Oleh M. Anwar Djaelani, Wakil Ketua Bidang Pemikiran Dewan Da’wah Jawa Timur
Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Jangan pernah menghina Nabi Muhammad Saw. Sejarah, di masa lalu dan di era kini, telah mengajarkan bahwa di dunia ada balasan pedih bagi para penghina itu. Tentu, di akhirat akan didapat juga kesengsaraan yang sangat.
Binasa, Binasa!
Dulu di kalangan orang Arab, kalau ada seseorang yang banyak anaknya lalu anak-anaknya yang laki-laki meninggal semuanya di waktu kecil, orang itu dinamakan abtar. Istilah yang disebut terakhir itu bermakna putus, yaitu putus turunan.
Nabi Muhammad Saw punya beberapa anak laki-laki dan beberapa anak perempuan. Anak laki-lakinya semuanya meninggal di waktu kecil, tidak ada yang sampai dewasa. Termasuk, Ibrahim (anak lelaki Muhammad Saw) yang terakhir meninggal.
Menurut suatu riwayat, saat Ibrahim meninggal, Al-’Ash bin Wail mencemooh Nabi Saw: “Biarkan saja dia bercakap sesukanya. Dia (sudah) putus turunan. Kalau dia sudah mati nanti, habislah sebutannya”.
Tentu, kalimat Al-’Ash bin Wail di atas mudah kita pahami makna dan arahnya. Rupanya, dia bersukacita dengan meninggalnya Ibrahim. Tampak, dia punya keyakinan bahwa saat Nabi Saw tak punya anak laki-laki maka tak akan ada lagi Islam lantaran tak ada yang akan meneruskan.
Boleh jadi Al-’Ash bin Wail berkata begitu sebab punya logika sederhana. Bahwa, yang bisa meneruskan dakwah Islam hanya anak laki-laki dari Nabi Saw.
Berikut ini riwayat lain. Bahwa, setelah mendengar Ibrahim (anak laki-laki Rasulullah Saw) meninggal, Uqbah bin Abu Mu’ith dengan gembira berkata, “Putuslah dia!”
Bahkan di riwayat yang lain lagi, paman Nabi Saw sendiri yaitu Abu Lahab-yang memang sangat memusuhi Nabi Saw-pergi menemui kawan-kawannya sesama kaum kafir. Lalu, berkatalah dia: “Sudah putus turunan Muhammad!
Di kala itu, terbilang merata penghinaan kaum kafir kepada Rasululullah Saw. Mereka merasa, karena Ibrahim (anak laki-laki Muhammad Saw) telah meninggal maka putus turunan Muhammad Saw dan tidak akan ada lagi sebutannya.
Atas hal itu, turunlah ayat ini: “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus” (QS Al-Kautsar [108]: 3). Ayat ini bukan hanya mengoreksi persangkaan yang salah dari kaum kafir, tapi sekaligus menjelaskan posisi antara Muhammad Saw dan keturunannya serta kaum kafir dan keturunannya.
“Itulah persangkaan yang salah,” kata Hamka di Tafsir Al-Azhar (1982: 286). Selanjutnya, perhatikan, di permulaan QS Al-Kautsar Allah telah berfirman: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak” (QS Al-Kautsar [108]: 3).
Atas ayat itu, lanjut Hamka, sebuah tafsir menyebut “nikmat yang banyak” sebagai “Banyak sahabatnya, banyak umatnya, banyak pengikutnya”. Sementara, para penghina itu sebagian besar mati dalam Perang Badar.
Adapun Abu Lahab tidak turun berlaga di Perang Badar dan hanya berpartisipasi ikut membiayai pasukan kafir. Dia lalu sakit hati luar biasa setelah mendengar pasukan kafir kalah di Perang Badar. Sakit hati itu tak main-main, membawa kesengsaraan bagi dirinya, dan berujung kepada kematiannya.
Mangsa Si Buas
Situs www.republika.co.id 9 Maret 2021 menurunkan tulisan, “3 Kisah Akhir Tragis Hidup Para Penghina Nabi Muhammad Saw”. Satu di antara tiga kisah itu, petikannya sebagai berikut.
Suatu saat, Utbah-putra Abu Lahab-mempersiapkan diri berangkat ke Syam untuk berdagang. “Demi Tuhan, marilah kita pergi kepada Muhammad dan menyakiti dirinya,” kata Utbah.
Utbah itu menantu Nabi Saw. Dia bicara keras kepada Muhammad Saw bahwa dia akan menceraikan putrinya, Ruqayyah, yang belum pernah digaulinya.
Lalu Nabi Saw berdoa: “Yaa Allah, kirimkan kepadanya salah satu dari anjing-anjing-Mu.”
Setelah itu, Utbah pergi memimpin kafilah dagang ke Syam. Ketika berada di al-Ghadirah, tiba-tiba dari kejauhan terdengar auman singa. Memang, tampak singa di belakang dataran tinggi. Teringatlah Utbah dengan doa Nabi Saw.
“Suara apa yang kita dengar,” tanya Utbah pada rombongannya dengan nada ketakutan.
Unta-unta kafilah dagang pun ketakutan ketika mendengar auman singa itu. Para kafilah dagang mulai menyadari doa Rasulullah Saw akan terkabul.
“Saya akan memberi hadiah seribu dinar jika saya diselamatkan dari terkaman singa itu,” teriak Utbah.
Di tengah situasi mencekam, Utbah masih berusaha mengamankan barang dagangannya. Tapi, tak lama, singa itu lalu menyerang dan mencabik-cabik tubuh Utbah. Sang singa menelan kepalanya.
Ajaib, singa itu tidak melukai rombongan lainnya. Juga unta-unta, tak diusik. Kemudian, singa itu menghilang begitu saja.
Mati Mengenaskan
Bagaimana nasib penghina Nabi Saw di masa kini? Bacalah www.gatra.com edisi 5 Oktober 2021. Di situ dikabarkan bahwa Kartunis Swedia Lars Vilks, pelukis kartun yang menghina Nabi Muhammad Saw, tewas dalam kecelakaan lalu lintas yang mengerikan. Seniman berusia 75 tahun dan dua polisi yang mengawalnya tewas setelah mobil mereka bertabrakan dengan sebuah truk. Kecelakaan itu terjadi di dekat kota kecil Markarid – Swedia.
Sebelumnya, Vilks telah hidup di bawah perlindungan polisi sejak 2007. Kehidupan yang “sempit” itu harus dijalaninya setelah menerima ancaman karena kartun karikatur Nabi Muhammad Saw yang dibuatnya.
Tragedi penghina Nabi Saw tidak hanya dialami Vilks. Seniman Denmark Kurt Westergaard, terkenal karena menggambar karikatur Nabi Muhammad Saw yang memicu kemarahan umat Islam di dunia, mati pada 19 Juli 2021 setelah sekarat berkepanjangan.
Kurt Westergaard telah membuat marah kaum Muslimin karena karikaturnya yang menyakitkan hati. Ilustrator itu berada di balik 12 gambar yang diterbitkan oleh surat kabar (harian) konservatif Jyllands-Posten. Salah satunya, menjadi pemicu kemarahan kaum beriman.
Pelajaran Mahal
Di atas, jelas tergambar balasan bagi penghina Nabi Muhammad Saw. Mengingat Nabi Saw adalah “representasi” Islam, maka paralel pula untuk tidak menghina Islam.
Jadi, jangan terlambat, ambil pelajaran dari sejarah. Raup pelajaran dari apapun yang kita lihat di sekitar. “Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan” (QS Al-Hasyr [59]: 2). []