MAKNA PENTING WISUDA PARA KADER ULAMA DDII
(Artikel ke-1.278)

Oleh: Dr. Adian Husaini
Ketua Umum Dewan Dakwah lslamiyah lndonesia

Dewandakwahjatim.com, Bojonegoro – Pada hari Sabtu, 27 Agustus 2022, ada satu peristiwa penting dalam perkembangan dakwah di Indonesia. Hari itu ada 13 mahasantri Pondok Pesantren Mahasiswa dan Sarjana (PPMS) Ulil Albab Bogor yang menjalani wisuda. Mereka telah menyelesaikan program pendidikan intensif sebagai kader ulama selama setahun.

Ke-13 mahasantri itu merupakan peserta Program Kaderisasi Ulama (PKU) Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII), tingkat Doktor (S3). Mereka diwisuda langsung oleh pengasuh PPMS, Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin MS dan Rektor Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor Prof. Dr. E. Mujahidin MSi. Pimpinan DDII yang hadir adalah Wakil Ketua Umum Dr. Mohammad Noer.

PKU berasrama ini merupakan program Bidang Kaderisisasi Ulama DDII yang kini dipimpin oleh Dr. Budi Handrianto, pakar pendidikan sains Islam. Mereka telah menjalani seleksi yang cukup ketat. Dari sekitar 90 pendaftar, hanya 13 yang diterima mengikuti program PKU berasrama ini.

Sebenarnya, PKU DDII telah berjalan sejak tahun 2007 dan sempat terhenti tahun 2014. Program tersebut sudah menghasilkan lebih dari 270 magister dan 69 doktor. Program bernilai milyaran rupiah itu merupakan hasil kerjasama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Alhamdulillah, program ini telah melahirkan banyak ilmuwan dan ulama yang kiprahnya dirasakan oleh umat Islam.

Sebutlah beberapa alumninya, seperti Dr. Budi Handrianto, Dr. Tiar Anwar Bahtiar, Dr. Henri Shalahudin, Dr. Susianto, Dr. Imam Zamroji, Dr. Ending Bahrudin, Dr. Dinar Dewi Kania, Dr. Dwi Budiman, Dr. Ujang Habibie, Dr. Misbahul Anam, Dr. Muhammad Isa Anshory, Dr. Akhmad Alim, dan sebagainya. Ratusan master alumni PKU DDII pun telah banyak berkiprah sebagai dosen, guru, dai-dai lapangan, dan sebagainya.
PKU DDII ini sebenarnya mentargetkan untuk melahirkan 1000 kader ulama. Rinciannya: 200 doktor, 400 master, dan 400 ulama non-gelar. Tahun 2014, PKU DDII sempat terhenti, dan kemudian dilanjutkan kembali tahun 2021, dengan jumlah peserta 13 orang. Ada peningkatan kualitas program, dibandingkan sebelumnya.

Tiga belas peserta PKU DDII ini harus menjalani program intensif dengan sistem berasrama selama setahun. Di PPMS, mereka dididik secara intensif, di bawah bimbingan Prof. Didin Hafidhuddin dan Dr. Akhmad Alim. Mereka digembleng jiwa dan raga. Tujuannya agar mereka siap terjun ke masyarakat serta menjadi bagian solusi dari umat.

Mereka harus menguasai 4 kompetensi: yaitu tafaqquh fiddin, tafaqquh fil waqi’, tafaqquh finnas dan tafaqquh fil adab. Untuk itu mereka telah menyelesaikan lebih dari 50 mata kuliah pondok selama setahun ini.
Selain itu, setiap hari mereka dilatih menulis artikel dakwah, membaca puluhan buku berbahasa Inggris dan Arab, kembali membaca kitab dan menghafal al-Quran. Kehidupan ilmu mereka hampir dikatakan 24 jam sehari karena mereka juga mulazamah bersama kiai dan ulama serta tetap menjalankan mutaba’ah yaumiyah. Mereka pun menyelenggarakan webinar, bedah buku, dan mengisi kajian-kajian di luar pondok termasuk menjadi khotib Jumat.

Menurut Ketua Bidang PKU DDII, Dr. Budi Handrianto, kehidupan pesantren yang pernah dijalani oleh peserta PKU kembali mereka rasakan dengan suasana yang berbeda. Disebut berbeda karena mereka sekarang sudah berkeluarga dan bekerja. Sebagian mereka berasal dari daerah seperti Aceh, Riau, Makasar, Kendari, NTT, Jepara, Magelang, Solo, Kudus, selain juga dari Bogor, Depok, Jakarta dan Bekasi.
Dengan mondok, mereka harus berpisah dengan istri dan anak yang masih kecil (usia mahasantri ini antara 30-35 thn) dan berhenti dari pekerjaan. Sebuah ujian dan tantangan yang tidak gampang dijalani. Tapi, alhamdulillah, ke-13 mahasasntri S3 itu tetap bertahan sampai program mondok berakhir dan mereka siap menjalani tugas baru.

Di hari-hari weekdays mereka mendapatkan pelajaran dari para ulama dan profesional di bidangnya. Di weekend mereka menjalani kuliah program doktoral (S3), sebagian di Sekolah Pascasarjana UIKA prodi Pendidikan Agama Islam dan sebagian lain kuliah di Pascasarjana Universitas Islam as-Syafiiyah prodi Dakwah.
“Pekerjaan menjadi berat ketika tugas-tugas kuliah mulai ada. Kemampuan mengatur diri, emosi dan waktu sangat penting dan di awal kuliah mereka sudah diajarkan hal itu,” ujar Dr. Budi.

Alhamdulillah saat ini mereka sudah menyelesaikan kuliah pondoknya. Tinggal menjalani kuliah 1 semester lagi; melakukan penelitian dan menulis di jurnal ilmiah untuk kemudian meraih gelar doktor. Sebelum selesai pendidikan pondok ini mereka sudah mendapatkan topik penelitian sehingga bisa nyicil mengerjakannya sejak sekarang. Diharapkan mereka bisa lulus doktor dalam waktu 2-2.5 tahun.
“Semoga jerih payah yang sudah mereka lakukan selama ini akan menuai hasilnya 10-20 tahun ke depan; menjadi bagian dari umat dengan kontribusi dakwah yang signifikan. Dan semoga para ustadz yang membimbing mereka di pondok senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan agar bisa terus membimbing dan menghasilkan ulama-ulama yang tangguh di masa depan,” demikian harapan Dr. Budi Handrianto.

Dukungan umat

Meskipun dalam kondisi kesulitan keuangan, akibat pandemi Covid-19, namun DDII bertekad melanjutkan PKU-DDII, meskipun harus mencari dana sendiri. Sebab, Allah SWT memerintahkan, janganlah semua umat Islam itu pergi berperang. Harus ada sekelompok orang yang sungguh-sungguh menjalani program tafaqquh fid-sin. (QS 9: 122).
Pendidikan pada level tinggi ini merupakan jenjang paling strategis untuk mengarahkan perubahan masyarakat. Sebab, dari sinilah lahir para calon pemimpin dan pembimbing umat. Karena itu, menurut DDII, program ini harus diprioritaskan dan tidak boleh terhenti, meskipun dalam kondisi kekurangan. Kita perlu ulama-ulama muda yang berilmu tinggi dan berakhlak mulia.
Program kaderisasi ulama dimana saja, biasanya membutuhkan pembiayaan yang cukup besar. Sebagai perbandingan, pada tahun 2010, anggaran pemerintah untuk mencetak seorang doktor di Inggris, adalah sekitar Rp 1,2 milyar.
Marilah kita bertanya: berapa besar biaya yang kita siapkan untuk kaderisasi ulama yang unggul? Karena itulah, kami mengajak umat Islam untuk memberikan dukungan pendanaan untuk melahirkan ulama-ulama tangguh ini. Semoga Allah meridhai kita semua. Aamiin. (Bojonegoro, 28 Agustus 2022).

Admin: Sudono Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *