NABI IBRAHIM DAN ISMAIL SEBAGAI MODEL PELAJAR IDEAL

Oleh: Dr. Adian Husaini
Ketua Umum Dewan Dakwah

Dewandakwahjatim.com, Depok – Tahun 2020-2024, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Rencana Strategis untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu terbentuknya: “Profil Pelajar Pancasila”. Kebijakan itu dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020.
“Pelajar Pancasila” adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Rumusan profil Pelajar Pancasila tampaknya merupakan penjabaran dan kontekstualisasi dari tujuan pendidikan nasional, sebagaimana disebutkan dalam UUD 1945 pasal 31 (3) dan UU Sisdiknas, UU No 20 tahun 2003 dalam menyongsong era disrupsi.

Dijabarkan lebih lanjut, bahwa Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Ada lima elemen kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia: (a) akhlak beragama; (b) akhlak pribadi; (c) akhlak kepada manusia; (d) akhlak kepada alam; dan (e) akhlak bernegara.

Rumusan Pelajar Pancasila yang menekankan akhlak mulia merupakan tujuan ideal dan sekaligus tantangan berat bagi dunia pendidikan di Indonesia. Itulah tujuan Nabi Muhammad saw diutus kepada umat manusia. Yaitu, untuk menyempurnakan akhlak. Juga, Nabi Muhammad saw, telah bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya.”


Tujuan pendidikan nasional yang menekankan tujuan pembentukan pelajar berakhlak mulia ini perlu dijabarkan dalam bentuk kurikulum yang tepat. Pemerintah telah merumuskan kurikulum baru yang disebut sebagai Kurikulum Merdeka.

Pakar pendidikan Islam, Prof. Ahmad Tafsir, dalam berbagai kesempatan menyampaikan, bahwa ada empat langkah untuk membentuk pelajar berakhlak mulia, yaitu: dicontohkan, dibiasakan, dimotivasikan, dan ditegakkan aturan. Saya menambah satu lagi, yaitu: didoakan.

Dalam kaitan menyambut Idul Adha, umat Islam senantiasa diingatkan untuk mengenang seorang manusia hebat, yaitu Nabiyullah Ibrahim a.s. dan Ismail a.s. Bahkan, setiap hari, umat Islam membaca doa untuk Nabi Ibrahim a.s. dan keluarganya. Doa itu kita baca berulang kali dalam shalat, mengikuti doa untuk Nabi Muhammad saw dan keluarga beliau.

Pendidikan Akhlak mulia itu memang harus dicontohkan. Kita perlu contoh nyata manusia Indonesia yang disebut sebagai “Pelajar Ideal” atau “Pelajar Pancasila” itu. Karena itu,
menyambut Idul Adha 1443 Hijriah ini, kaum muslim dapat menjadikan Nabi Ibrahim a.s. sebagai model pelajar ideal. Ibrahim adalah lulusan “Sekolah Kehidupan” atau “Kampus Kehidupan”.

Sangatlah jelas, bahwa Ibrahim a.s. adalah sosok pelajar ideal yang memiliki iman yang kokoh, cerdas, kreatif, berani, cinta pengorbanan. Ringkasnya, Ibrahim a.s. adalah sosok yang beriman bertaqwa dan berakhlak mulia. Dalam bahasa milenial: Ibrahim a.s. adalah model pelajar ideal banget! Begitu juga Ismail a.s.

Karena itu, menyambut Idul Adha, sepatutnya kita merenungkan kembali perjuangan dan keteladanan manusia agung ini. Nabi Ibrahim a.s. berjuang menyadarkan kaumnya, termasuk keluarganya, agar beriman kepada Allah SWT dan meninggalkan kemusyrikan.
Demi menegakkan iman itulah, maka beliau harus menghadapi resiko yang besar, dimusuhi, dibunuh, dikucilkan, dan diusir dari negerinya. Tak hanya sampai disitu. Nabi Ibrahim pun harus meninggalkan keluarganya di tempat yang jauh dari permukiman.
Namun, dalam kondisi yang sangat sulit seperti itu, Nabi Ibrahim a.s. tetap memberikan pendidikan terbaik terhadap keluarganya. “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.” (QS al-Baqarah: 132).

Iman adalah dasar bagi pembentukan kepribadian yang mulia. Iman yang kokoh akan terwujud dalam bentuk akhlak mulia. Komitmen tauhid itulah yang diminta Nabi Ibrahim dan para Nabi lainnya kepada anak-anak mereka. Anak-anak mereka ditanya: “Sesudahku nanti, kamu menyempah siapa?”
Para Nabi itu tidak berpesan kepada anak-anaknya: “Sesudah aku nanti, kalian makan apa?” Pendidikan Nabi Ibrahim berhasil melahirkan sosok Nabiyullah Ismail a.s. yang juga merupakan contoh pelajar ideal. Ismail dididik langsung oleh seorang Ibu yang hebat, yaitu Hajar.

Sosok Ibrahim dan Ismail alaihima salam, merupakan dua sosok pelajar ideal yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia. Mereka merupakan produk dari kurikulum pendidikan yang benar, yakni kurikulum berbasis wahyu Allah SWT. Kecerdasan dan wahyu membimbing mereka untuk menjadi manusia ideal.
*

Tantangan besar pendidikan di zaman Nabi Ibrahim adalah kemusyrikan dan paham keduniaan. Saat ini, kita hidup di zaman yang tantangan aqidah bukan lebih ringan dibanding dengan zaman Nabi Ibrahim a.s. Dominasi paham sekulerisme-materialisme telah menggiring umat manusia ke arah ateisme global. Survei-survei global menunjukkan negara-negara yang dikatakan maju dan makmur, justru sebagian besarnya merupakan negara-negara yang tidak lagi menganggap agama sebagai faktor penting dalam kehidupan.

Begitu juga dalam bidang pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan yang dianggap paling tinggi rankingnya bukanlah lembaga-lembaga pendidikan yang tujuan utamanya menguatkan iman, taqwa, dan akhlak mulia. Kampus-kampus yang dianggap paling bergengsi justru secara terang-terangan menolak wahyu sebagai sumber ilmu dan dasar pendidikannya.

Karena itu, semoga semua ibadah kita di bulan Zulhijjah ini menguatkan kesadaran kita akan pentingnya pendidikan yang benar. Yakni, pendidikan yang melahirkan manusia-manusia ideal seperti Ibrahim dan Ismail alaihima salam. Iman dan taqwa serta akhlak mulia mereka menjadi model abadi sepanjang zaman. Mereka cinta ilmu, cinta kebenaran, cinta pengorbanan, dan sangat mengasihi sesama insan.
Selamat Idul Adha 1443 Hijriah. Semoga Allah menguatkan iman dan menyempurnakan akhlak kita, keluarga, para pemimpin, dan murid-murid kita semua. Aamiin. (Depok, 9 Juli 2022).

Editor: Sudono Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *