Refleksi Tahun Baru 1444 Hijriyah : Rindu Ulama Sepenuh Pewaris Nabi

Oleh M. Anwar Djaelani,
Ketua Bidang Pemikiran dan Ghazwul Fikri Dewan Da’wah Jatim dan penulis buku “Ulama Kritis Berjejak Manis” (2022)

Dewandakwahjatim.coom, Surabaya – Predikat ulama itu sungguh indah: Pewaris para Nabi. Hanya saja, di keseharian, berapa banyak di antara mereka yang benar-benar memiliki kualifikasi sebagai Pewaris para Nabi?

Amanat Itu

Sebagai pewaris Nabi, ulama punya amanat melanjutkan perjuangan para Nabi. Apa amanat utama para Nabi? Silakan perhatikan ayat-ayat ini: “Allah mengutus para Nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan (QS Al-Baqarah [2]: 213). “Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka” (QS Al-Baqarah [2]: 119).

Tugas Nabi adalah pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Para Nabi tentu telah melakukan dengan sepenuh tanggung-jawab amanah tersebut. Adapun hasil akhir, kembalikan kepada Allah. Lihatlah ujung ayat di atas, bahwa “Kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka”.

Amanat Nabi itu memberi peringatan. Pihak yang diingatkan, mulai dari kaum kerabat sampai ke masyarakat luas.

Mari buka Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka. Bahwa, telah turun Surat Asy- Syu’araa'[26] ayat 214, yaitu: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” Seketika itu, keluarlah Nabi Muhammad Saw dari rumahnya. Nabi Saw menuju Bukit Sofa.

Di ketinggian bukit itu, Nabi Saw berdiri dan mulai menyeru. “Berkumpul-lah pagi-pagi,” kata Nabi Saw.

Orang-orang yang mendengar saling bertanya-tanya, siapa yang meminta berkumpul itu? Ada yang menjawab, itu Muhammad. Lalu orang-orang berkumpul.

“Hai Bani Fulan, Hai Bani Fulan, Hai Bani Fulan, Hai Bani Abdi Manaf, Hai Bani Abdul Muthalib,” seru Nabi Saw lagi.

Mereka mendengar seruan itu. Semua Bani yang dipanggil itu datang berkumpul.

“Kalau saya katakan kepada kamu semua bahwa musuh dengan kuda peperangan telah keluar dari balik bukit ini, adakah di antara kamu yang percaya,” tanya Nabi Saw.

“Kami belum pernah mendapati engkau berdusta,” jawab yang hadir.

“Sekarang saya beri peringatan kepadamu semuanya, bahwa di hadapan saya ini azab Tuhan yang besar sedang mengancam,” kata Nabi Saw.

Semua terdiam, berusaha mencerna dan mempertimbangkan perkataan Nabi Saw tersebut. Lalu Abu Lahab, paman Nabi Saw, yang ikut hadir berkata keras.

“Celaka engkau. Apa hanya untuk mengatakan itu engkau kumpulkan kami di sini,” tukas Abu Lahab.

Tidak berapa lama, turunlah Surat Al-Lahab, Surat ke-111. Ayat 1, menyatakan: “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.”

Menghadapi Penguasa

Di atas, terbaca jika Nabi Saw tegar berhadapan dengan Abu Lahab. Jauh sebelumnya, Bapak Para Nabi yaitu Nabi Ibrahin As gagah mengingatkan Namrudz sang penguasa. Juga, Nabi Musa As tak gentar mengingatkan Fir’aun sang penguasa.

Nabi Ibrahim As dan Nabi Musa As telah dengan sabar menunaikan tugasnya sebagai pemberi peringatan meski resiko untuk itu tidak kecil. Simaklah ayat berikut ini, yang memberikan gambaran bahwa Nabi Ibrahim As telah berusaha mendakwahi Namrudz sang raja. Perhatikanlah: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: ‘Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan’, orang itu berkata ‘Saya dapat menghidupkan dan mematikan’. Ibrahim berkata: ‘Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat’. Lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim” (QS Al-Baqarah [2]: 258).

Pada ayat di atas, maksud perkataan Raja Namrudz bahwa dia “dapat menghidupkan” ialah membiarkan orang hidup. Juga, yang dimaksudkan Namrudz “dapat mematikan” ialah membunuh orang. Perkataan atau ungkapan tersebut untuk mengejek Nabi Ibrahim As.

Atas dakwahnya ke penguasa, Ibrahim As dibakar (tapi Allah menyelamatkannya). Atas dakwahnya ke penguasa, Musa As dikejar-kejar sampai terpojok (namun Allah menyelamatkannya).

Saat Menyampaikan

Berilah ingat dan jika perlu debat-lah! Siapa yang perlu diberi ingat? Semua, dari kalangan masyarakat biasa sampai penguasa.

Dalam berdakwah, semua harus mengambil peran. Sementara, dalam berdakwah, ada sejumlah model pendekatan. Adapun pilihan cara tergantung situasi dan kondisi yang ada. Renungkanlah QS An-Nahl [16]: 125).

Kesemua pilihan dakwah harus dilakukan dengan santun. Bahkan, terhadap pemimpin atau penguasa yang zalim, kita harus tetap santun. Teladanilah Nabi Musa As dan Nabi Harun As saat mendakwahi Fir’aun yang zalim.

Lihatlah, Allah meminta keduanya bersikap lemah-lembut: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah-lembut. Mudah-mudahan ia ingat atau takut” (QS Thaha [20]: 44).

Dari Sejarah

Simak semua kisah, cermati segenap lembar sejarah. Respons-lah ayat ini: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal” (QS Yusuf [12]: 111).

Dari sejarah kita mendapat beberapa pelajaran, antara lain, pertama: Disebut ulama pewaris para Nabi adalah mereka yang tak hendak diam jika melihat kemunkaran terlebih yang dilakukan oleh penguasa. Hal ini, karena apa yang dikerjakan penguasa cenderung mempengaruhi masyarakat yang dipimpinnya.

Kedua, disebut ulama pewaris nabi adalah yang berani mengoreksi penguasa zalim meski ada kemungkinan mereka akan diperlakukan secara tidak semestinya. Mereka, misalnya, akan dikejar-kejar, dipenjara, bahkan dibunuh. Itulah resiko perjuangan. Hayatilah ayat ini: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar” (QS Ali ‘Imraan [3]: 142).

Performa Idaman

Semoga kita bisa memanfaatkan spirit tahun baru 1444 Hijriyah ini sebagai momentum yang baik. Momentum, agar semua ulama dapat bermuhasabah: Apakah selama ini sudah berperan sebagai pewaris para Nabi dalam makna yang benar.

Sungguh, sosok ulama yang lengkap itu adalah “Pembawa berita gembira dan pemberi peringatan”. Kepada ulama yang berperforma seperti itulah, umat rindu. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *