermeneutika dalam penafsiran al-Quran. Padahal, metode hermeneutika ini – jika diterapkan untuk menafsirkan al-Quran — menimbulkan banyak masalah yang serius bagi al-Quran.


Konsep Islam tentang wahyu berkaitan erat dengan konsep kenabian, bahwa hanya Nabi Muhammad saw adalah nabi terakhir dan konsep syahadah. Penerimaan Muhammad saw sebagai nabi terakhir menjadi syarat mutlak untuk seseorang disebut Muslim. Konsep kenabian dalam Islam perlu ditegaskan, karena sekarang berkembang pertanyaan, apakah Konghucu, Budha Gautama, Shinto, Guru Nanak, Zoroaster, dan sebagainya, adalah nabi-nabi yang tidak disebutkan namanya dalam al-Quran?
(d). Dalam kajian tentang “konsep ilmu” perlu dipaparkan kajian tentang epistemologi Islam dan perbandingannya dengan epistemologi Barat. Di sini perlu ditekankan keunggulan epistemologi Islam yang mengakui panca indera, akal sehat, dan al-wahyu (khabar shadiq) sebagai sumber-sumber ilmu pengetahuan. Sedangkan Barat hanya mengakui panca indera dan akal sehat sebagai sumber ilmu. Juga akan dibahas tentang “maratibul ilmi” (kategorisasi ilmu) dalam pandangan Islam, khususnya tentang ilmu fardhu ‘ain dan ilmu fardhu kifayah, dan aplikasinya dalam dunia pendidikan. Yang juga perlu dibahas adalah masalah dan konsep “Islamisasi Ilmu Pengetahuan”, yang sekarang banyak disalahpahami atau tidak banyak dipahami.


Jadi, itulah sejumlah contoh topik-topik pelajaran yang perlu disampaikan kepada para pelajar, santri, atau mahasiswa, sehingga mereka memiliki pemikiran yang benar dan kokoh. Metode komparatif dalam pembelajaran worldview of Islam adalah sejalan dengan metode al-Quran, yang mengajarkan agar kita memahami jalan yang lurus, dan sekaligus juga harus memahami jalan orang yang dimurkai Allah dan jalan orang yang sesat. 

Dengan worldview yang benar dan kokoh, insyaAllah para pelajar, santri, atau mahasiswa akan memiliki landasan berpikir yang kuat untuk memahami dan mengatasi pemikiran-pemikiran kontemporer yang merusak aqidah, ibadah dan akhlak. Para guru dan orang tua perlu memastikan, bahwa worldview anak-anak itu sudah benar dan kokoh. Wallahu A’lam bish-shawab. (Banjarmasin,   11 Mei 2023).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *