INILAH CONTOH KETAJAMAN VISI DAKWAH MOHAMMAD NATSIR

Oleh: Dr. Adian Husaini
Ketua umum Dewan Dakwah

Dewandakwahjatim.com, Depok, Hari Jumat (22 Juli 2022), saya mengisi dua acara di Rumah Sakit Islam (RSI) Ibnu Sina, Kota Bukittinggi. Pertama, mengisi pengajian karyawan Rumah Sakit. Dan kedua, menyampaikan khutbah Jumat di Masjid Asy-Syifa. 
Di sela-sela kedua acara itu, saya diajak Direktur Rumah Sakit untuk berkeliling melihat-lihat sejumlah fasilitas dan sejarah perjalanan RSI Ibnu Sina. Ada satu objek menarik: sebuah foto Mohammad Natsir, berlatar belakang serangkaian tulisan berbunyi sebagai berikut: 

Kepada Yth. Engku-engku Alim Ulama dan pemuka-pemuka masyarakat Islam di Sumatera Barat. Assalaamu’alaikum w.w. 
Dengan hormat. Menurut hemat saya, bahwa usaha untuk menghadapi tantangan yang sudah semakin berat terhadap aqidah umat Islam, terutama di Sumatera Barat ini, tidak mencukupi lagi kalau hanya dilakukan dengan cara-cara sebagai selama ini.
Kalau cara gerak itu tidak segera kita ubah, dengan membuat amal-amal yang nyata, seperti mendirikan sebuah rumah sakit Islam di daerah ini, dan yang semacam ini, maka suatu kali umat ini akan menghadap kepada kita sendiri.
Baiklah pemikiran ke arah usaha ini, engku-engku mulai. InsyaAllah pekerjaan itu nantikita hadapi bersama-sama. Mudah-mudahan Allah SWT akan membukakan jalan untuk kita. Amin. 
Wassalam, ttd. M. Natsir.

Surat Pak Natsir itu tertanggal 2 Juli 1968. Dalam tulisan ini, ejaannya sudah disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia. Disebutkan, bahwa surat itu adalah hasil percakapan Pak Natsir dengan HDT Tan Kabasaran, seorang tokoh Islam di Sumatera Barat. Surat inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya RSI Ibnu Sina YARSI Sumatera Barat.

Kini, YARSI Sumatera Barat mengelola enam buah Rumah Sakit. Keenam RSI itu didirikan di era Pak Natsir, yang wafat tahun 1993. RSI Ibnu Sina di Bukittinggi adalah yang pertama didirikan pada tahun 1969. Pada hari Kamis (21/7/2022), saya berkesempatan mengisi pengajian karyawan RSI Ibnu Sina di Kota Padang. 

Yang menarik adalah prestasi RSI Ibnu Sina di Bukittinggi yang dikenal sebagai RS terbaik di Kota Bukittinggi. Sejarah RSI Ibnu Sina ini dimulai dengan peresmian Balai Kesehatan YARSI Sumatera Barat oleh Proklamator Mohammad Hatta pada 30 Oktober 1969. Pada  11 Desember 2019, Komisi Akreditasi Rumah Sakit memberikan sertifikat Akreditasi Rumah Sakit dengan kelulusan tingkat PARIPURNA (Bintang Lima). 
 Kita perlu mencermati pesan Mohammad Natsir kepada para tokoh Islam di Sumatera Barat tersebut: “Kalau cara gerak itu tidak segera kita ubah, dengan membuat amal-amal yang nyata, seperti mendirikan sebuah rumah sakit Islam di daerah ini, dan yang semacam ini, maka suatu kali umat ini akan menghadap kepada kita sendiri.”

Inilah satu contoh visi dakwah yang tajam. Pak Natsir menyampaikan gagasan dan visi dakwah yang antisipatif ke masa depan. Bahwa, dakwah bukan hanya dilakukan dalam bentuk ceramah atau tulisan, tetapi perlu juga dilakukan dalam bentuk ‘dakwah bil hal’; dalam bentuk amal yang nyata.  Alhamdulillah, visi Pak Natsir itu telah menampakkan hasil yang wajib disyukuri.

Dalam kajian untuk para karyawan, saya mengingatkan pesan-pesan penting Pak Natsir agar umat Islam tidak cepat puas atau berpuas diri dengan apa yang telah dihasilkan.  Tahun 1951, Pak Natsir menulis artikel berjudul: “Jangan Berhenti Tangan Mendayung, Nanti Arus Membawa Hanyut.” 

Begini antara lain pesan Pak Natsir: ”Saudara baru berada di tengah arus, tetapi sudah berasa sampai di tepi pantai. Dan lantaran itu tangan saudara berhenti berkejauh, arus yang deras akan membawa saudara hanyut kembali, walaupun saudara menggerutu dan mencari kesalahan di luar saudara. Arus akan membawa saudara hanyut, kepada suatu tempat yang tidak saudara ingini… Untuk ini perlu saudara berdayung. Untuk ini saudara harus berani mencucurkan keringat. Untuk ini saudara harus berani menghadapi lapangan perjuangan yang terbentang di hadapan saudara, yang masih terbengkelai… Perjuangan ini hanya dapat dilakukan dengan enthousiasme yang berkobar-kobar dan dengan keberanian meniadakan diri serta kemampuan untuk merintiskan jalan dengan cara yang berencana.”
Pada kesempatan lain, Pak Natsir juga mengingatkan, agar umat Islam benar-benar serius untuk menghindarkan diri dari penyakit cinta dunia yang berlebihan: ”Salah satu penyakit bangsa Indonesia, termasuk umat Islamnya, adalah berlebih-lebihan dalam mencintai dunia…Di negara kita, penyakit cinta dunia yang berlebihan itu merupakan gejala yang ”baru”, tidak kita jumpai pada masa revolusi, dan bahkan pada masa Orde Lama (kecuali pada sebagian kecil elite masyarakat). Tetapi, gejala yang ”baru” ini, akhir-akhir ini terasa amat pesat perkembangannya, sehingga sudah menjadi wabah dalam masyarakat. Jika gejala ini dibiarkan berkembang terus, maka bukan saja umat Islam akan dapat mengalami kejadian yang menimpa Islam di Spanyol, tetapi bagi bangsa kita pada umumnya akan menghadapi persoalan sosial yang cukup serius.”


Alhamdulillah, kunjungan hari kedua di Sumatera Barat ini sangat berkesan. Kita bersyukur, para tokoh dakwah di Sumatera Barat mampu mewujudkan amanah Mohammad Natsir dalam bidang dakwah melalui bidang kesehatan ini. Tentu saja, dalam setiap keberhasilan perjuangan, senantiasa muncul tantangan baru. Semoga dakwah Islam di Sumatera Barat akan terus berlangsung dengan baik. Aamiin. (Depok, 22 Juli 2022).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *