Panduan Ringkas Tangkas Berceramah

Oleh M. Anwar Djaelani
Pengurus Dewan Da’wah Jawa Timur

Dewandakwahjatim.com, Surabaya –
Setelah mendengar sebuah ceramah, bisa jadi ada yang bergumam seperti ini: “Sebenarnya materinya menarik, tapi –sayang- suaranya tak jelas”.

“Seandainya disampaikan secara sistimatis, materi tadi sungguh akan mudah dipahami,” gumam yang lain.

“Penceramah tadi kaku. Andai mengikutkan ‘bahasa tubuh’ seperlunya, pasti pendengar akan lebih tertarik,” gumam yang lain lagi.

Apa makna dari tiga gumaman itu?

Bisa Dilatih

Gumaman di atas adalah wujud dari ketidakpuasan pendengar atas performa dari seorang penceramah. Maka, agar tak menjadi rasan-rasan seperti itu, hendaknya seni berbicara di depan publik juga harus dikuasai oleh (calon) penceramah.

Memang, berceramah atau berpidato menjadi salah satu metode dakwah yang tergolong paling popular sampai sekarang. Apa kelebihan metode ceramah?

Mari kita seksamai! 1). Jika dibandingkan dengan metode dakwah lewat tulisan, untuk materi kajian yang sama, waktu yang diperlukan untuk menyiapkannya lebih singkat. 2).Mudah berimprovisasi sesuai dengan situasi di lapangan. 3).Perhatian pendengar dapat dikontrol oleh si penceramah.

Apa lagi? Ini: 4).Dapat merangsang pendengar untuk mempelajari lebih lanjut materi yang diceramahkan. 5).Penceramah dapat mengatur keseimbangan antara waktu yang tersedia dengan materi yang harus disampaikan.

Apa kelemahan metode ceramah? 1).Sering bersifat satu arah. 2).Jika penceramah tak menguasai materi, penyampaiannya menjadi tak sistimatis dan bahkan “tak ada isi”-nya. 3).Jika penceramah tak menguasai seni berbicara (atau seni berkomunikasi), situasi akan terasa kaku.

Lalu, apa di antara kriteria penceramah yang baik? 1).Pendengar mudah menangkap pesan dakwahnya. 2).Pendengar tertarik perhatiannya untuk menyimak sejak awal sampai akhir. 3).Materinya sesuai dengan yang sedang dibutuhkan oleh pendengarnya.

Agar sukses berceramah, hal-hal berikut berguna untuk diperhatikan. 1).Berpenampilan ramah, bersahabat, dan percaya diri. Busana yang dikenakan, misalnya, harus tepat sesuai dengan situasi. 2).Isi ceramah sistimatis, argumentatif, dan tidak mengundang kontroversi. 3).Ceramah disampaikan dengan lembut. Intonasi disesuaikan dengan kebutuhan.

Ada lagi? Ada, ini: 4).Bahasa penyampaian ceramah dan termasuk ilustrasinya disesuaikan dengan tingkat intelektualitas dan budaya pendengarnya. 5).Penceramah mengedarkan pandangan ke segenap hadirin. 6).Penceramah tidak membaca teks lengkap. Jikapun membawa bahan ceramah, hendaknya hanya berupa catatan kecil berisi sistimatika dari pokok-pokok yang akan disampaikannya.

Sejatinya, tanpa bakat seseorang bisa menjadi penceramah yang baik. Caranya? Bersikaplah tekun dalam belajar, berlatih, dan membiasakan diri berceramah. Belajarlah secara serius agar dapat memiliki tiga ketrampilan dasar, yaitu: Bagaimana membuka ceramah, menerangkan keseluruhan materi ceramah, dan -terakhir- menutup ceramah. Kesemuanya itu harus diformat untuk bisa mempersuasi pendengar.

Di saat membuka ceramah, buatlah sedemikian rupa pendengar merasa bahwa materi yang akan disampaikan si penceramah memang benar-benar dibutuhkan mereka. Di bagian ini, bisa saja dibangun situasi interaktif sehingga pendengar merasa bahwa forum itu juga milik mereka.

Di waktu masuk inti ceramah, uraikanlah topik-topiknya secara sistimatis. Ilustrasi sesekali diperlukan untuk menguatkan argumentasi. Untuk itu, kecuali ilustrasi bisa berasal dari khazanah pengetahuan yang telah “menjadi pengetahuan publik”, sangat dianjurkan untuk memberikan ilustrasi yang segar semisal peristiwa yang sedang hangat dibicarakan publik.

Di kala menutup ceramah, buatlah semacam rangkuman yang sederhana. Buatlah pula situasi, agar pendengar merasa perlu untuk lebih mendalami materi ceramah tersebut dengan –misalnya- membaca buku-buku yang bertema sama.

Ada detil-detil lain yang juga perlu kita perhatikan untuk menambah daya rangsang bagi pendengar untuk tekun menyimak ceramah kita. 1).Suara hendaknya tidak monoton. Buatlah penekanan-penekanan pada bagian-bagian tertentu. 2).”Bahasa tubuh”, hendaknya juga menjadi perhatian. Gunakan ekspresi wajah, gerakan kedua tangan, dan gerakan-gerakan tubuh lainnya (di saat-saat memang sedang diperlukan) untuk mendukung performa.

Terus, masih ada? Ada, seperti berikut ini: 3).Jika perlu mainkan emosi pendengar. Misal, sesekali bikin jeda sebelum menjelaskan sesuatu yang justru ingin segera diketahui oleh pendengar. Bikin hening sejenak, baru ceramah dilanjutkan.

Masih ada lagi? Masih ada,  yaitu: 4).Jika merasa memiliki kemampuan, bagus jika diselipi humor (yang sehat). Itupun jika memang diperlukan untuk mendukung penyampaian materi ceramah. Sementara, bagi yang merasa tak punya bakat humor, tak perlu memaksa diri untuk melakukannya.

Terutama bagi pemula (baru belajar berceramah), melakukan persiapan yang matang itu sungguh sangat diperlukan. Jika persiapan sudah dikerjakan secara benar, maka bisa diasumsikan bahwa “50% pekerjaan telah selesai”.

Apa saja yang harus kita persiapkan? 1).Jika tema tidak ditentukan oleh pihak pengundang, maka kita harus memilih tema sendiri. Untuk itu, pilihlah tema yang kita nilai paling dibutuhkan oleh calon pendengar.

Lalu? Ini lanjutannya: 2).Setelah tema didapat, kuasai materinya. Caranya? Bacalah berbagai referensi yang relevan. Langkah ini harus kita kerjakan secara serius sebab ini yang paling penting.

Selanjutnya? Begini: 3).Buat outline atau kerangka ceramah. Terutama bagi yang sedang belajar, outline bisa dibawa dan dibuka di saat berceramah. 4).Buatlah latihan seperlunya, terutama bagi para pemula.

Ilmu dan “Petunjuk”

Agar ceramah sukses, kita memang harus memiliki ketrampilan berbicara di depan publik. Untuk itu perlu latihan dan sekaligus “jam terbang” yang banyak. Tetapi, jangan lupa, sejak awal selalu-lah untuk ‘melibatkan’ Allah.

Pertama, dengan meluruskan niat bahwa yang kita kerjakan itu hanya untuk meraih ridha Allah.
Kedua, usahakan untuk tak lupa berdoa. Doa Nabi Musa As termasuk yang sangat dianjurkan. “Musa berkata, ‘Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul ‘uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii’ [Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku]” (QS Thaahaa [20]: 25-28).

Demikian! Bismillah, Allahu Akbar! []

Editor: Sudono Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *