Oleh: Hamba Allah
Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Sebagaimana diketahui, bahwa sholat di Masjidil Haram memiliki nilai 100.000 kali dibanding masjid lain. Ya .. 100.000 kali.
Tua, muda, laki, perempuan, bahkan sampai yang orang-orang yang berkebutuhan khusus pun, tidak mau ketinggalan ambil bagian ini.
Musim Haji tahun ini tidak terasa beda dengan tahun-tahun sebelum pandemi.
Yang membedakan adalah peringatan-peringatan tentang penjagaan dari Covid, baik pamflet, brosur yang masih familiar.
Buktinya, Haram (sebutan Masjidil Haram, pent.) tidak pernah sepi dari lautan manusia.
Untuk bisa hadlir di pelataran dasar bersama Ka’bah dipersyaratkan pakaian ihrom untuk laki-laki, all time ..
Di lantai 1, 2, 3, lautan manusia di setiap saat memenuhi sela-sela masjid, bahkan di lantai 4 yang belum beratap pun penuh ..
Sampai dengan Jum’at ini, pertambahan jumlah jama’ah dari berbagai negara terus bertambah.
Apalagi, musim Haji tahun ini, Arofah bertepatan dengan Jum’at – yang lazim disebut Haji Akbar.
Jama’ah di sini sepertinya “cuek” dengan penetapan Arofah di selain Jum’at depan itu.
(yang ini tentu berbeda dengan di Indonesia).
Telah diumumkan sejak awal kepada jama’ah Haji Indonesia dan lain-lain yang arah Terminal sektor 1 ke Mahbas Jin (komplek jama’ah Indonesia, India, Turki, Iran, Sudan, Yaman, dll) bahwa untuk rute sholat Jum’at bus sholawat (layanan ke Haram 24 jam) berhenti operasi jam 10.00 WAS, sebab Terminal dan lorong-terowongan tidak muat lagi, demikian pula untuk Taxi.
Sebelum jam 10.00 WAS jama’ah dari berbagai arah hotel itu turun ke jalan raya, berebut anterian mendapatkan bus ke Haram.
Tak terhitung lagi, puluhan ribu – kumpulan jama’ah laki-perempuan, itu berjalan kaki (sekitar 2 km), daripada harus antri bus yang bersesakan dan berdiri.
Deretan-ratusan Bus searah Haram semuanya penuh sesak.
Kumpulan jama’ah yang susah dihitung itu menghentikan pun tak dipedulikan.
Logis saja, memang sudah penuh.
Bus-bus itupun seperti tidak bergerak, kalaupun bergerak hanya sedikit-sedikit saja maju.
Kami, dan rombongan jama’ah, bersukaria ketika ada satu bus yang bersedia membukakan pintu untuk kami yang juga harus rebutan masuk.
Sampai didalam bus, rombongan kami bersyukur, berterima kasih kepada sopir, bergurau dengan berbagai bahasa.
Dengan ramah, sang sopir pun melayani gurauan jama’ah, padahal laju bus pun tak banyak berubah, bus di depan-belakang-kanan-kiri, berhimpitan dan saling ngebel klakson.
Salah satu jama’ah bilang ke sopir, “Bus sampean matic ya ?”
Sopir bilang, “Ya”. Bahkan ia memperagakan jika digital dioperasikan, sambil tidur pun, Ok.
Tiga pintu masuk keluar bisa dibuka otomatis, bisa bersama dan gilir.
Tempat duduk dan AC, amat nyaman.
Berdiri ? Enjoy ..
Music ?
Yes, Full Murottal ..
Ya, bus-bus di sini, Ok bingits, buat para sopir yang bernyali ..
Sampai beberapa saat, bus tidak bergerak maju, meskipun klakson to-li-let dibunyikan.
Guyonan dengan sopir gaul inipun masih lanjut.
Sampai kemudian, sang sopir bilang, “Semua penumpang harus turun, sebab jalur penuh, dan tidak mungkin berjalan ..”
“.Cekakaan pun muncul otomatis” ..
Weleh-weleh,
Antrean suwe bingits, sueneng numpak bus,
Jebul mudhun maneng ..
Ya sudah,
Sholat Jum’at di Masjid Kotak wae ..
Dzikir nunggu khotib