Dr. Slamet Muliono Redjosari
Pengurus Dewan Dakwah, Jawa Timur
Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Berkorban dan mendahulukan kepentingan lain (itsar) merupakan sikap terpuji dan mendatangkan keberkahan hidup. Keberkahan hidup itu muncul, salah satu sebabnya, karena doa orang yang telah terbantu. Doa orang terbantu itu didengar Allah, sehingga Allah mendatangkan kebaikan untuk orang yang berbuat itsar. Jabir bin Abdillah merupakan saksi sejarah yang mengalami keberkahan dalam hidup karena telah berbuat itsar. Dia rela menikahi janda, bukan memilih gadis. Hal ini agar perhatian untuk mengurus kehidupan tujuh saudara perempuannya tidak terbaikan. Nabi Muhammad mendengar kisah Jabi ini, sehingga Nabi membantu dan mendoakan kebaikannya. Atas pertolongan Nabi itulah, Jabir benar-benar terbebas dari utang dan ringan dalam menjalani beban hidup bersama saudara-saudara perempuannya.
Itsar : Mendahulukan Orang lain
Pasca kematian ayahnya di perang Uhud, Jabir bin Abdillah mendapatkan warisan utang dan mengurus 7 saudarinya. Hal inilah yang mendorong Jabir, dengan usianya yang masih berusia sangat muda harus menanggung beban begitu berat. Alih-alih mengeluh, Jabir justru menjalani hidup dengan tegar. Situasi yang demikian, dia rela menikah dengan seorang janda. Pilihan menikahi janda merupakan pengorbanan besar karena menikah dengan gadis jelas mudah baginya. Tetapi pilihannya pada seorang janda.
Jabir pernah ditanya Nabi Muhammad tentang rumah tangganya, termasuk memilih janda. Maka Jabir pun menceritakan hal itu secara terbuka kepada Rasulullah. Rasulullah pernah berkeinginan membeli unta milik Jabir. Jabir menolaknya dan justru menyatakan ingin memberikan unta itu secara gratis. Nabi pun menolak dan meminta Jabir untuk menentukan harganya. Setelah sepakat dengan nilai transaksi itu, maka nabi membayarnya sekaligus menghadiahkan unta unta itu kepada Jabir.
Jabir pun menggunakan uang hasil transaksi, yang berasal dari tangan Nabi itu, dengan berdagang. Dagangnya pun berkah hingga dia berhasil keluar dari beban-beban hidup dalam keluarga dan saudari-saudarinya. Pengorbanan diri untuk kepentingan orang lain itulah yang menjadi kunci keberkahan hidup yang dialami Jabir.
Pengorbanan Jabir ini yang begitu besar itu juga telah ditunjukkan oleh sahabat Anshar ketika mendahulukan kepentingan kaum Muhajirin yang terusir dari kampung halamannya. Kaum Anshar rela mengorbankan dirinya untuk membantu dengan menampung hidup kaum yang terlunta-lunta tanpa membawa apa-apa. Allah mengabadikan kisah itu sebagaimana termaktub sebagaimana firman-Nya :
وَا لَّذِيْنَ تَبَوَّؤُ الدَّا رَ وَا لْاِ يْمَا نَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّوْنَ مَنْ هَا جَرَ اِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُوْنَ فِيْ صُدُوْرِهِمْ حَا جَةً مِّمَّاۤ اُوْتُوْا وَيُـؤْثِرُوْنَ عَلٰۤى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَا نَ بِهِمْ خَصَا صَةٌ ۗ وَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَـفْسِهٖ فَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
“Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr : 9)
Sa’ad bin Rabi’ merupakan contoh orang Anshar yang rela membagi kekayaan kepada Abdurrahman bin Auf, serta rela memberikan salah satu istrinya kepada seorang Muhajirin ini. Sa’ad bin Rabi’ rela mendahulukan kepentingan Abdurrahman bin ‘Auf yang tidak memiliki hubungan, baik kerabat atau kolega bisnis.
Pengorbanan Tulus
Orang-orang Anshar merupakan sosok manusia yang rela hati dalam menolong saudaranya seiman. Mereka rela mengeluarkan hartanya, memberi tempat kediaman dan pertolongan kepada saudaranya yang teraniaya (Muhajirin). Orang-orang kafir dengan gigih dan bengis melakukan perbuatan dzalim hingga bertindak di luar batas kemanusiaan. Namun Allah mengimbangi dengan menciptakan manusia dengan hati yang lembut, niat yang tulus, hingga rela menampung saudara-saudaranya secara ikhlas. Hal ini diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya :
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَهَا جَرُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَ مْوَا لِهِمْ وَاَ نْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَا لَّذِيْنَ اٰوَوْا وَّنَصَرُوْۤا اُولٰٓئِكَ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۗ وَا لَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يُهَا جِرُوْا مَا لَـكُمْ مِّنْ وَّلَايَتِهِمْ مِّنْ شَيْءٍ حَتّٰى يُهَا جِرُوْا ۚ وَاِ نِ اسْتَـنْصَرُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ اِلَّا عَلٰى قَوْمٍۢ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِّيْثَا قٌ ۗ وَا للّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada Muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. (Tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Anfal : 72)
Atas pengorbanan yang begitu besar dan semata-mata karena Allah itulah, membuat hidup mereka berkah dan memberikan keberkahan kepada orang lain. Hal ini berbeda dengan kehidupan saat ini, yang mementingkan kepentingan diri dan kelompoknya, sehingga mendatangkan kesengsaraan kolektif.
Berbagai bencana dan musibah berupa banjir, longsor, yang membawa korban begitu besar, atau kemiskinan kolektif yang melanda masyarakat secara meluas, bisa jadi peringatan Allah. Musibah dan bencana ini sebagai cermin untuk memperbaiki kehidupan kita yang didominasi oleh nihilnya pengorbanan untuk kepentingan lain. Pengambil kebijakan dan orang-orang yang hidup dalam kemapanan sibuk membahagiakan dirinya sendiri. Membahagiakan diri sendiri bukanlah kesalahan, tetapi kalau lupa sampai membahagiakan orang lain, hingga tega mengeksploitasi pihak itulah awal munculnya malapetaka kolektif yang melanda masyarakat saat ini. Keberkahan hidup benar-benar tercerabut karena hilangnya itsar.
Surabaya, 20 Oktober 2022
Admin: Sudono Syueb