Oleh: Dr. Adian Husaini
Ketua Umum Dewan Dakwah
Dewandakwahjatim.com, Depok - Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) DKI Jakarta kembali menggelar acara kolosal tahunan bernama Islamic Book Fair (IBF) tahun 2022. Acara ini berlangsung 3-7 Agustus 2022, bertempat di tempat yang mewah dan nyaman di Jakarta, yaitu Jakarta Convention Center (JCC).
Hari pertama, Rabu 3 Agustus 2022, IBF diserbu oleh ribuan pengunjung. Sebagian besarnya adalah para santri dari berbagai pondok Pesantren. Pesantren At-Taqwa Depok, misalnya, membawa seluruh santri dan gurunya yang berjumlah sekitar 230 orang, diangkut dengan empat bus besar. Acara tahunan ini sudah berlangsung selama 20 tahun. Hanya sekali absen, di tahun 2021, karena pandemi covid-19.
Penyelenggaraan IBF 2022 ini tentu bukanlah hal mudah. Serangan pandemi selama dua tahun telah banyak memukul para pelaku usaha, termasuk pelaku usaha perbukuan. Karena itulah, semangat panitia IBF 2022 patut diapresiasi. Semoga menjadi amal baik dan membawa pengaruh positif dalam penguatan budaya literasi di Indonesia.
Situs republika.co.id (3/8/2022), memuat satu judul berita: “Islamic Book Fair 2022 Diharapkan Hadirkan Spirit Kebangkitan Literasi Pengetahuan Islam.” Disebutkan, bahwa Sekretaris Ditjen (Sesditjen) Bimas Islam Kementerian Agama (Kemenag) M. Fuad Nasar berharap perhelatan Islamic Book Fair (IBF) yang dilaksanakan tanggal 3-7 Agustus 2022 di Jakarta Convention Center (JCC) dapat menghadirkan spirit kebangkitan literasi pengetahuan Islam.
“Di tengah ikhtiar bangsa Indonesia untuk bangkit dan pulih dari pandemi Covid-19, maka pameran buku Islam terbesar skala nasional diharapkan dapat meningkatkan budaya baca masyarakat,” katanya di Jakarta, Selasa (2/8/2022).
Fuad mengatakan kehadiran buku-buku Islam bermutu dibutuhkan dalam upaya membangun akhlak, karakter, moralitas, dan wawasan pemikiran umat menjadi lebih baik dan maju. “Buya Hamka, tokoh ulama dan sastrawan Indonesia terkemuka pernah mengatakan membaca buku-buku yang baik berarti telah memberi makanan ruhani yang baik,” ujarnya.
Fuad mengucapkan selamat dan sukses atas terselenggaranya pameran buku Islami terbesar yang ke-20 sejak digelar pada 2002 silam, setelah sempat tertunda pada 2021 akibat pandemi Covid-19. “Semoga minat baca dan minat menulis buku serta belanja buku terus tumbuh dan terpelihara di dalam kehidupan bangsa-negara kita di masa depan sebagai bagian dari peradaban ilmu,” tuturnya.
Selain itu, Fuad mengajak masyarakat untuk mengunjungi stan Bimas Islam di Perhelatan IBF ke-20 di stan nomor 75 dan 90 Zona Mekkah. “Ada 1.000 Alquran gratis bagi pengunjung yang beruntung,” kata dia.
Dalam acara Diskusi tentang Literasi di Panggung Utama IBF, Prof. Didin Hafidhuddin menyampaikan pentingnya tradisi membaca dan menulis. Meskipun dalam Fiqih ada 18 mazhab, tetapi yang bertahan dan dikenal luas di dunia Islam hanya empat mazhab, yaitu Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali. Keempat mazhab itu bertahan, karena imam dan para muridnya memiliki khazanah karya tulis yang dikaji secara luas hingga kini.
Dalam acara diskusi tersebut, saya juga menyampaikan bahwa IBF adalah satu contoh gerakan peradaban. Tujuannya sangat mulia, yaitu bagaimana mewujudkan peradaban mulia melalui membangun tradisi ilmu dan tradisi menulis. Karena itu, sangatlah menggembirakan jika ribuan santri, pelajar, dan mahasiswa memiliki minat yang tinggi dalam dunia perbukuan.
Para santri Pesantren At-Taqwa Depok, misalnya, rata-rata membawa bekal uang untuk membeli buku, sesuai dengan kemampuannya. Ada seorang santri yang dibekali orang tuanya Rp 1 juta rupiah untuk belanja buku. Meskipun dunia informasi online sudah sangat marak, namun ternyata, dunia buku edisi cetak masih tetap bisa bertahan. Sebab, memang beda rasanya, membaca buku edisi online dan buku edisi cetaknya.
Seperti kita pahami, Islam adalah agama ilmu. Salah satu prestasi besar Rasulullah saw adalah mewujudkan terbentuknya masyarakat ilmiah (Scientific Society) di Madinah. Para sahabat Nabi dikenal sebagai orang-orang yang haus ilmu dan haus menulis. Padahal, alat tulis ketika itu begitu sulit didapatkan.
Rasulullah saw pun memberi contoh membangun budaya literasi di tengah masyarakat dengan cara yang sangat elegan. Misalnya, Rasulullah saw membebaskan tawanan perang yang bisa mengajar membaca dan menulis. Juga, dirumuskannya Piagam Madinah yang merupakan Konstitusi Negara Tertulis Pertama di dunia. Begitu juga surat-surat Rasulullah yang dikirim ke sejumlah pemimpin negara. Perjanjian-perjanjian ketika itu pun dilakukan secara tertulis, seperti Perjanjian Hudaibiyah.
Hanya saja patut dicatat, bahwa Budaya Literasi yang dibangun dalam Islam bukan asal Budaya Literasi. Tetapi, Budaya Literasi yang beradab. Bisa jadi seorang memiliki budaya literasi yang tinggi. Budaya literasi tanpa adab, hanya akan melahirkan ilmuwan-illmuwan atau para pemimpin yang kurang atau tidak bijak dalam merumuskan dan menjalankan kebijakannya.
Kita berharap, IBF 2022 ini berlangsung dengan suskes. Semoga acara tahunan yang sangat baik ini bisa menjadi sebuah gerakan peradaban, menuju terbentuknya komunitas dan masyarakat yang bijak dan cerdas. Aamiin. (Depok, 3 Agustus 2022).
Editor: Sudono Syueb