Untuk Konten, Jangan Melampaui Batas!

Oleh M. Anwar Djaelani,
Ketua Bidang Pemikiran dan Ghazwul Fikri Dewan Da’wah Jatim

Dewandakwahjatim.com, Surabaya - Di setiap perkembangan pengetahuan dan teknologi, nyaris selalu bermuka dua yaitu ada sisi manfaat dan mudharat. Internet, termasuk dari perkembangan yang dimaksud. 

Lewat internet, banyak capaian positif yang sangat bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan manusia. Hanya saja, lewat internet pula tak sedikit keburukan bermula.

Konten Itu

Contoh sisi positif yang mudah disebut, misalnya, pelajar dan mahasiswa leluasa mendapatkan konten berupa bahan-bahan pelajaran sebagai usaha pengayaan keilmuan. Contoh lain, masyarakat berlomba berbagi konten berupa kecakapan semisal cara memperbaiki sendiri pompa air yang rusak. Juga, berbagi konten terkait tips seperti membuat aneka kue atau makanan yang bergizi, enak, dan murah.

Adapun contoh sisi negatif, antara lain karena sebagian masyarakat lalu berlomba membuat konten yang isinya tak (seberapa) bermanfaat. Tak hanya itu, cara membuatnya juga membahayakan diri dan orang lain.

Apa konten? Konten, secara bahasa, adalah informasi yang tersedia melalui media atau produk elektronik (https://kbbi.web.id/konten, akses 17 Juni 2022).

Apa tujuan pembuatan dan penyebaran konten? Tujuannya, pada dasarnya, sama dengan tujuan komunikasi yaitu memberi: 1).Informasi, 2).Hiburan, 3).Inspirasi, 4).Motivasi, 5).Persuasi, 6).Tips (baca https://www.romelteamedia.com/2021/11/pengertian-konten-content-creator-dan.html).

Sisi Tak Diinginkan

Kini, di sekitar kita, bisa dibilang terjadi “demam konten”. Di titik ini, jika isi dan cara pembuatan kontennya baik maka akan banyak pihak yang diuntungkan. Tapi jika isi kontennya kurang bahkan tak bermanfaat serta cara membuatnya tak elok (seperti membahayakan diri dan orang lain), maka akan banyak yang dirugikan.

Simak berita ini: “Maut Menjemput Saat Bikin Konten YouTube, Bocah Tertabrak dan Terlindas Truk” (baca https://jogja.tribunnews.com 2 April 2022). Inti berita, di Sukabumi, terjadi kecelakaan tragis yang menimpa remaja berusia 14 tahun. Saat itu, dia bersama sejumlah kawannya akan membuat konten tentang tata cara memberhentikan mobil.

Di atas, sekadar contoh membuat konten dengan isi dan cara pembuatan yang tak bagus. Memang, tak bagus sebab membahayakan diri dan orang lain. Padahal, petunjuk Nabi Saw ini jelas: “Janganlah engkau membahayakan dan saling merugikan” (HR Ibnu Majah dan Daraquthni).

Di Luar Batas

Berikut ini contoh lain, yang bahkan isi kontennya merusak citra agama. “Demi Konten YouTube dan TikTok, Pria di Gresik Nikahi Kambing Betina Bernama Sri Rahayu” (baca https://radartegal.com/demi-konten-youtube-dan-tiktok-pria-di-gresik-nikahi-kambing-betina-bernama-sri-rahayu.34369.html).

Disebutkan di berita itu, dalam tayangan video terlihat ada seorang pria yang mengenakan pakaian pernikahan dengan adat Jawa. Mempelai pria itu mengenakan setelan hitam dan blangkon hijau. Sementara, kambing betina berwarna putih dikenakan kalung bunga layaknya mempelai wanita. Ada sejumlah orang yang hadir layaknya tamu undangan pernikahan.

Jelas, itu tindakan di luar batas. Itu, contoh perilaku yang harus kita jauhi karena tidak pada tempatnya.

Jangan Zalim!

Zalim artinya meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Di dalam Islam, zalim itu sangat terlarang. Perhatikan riwayat Muslim ini: Sesungguhnya Allah telah berfirman: “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan berlaku zalim atas diri-Ku dan Aku menjadikannya di antaramu haram. Maka, janganlah kamu saling menzalimi”.

Jangan zalim! Ingat-ingatlah selalu Nabi Adam As yang pernah melampaui batas karena melanggar larangan Allah. Atas sikapnya itu, Adam As menyesal dan bertobat. Perhatikanlah pernyataan tobat Adam As dan istrinya di ayat ini: “Keduanya berkata: ‘Yaa Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi’.” (QS Al-A’raaf [7]: 23).

Jangan zalim! Ingat-ingatlah selalu Nabi Yunus As yang pernah melampaui batas karena tak sabar dalam berdakwah dan kemudian “mundur dari gelanggang”. Perhatikan pernyataan tobat Yunus As di ayat ini: “Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah. Lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya). Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: ‘Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim’.” (QS Al-Anbiyaa’ [21]: 87).

Kembali, Kembalilah!

Sikap kita, termasuk saat mendesain isi dan cara membuat konten, harus tak membuat susah diri sendiri dan apalagi orang lain. Malah, sebaliknya, yang sangat dianjurkan adalah sering membantu atau melepaskan kesusahan orang lain.

Selalulah berbuat baik. Senantiasalah berusaha untuk mendatangkan kebaikan atau kebahagiaan bagi orang lain. Perhatikan hadits ini: “Barangsiapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barangsiapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di akhirat” (HR Muslim).

Hanya, bisa saja karena khilaf, kita pernah menyusahkan orang lain lewat konten yang kita buat. Misal, orang-orang menjadi susah karena isi konten kita tak patut dan tak bermanfaat. Misal, orang-orang menjadi susah karena cara kita membuat konten membahayakan diri dan orang lain.

Jika begitu, segera sadarlah bahwa pembuatan konten yang tak terarah bisa melampaui batas. Maka, jauhilah! Setelah itu lekas-lekaslah kembali kepada Allah, mohon ampunlah kepada-Nya: “Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus-asa dari rahmat Allah’. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Az-Zumar [39]: 53).[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *