Ketika Jiwa Kemanusiaan Sirna

Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Pengurus Bidang Pemikiran dan Ghazwul Fikri Dewan Da’wah Jatim

Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Saat ini masyarakat Indonesia sedang dikagetkan tragedi kemanusiaan dengan dua kasus besar. Dikatakan tragedi kemanusiaan, karena kasus ini menunjukkan hilangnya belas kasihan yang seharusnya tertanam dalam jiwa manusia. Kaburnya buronan KPK dengan membawa kabur uang senilai 54 Trilyun merupakan cermin hilangnya kemanusiaan. Betapa tidak, di saat masyarakat kebanyakan mengalami kesulitan ekonomi, ternyata ada satu orang yang berhasil membawa kabur uang yang sangat besar. Kasus yang tidak kalah mengenaskan ketika seorang anggota polisi terbunuh secara sadis. Dalam pemberitaan, korban diduga melakukan pelecehan terhadap seorang istri petinggi Polri, namun hukuman yang dia terima sangat mengenaskan. Bukan hanya luka tembak yang dia rasakan, tetapi terdapat sayatan, luka lebam dan kerusakan organ tubuh lainnya. Luka yang dialami korban, menunjukkan hilangnya rasa kemanusiaan pembunuhnya. Dua kasus besar di atas menunjukkan hilangnya jiwa yang agung dalam diri manusia, yakni rasa kemanusiaan.

Apeng dan Kaburnya 54 Trilyun

Surya Darmadi atau Apeng merupakan raja sawit, dan termasuk orang paling kaya dan berpengaruh. Saat ini dia sedang dikejar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kejaksaan agung yang kabarnya lari ke Singapura. Apeng membawa kabur uang negara senilai 54 Trilyun, setelah mangkir dari panggilan Kejaksaan Agung sebanyak tiga kali terkait kasus penyerobotan hutan oleh PT Duta Palma Group. Perusahaan tersebut diduga menyerobot lahan negara di Riau seluas 37.095 hektar tanpa izin. Kasus suap alih fungsi hutan Riau ini menyebabkan negara rugi Rp. 600 miliar. Bos PT Duta Palma Nusantara (Darmex Agro Group) itu memiliki delapan pabrik yang bergerak di bidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit di Jambi, Pekanbaru, dan Kalimantan. Pada 2016, pria berusia 66 tahun itu terdaftar dalam urutan ke-28 sebagai orang terkaya versi Forbes. Tahun 2018, Apeng memiliki kekayaannya mencapai 1,45 miliar dollar AS atau Rp 20,73 triliun.

Apeng merupakan sosok manusia yang hilang jiwa kemanusiaan. Betapa tidak, buronan KPK dan Kejaksaan agung membawa kabur uang senilai 54 Trilyun, namun dia bersembunyi di Singapura. Di saat rakyat Indonesia hidup dalam tekanan ekonomi, namun terdapat satu orang yang melenggang kabur dengan membawa uang yang cukup besar.

Sirnanya jiwa kemanusiaan telah mendorong dirinya untuk membawa kabur kekayaan negara Indonesia. Namun aksi garong uang negara itu tidak lepas dari kerja kolektif dengan memanfaatkan lemahnya mental elite atau pejabat negara. Elite di tingkat daerah inilah yang menjadi jembatan raibnya uang negara.

Brigader J dan Pembunuhan Terencana

Kejahatan yang tidak kalah menyedihkan adalah terbunuhnya Nopriyansah Yoshua Hutabarat (Brigadir J). Dia seorang polisi yang diduga melakukan pelecehan terhadap istri seorang petinggi Polri, Irjen Ferdy Sambo. Namun hukuman yang dia terima sangat menyayat hati. Dia bukan hanya mengalami luka tembak tetapi luka dan lebab serta kerusakan organ di beberapa organ tubuhnya.

Apa yang dialami Brigadir J jelas bukan murni luka tembak saja, tetapi merupakan korban pembunuhan terencana. Menurut kuasa hukum keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak bahwa dalam anggota tubuh korban terdapat robekan, seperti di bawah mata kanan, dan di atas matanya. Bagian rusuk kanan kiri korban juga membiru lebab. Bahkan tangan kiri patah, jari kelingking, jari manis luka. Termasuk kaki kiri di lipatan dengkul juga ada lebam-lebam. Ada yang lebih mendebarkan jantung, dimana kaki kiri korban ada lubang bolong ke dalam. Otaknya berpindah ke bahu, kantung kemih dan pangkreas hilang. (http://share.babe.news/al/FQbcQbsbYR)

Dua kasus besar di atas menunjukkan hilangnya jiwa yang agung dalam diri manusia, yakni jiwa kemanusiaan. Hilangnya jiwa kemanusiaan ini menunjukkan kehinaan bagi pelakunya. Perbuatan membawa kabur uang pihak lain secara illegal merupakan perbuatan jahat yang mendapatkan hukuman berat, berupa hukuman potong tanga, hal ini sebagaimana firman-Nya :

وَا لسَّا رِقُ وَا لسَّا رِقَةُ فَا قْطَعُوْۤا اَيْدِيَهُمَا جَزَآءً بِۢمَا كَسَبَا نَـكَا لًا مِّنَ اللّٰهِ ۗ وَا للّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

“Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (QS. Al-Ma’idah : 38)
Sementara membunuh jiwa secara sadis merupakan perbuatan jahat yang hakekatnya membunuh jiwa seluruh manusia. Hal itu sebagaimana firman-Nya :

مِنْ اَجْلِ ذٰلِكَ  ۛ  كَتَبْنَا عَلٰى بَنِيْۤ اِسْرَآءِيْلَ اَنَّهٗ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِۢغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَا دٍ فِى الْاَ رْضِ فَكَاَ نَّمَا قَتَلَ النَّا سَ جَمِيْعًا ۗ وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَاَ نَّمَاۤ اَحْيَا النَّا سَ جَمِيْعًا ۗ وَلَـقَدْ جَآءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِا لْبَيِّنٰتِ ثُمَّ اِنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ بَعْدَ ذٰلِكَ فِى الْاَ رْضِ لَمُسْرِفُوْنَ

“Oleh karena itu, Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barang siapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.” (QS. Al-Ma’idah : 32)

Sirnanya jiwa kemanusiaan merupakan akar munculnya dua aksi, yakni membawa kabur uang negara dalam jumlah besar, dan pembunuhan secara sadis. Dua aksi itu akan terus berlangsung ketika seseorang tidak percaya adanya hari pembalasan atas segala perbuatannya, dan penegakan hukum yang lemah.

Surabaya, 4 Agustus 2022

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *