Ketika Pertimbangan Akal Sehat Tersingkir

Dr. Slamet Muliono Redjosari
Pengurus Dewan Dakwah Jawa Timur Bidang Pemikiran lslam

Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Akal sehat umat Islam sedang mengalami ujian dan tantangan. Betapa tidak, ketika menghadapi persoalan besar, umat Islam selalu mudah dialihkan dan tidak membedakan mana yang menjadi skala prioritas dan mendesak dikedepankan, dan mana yang harus dikesampingkan. Bahkan tidak sedikit yang berbelah, antara membela dan membiarkan sehingga terjadi dikotomi yang sulit disatukan. Problem kemiskinan, ketidakadilan, keterbelakangan, dan berbagai ketimpangan sosial telah melanda negeri ini tak tersentuh. Namun umat Islam masih disibukkan dengan persoalan kecil dan sepele sehingga terkecoh dan perang sendiri di antara mereka. Di antara umat Islam masih ada yang tidak mengucapkan salam terhadap pihak yang dianggap tidak sefaham, Ada pula yang masih bersikap eksklusif, menutup diri dan merendahkan muslim yang lain. Bahkan ada yang masih menganggap dirinya paling benar dan ingin meniadakan eksistensi kelompok lain. Politik adu domba di antara umat Islam telah menutup mata mereka sehingga pekerjaan besar selalu tertunda karena persaudaraan Islam masih belum selesai.

Ketimpangan dan Ketidakadilan Sosial

Umat Islam dan bangsa Indonesia banyak dan komplek, di antaranya kemiskinan dan ketidakmerataan pembangunan, ketidakadilan dan keterbelakangan ekonomi-politik, serta berbagai ketimpangan sosial. Alih-alih menyadari pentingnya duduk bersama untuk memperkecil persoalan, umat dan elite Islam justru rendah kepeduliannya.

Pertumbuhan angka kemiskinan terus tersebar di berbagai level social, dan kuantitasnya terus bertambah dan bahkan sulit dikurangi. Kehidupan komunitas kaum berada semakin mapan dan Makmur, namun mereka terus memperkaya diri, dan enggan berbagi. Bahkan ketidakadilan ekonomi terlihat kasat mata, dimana mereka semakin menumpuk kekayaan, sementara masyarakat pada umumnya semakin rendah akses ekonominya. Dengan kata lain, Keterbelakangan ekonomi melahirkan penindasan baru, sehingga masyarakat semakin rendah akses sosial, politik, dan ekonominya.

Ormas atau elemen penting umat Islam seolah menutup mata atas realitas itu. Alih-alih peduli dan berjuang untuk mengikis persoalan bangsa, mereka justru menambah beban persoalan. Semaraknya kristenisasi dan pemurtadan tidak membuatnya tergerak untuk membentengi umat. Bahkan banyaknya infiltrasi pemikiran-pemikiran sekuler-liberal yang menggerogoti akidah umat Islam tidak membuka kesadarannya untuk berada di garda depan untuk membentenginya. Alih-alih melakukan perlawanan, mereka justru menjadi bagian dari sekularisasi dan liberalisasi Islam.

Ormas dan elite Islam justru sensitif untuk menjalin kerjasama dengan kelompok non Islam dan bahkan kurang ramah pada sesamanya. Bahkan ada diantara mereka yang sibuk menghalangi pendirian masjid atau sekolah karena kecurigaan-kecurigaan tertentu terhadap kelompok yang dianggap berbahaya. Dengan kata lain, rahmatan lil muslimin belum terwujud, sehingga selalu muncul rasa kekhawatiran dan was-was terhadap sesama muslim. Hal ini membuat umat Islam justru disibukkan dengan urusan internal dengan mengurusi soal-soal yang justru kontraproduktif bagi umat Islam sendiri. Alih-alih memberikan kontribusi pada persoalan besar, seperti kemiskinan, ketidaakadilan dan ketimpangan sosial, umat Islam justri menjadi korban dan terlindas oleh persoalan besar itu sendiri.

Hilangnya Ukhuwah Islamiyah

Umat Islam saat ini masih belum melewati masa rahmatan lil muslimin (rahmat bagi sesame muslim). Di antara umat Islam masih mudah terjadi gesekan. Masih ada sekelompok kaum muslimin yang tidak berucap salam kepada sesame muslim, karena dipandang perbedaan faham keagamaan. Demikian juga adanya sebagian umat Islam yang bersikap eksklusif dengan tidak mau bergaul dengan mereka yang dianggap bukan golongannya, dan bahkan di antara sesama ormas Islam saling menjegal dan meniadakan kelompok yang lain.

Akhlak dan pergaulan sesama muslim serta saling menopang memperjuangkan nilai-nilai Islam masih dalam wacana. Alih-alih saling bersinergi, di antara kelompok terjadi saling menjegal atau meniadakan eksistensi kelompok lain. Mereka ini ingin kelompoknya menjadi dominan atau menguasai. Hal jelas akan mengganggu kenyamanan dalam bermuamalah. Di beberapa daerah, masih terjadi saling merebut dan menguasai masjid yang dibangun kelompok lain. Kondisi ini bukan hanya memunculkan konflik, tetapi akan berefek dendam bagi yang mengalami kekalahan, dan hal itu akan terwariskan dari generasi ke generasi yang lain.

Ketika ukhuwah Islamiyah tidak menjadi perhatian dan sekaligus bukan sebagai skala prioritas, maka problem sosial, seperti ketidakadilan, keterbelakangan, dan berbagai ketimpangan social akan menimpa umat Islam sendiri. Sebagai umat mayoritas selalu mendapatkan pekerjaan dan bulan-bulanan dari pihak lain.

Peristiwa Holywings merupakan tamparan besar bagi umat Islam, dimana pelaku ekonomi melakukan bisnis yang menyinggung umat Islam, khususnya umat Islam. Betapa tidak, mereka berani melakukan penistaan agama dengan mempromosikan minuman keras (miras) dengan menamai “Muhammad” dan “Maria”. Nama yang diagungkan oleh uma Islam dan Nasrani justru dibuat mainan dan dilecehkan. Hal jelas keterlaluan dan menyulut emosi umat beragama. Di antara tokoh atau elite politik umat Islam tidak terlihat reaksi kecemburuan untuk melakukan pembelaan dengan memberikan sangsi kepada pelakunya.

Masing-masing elite ormas dan organisasi politik akan tersulut emosinya bila kepentingan kelompoknya terganggu, namun mereka diam dan membiarkan ketika nilai-nilai Islam dilecehkan. Adanya kristenisasi, pemurtadan, atau menyebarkan liberalisasi dan sekularisasi Islam tidak menggerakkan mereka untuk membendungnya. Bahkan tidak sedikit ormas Islam yang justru lebih akrab dan ramah terhadap non-muslim, namun sangat intoleran terhadap sesamanya. Maka tidak salah bila ada yang berpikiran bahwa akal sehat telah tersingkir karena tidak bisa membedakan mana yang harus lebih dicintai dan lebih diutamakan.

Surabaya, 30 Juni 2022

Editor: Sudono Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *