Dr. Slamet Muliono Redjosari
Pengurus Dewan Da’wah lslamiyah lndonesia Jatim
Dewandakwah.com, Surabaya – Al-Qur’an merekam akal manusia yang berpotensi terbalik. Terbaliknya akal itu muncul ketika manusia membangkang ketika diperintah untuk mentauhidkan Allah semata. Bahkan pembangkangan itu dilakukan secara kolektif, dan diikuti kebanyakan manusia. Padahal yang memerintah itu Dzat yang menghidupkan, menjaga, dan merawat eksistensi hidupnya. Seharusnya, akal sehatnya akan mendorongnya untuk bersyukur dengan merespon positif perintah itu. Karena sudah terbalik, maka fungsi akal justru menjadi pembenar atas pembangkangan untuk menyerang balik perintah itu. Ketika sudah menyerang balik itulah, manusia menempati kedudukan yang lebih rendah daripada binatang.
Alam dan Tanda Kekuasaan Allah
Al-Qur’an banyak memaparkan berbagai narasi agung untuk menunjukkan kekuasaan Allah. Pertunjukan Allah itu dalam rangka menggugah kesadaran manusia untuk memfungsikan akalnya. Ketika akalnya berfungsi dengan baik, maka akan mendorongnya untuk mau menyembah hanya kepada Allah.
Ajakan Alllah kepada manusia untuk memfungsikan akal sehatnya seringkali disodorkan Al-Qur’an dengan memaparkan kronologi kejadian manusia dan alam semesta ini. Manusia pun diajak berpikir untuk melihat proses kejadian dirinya yang awalnya tidak berwujud (tidak ada), sehingga Allah pun mewujudkannya. Al-Qur’an dengan baik memaparkan secara kronologis kejadian manusia sebagaimana firman-Nya :
وَا للّٰهُ خَلَقَكُمْ مِّنْ تُرَا بٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ جَعَلَـكُمْ اَزْوَا جًا ۗ وَمَا تَحْمِلُ مِنْ اُنْثٰى وَلَا تَضَعُ اِلَّا بِعِلْمِهٖ ۗ وَمَا يُعَمَّرُ مِنْ مُّعَمَّرٍ وَّلَا يُنْقَصُ مِنْ عُمُرِهٖۤ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ ۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ
“Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Tidak ada seorang perempuan pun yang mengandung dan melahirkan, melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan tidak dipanjangkan umur seseorang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuz). Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.” (QS. Fatir : 11)
Fenomena lahirnya manusia di dunia dipaparkan Al-Quran, dimulai dari bayi hingga menjadi anak-anak, remaja, dewasa hingga usia tua, serta berakhir dengan datang ajal yang menjemputnya. Fenomena bayi hingga berkembang hingga usia tua itu disaksikan manusia dan kejadian itu menjadi narasi dan pengetahuan bersama. Akal yang berfungsi dan sehat akan melihat hal itu sebagai kekuasaan Allah.
Allah juga memaparkan fenomena alam yang bisa diamati oleh siapapun atas fenomena yang terjadi di lautan. Di lautan terdapat air yang segar-tawar, dan asin-pahit, serta tumbuh daging segar serta perhiasan yang menjadi kesenangan manusia. Hal itu ditunjukkan Allah sebagaimana firman-Nya :
وَمَا يَسْتَوِيْ الْبَحْرٰنِ ۖ هٰذَا عَذْبٌ فُرَا تٌ سَآئِغٌ شَرَا بُهٗ وَ هٰذَا مِلْحٌ اُجَا جٌ ۗ وَمِنْ كُلٍّ تَأْكُلُوْنَ لَحْمًا طَرِيًّا وَّتَسْتَخْرِجُوْنَ حِلْيَةً تَلْبَسُوْنَهَا ۚ وَتَرَى الْـفُلْكَ فِيْهِ مَوَا خِرَ لِتَبْـتَـغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّـكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan tidak sama (antara) dua lautan; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari (masing-masing lautan) itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai, dan di sana kamu melihat kapal-kapal berlayar membelah laut agar kamu dapat mencari karunia-Nya dan agar kamu bersyukur.” (QS. Fathir : 12)
Alih-alih bersyukur dengan tunduk dan patuh terhadap perintah Allah, Al-Qur’an justru merekam pengingkaran manusia atas ajakan untuk mempertuhankan Allah secara tunggal. Allah mengabadikan sikap buruk manusia itu sebagaimana firman-Nya :
يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ ۗ هَلْ مِنْ خَا لِـقٍ غَيْرُ اللّٰهِ يَرْزُقُكُمْ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ ۗ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۖ فَاَ نّٰى تُؤْفَكُوْنَ
“Wahai manusia! Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan Bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapa kamu berpaling (dari ketauhidan)?” (QS. Fathir 35: Ayat 3)
Paparan Allah atas alam semesta ini justru berbanding terbalik. Bukannya tunduk dan patuh terhadap perintah Allah, manusia justru menjauh dan menciptakan tuhan tandingan. Allah menunjukkan kemurkaannya ketika di akherat dengan menampilkan pengingkaran sesembahan yang dahulunya diagung-agungkannya. Hal ini dijelaskan Allah sebagaimana firman-Nya :
اِنْ تَدْعُوْهُمْ لَا يَسْمَعُوْا دُعَآءَكُمْ ۚ وَلَوْ سَمِعُوْا مَا اسْتَجَا بُوْا لَـكُمْ ۗ وَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ يَكْفُرُوْنَ بِشِرْكِكُمْ ۗ وَلَا يُـنَـبِّـئُكَ مِثْلُ خَبِيْرٍ
“Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak mendengar seruanmu, dan sekiranya mereka mendengar, mereka juga tidak memperkenankan permintaanmu. Dan pada hari Kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu seperti yang diberikan oleh (Allah) Yang Maha Mengetahui.” (QS. Fathir : 14)
Allah secara sederhana menunjukkan bahwa pembangkangan manusia disebabkan oleh kepentingan dunia dan tipu daya setan. Dunia direkayasa setan untuk menjerumuskan manusia sehingga mendisfungsi akalnya. Allah menegaskan hal itu sebagaimana firman-Nya :
يٰۤـاَيُّهَا النَّا سُ اِنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا ۗ وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِا للّٰهِ الْغَرُوْرُ
“Wahai manusia! Sungguh, janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (setan) yang pandai menipu, memerdayakan kamu tentang Allah.” (QS. Fathir : 5)
Surabaya, 20 Pebruari 2023