Oleh: Dr. Adian Husaini
Ketua Umum Dewan Dakwah lslamiyah lndonesia
Dewandakwahjatim.com, Bojonegoro – Pada bulan Ramadhan 1443 Hijriah, saya secara rutin mengisi acara Kuliah Subuh dengan tema “Bangkitnya Generasi 2045”. Kuliah berlangsung setiap hari, pukul 05.00-06.00 WIB, melalui platform youtube Dewan Dakwah Official.
Pelaksanaan Kuliah Subuh setiap hari secara langsung di bulan Ramadhan memang bukan hal ringan. Beberapa kali rasa kantuk menyerang. Padahal, waktu hanya sekitar 45-60 menit. Tetapi, setelah empat hari berjalan, tantangan mulai teratasi.
Tema “Bangkitnya Generasi 2045” perlu dibahas serius, sebab kita punya waktu 23 tahun menuju tahun 2045. Ketika itu, Negara Indonesia berumur 100 tahun. Pemerintah Indonesia memiliki “Visi 2045”. Bahwa, ketika itu, Indonesia ditargetkan sudah masuk kategori negara maju. Dibuatlah istilah ”Indonesia Emas 2045”. Ada dua program besar yang dicanangkan: pembangunan infrastruktur dan pembangunan SDM.
Itulah VISI 2045 Pemerintah RI. Berbagai pihak, kini juga menyiapkan generasi emas mereka menyambut Indonesia 2045. Maka, bagaimana dengan umat Islam? Saatnya, kini memiliki visi ke depan! Dalam perspektif pendidikan, periode 20 tahun adalah masa yang tepat untuk menyiapkan “Satu Generasi Unggul”.
Anak-anak yang kini berumur 10-20 tahun, maka 20 tahun lagi mereka akan berumur 30-40 tahun. Itulah umur-umur ideal mereka mulai tampil sebagai pemimpin-pemimpin dalam berbagai bidang kehidupan.
Jika umat Islam ingin berperan penting dalam kehidupan bangsa dan negara di era 2045, maka umat Islam harus menyiapkan satu generasi unggul 2045. Generasi inilah yang insyaAllah akan memimpin masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan. Itulah tugas penting pendidikan Islam saat ini.
Tahap pertama yang perlu dirumuskan adalah ciri-ciri Generasi Unggul 2045. Secara umum, ciri-ciri generasi unggul sudah dijelaskan dalam QS al-Maidah (5): 54. Pertama, mereka meletakkan cinta kepada Allah, Rasul-nya, dan berjuang di jalan Allah sebagai kecintaan tertinggi (Lihat juga QS at-Taubah (9): 24 dan QS ash-Shaf (61): 10-12). Kedua, mengasihi kaum muslim. Ketiga, punya sikap ‘izzah terhadap orang kafir. Keempat, selalu berjihad di jalan Allah. Kelima, sabar dan istiqamah dalam perjuangan, tidak takut pada celaan orang.
Secara lebih rinci, ciri-ciri generasi unggul 2045 itu kemudian diturunkan dalam bentuk target-target kompetensi pendidikan. Misalnya, mereka harus memiliki adab yang unggul, jiwa dan raga, menguasai ulumuddin, mampu berkomunikasi dengan baik – lisan dan tulisan, menguasai pemikiran kontemporer, dan memiliki minimal satu skill yang diperlukan.
Sejarah telah menyaksikan bangkitnya sejumlah generasi gemilang. Pertama adalah generasi sahabat Nabi, yang disiapkan Rasulullah saw selama 23 tahun. Generasi ini terdiri atas manusia-manusia terbaik yang dididik langsung oleh guru terbaik, dengan menggunakan kurikulum terbaik.
Generasi sahabat menjalani proses pendidikan terbaik, yang modelnya telah disampaikan oleh Umar bin Khathab r.a.: “taaddabuu tsumma ta’allamuu!” (Beradablah kemudian berilmulah). Jadi, beradab dan berilmu adalah rumusan pendidikan ideal yang abadi. Menjadi manusia beradab dilakukan melalui proses penanaman nilai-nilai adab atau akhlak mulia secara berangsur-angsur dalam diri manusia.
Dengan penanaman adab itulah, maka manusia akan memiliki sifat-sifat mulia yang melekat dalam dirinya, seperti jujur, ikhlas, pekerja keras, tidak malas, pemberani, peduli, dan sebagainya. Sebaliknya, ia akan terhindar dari sifat-sifat buruk, seperti bohong, khianat, dengki, malas, lemah, sombong, riya’, dan sebagainya.
Dengan sifat-sifat mulia seperti itu, maka manusia itu akan menjadi insan pembelajar, cinta ilmu, dan pantang menyerah dalam bekerja. Manusia-manusia seperti ini, insyaAllah akan menjadi manusia yang unggul, dan selalu haus ilmu dan haus prestasi.
Jadi, kurikulum pendidikan Generasi 2045 itu mengacu pada prinsip dasar pendidikan Islam. Yakni, pertama, mendahulukan adab sebelum ilmu; kedua, mengutamakan penguasaan ilmu-ilmu fardhu ain; dan ketiga, memilih ilmu-ilmu fardhu kifayah yang diperlukan untuk pemberdayaan masyarakat.
Langkah berikutnya adalah memilih dan menyiapkan guru-guru yang hebat untuk mendidik Generasi 2045. Sebagus apa pun kurikulum pendidikan, tak akan banyak artinya, tanpa guru yang kompeten.
Masa 20 tahun adalah masa yang ideal untuk proses pendidikan satu generasi. Seratus tahun sebelumnya, pernah lahir “Generasi 1945”, dengan sederetan nama-nama hebat, seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, HOS Cokroaminoto, Haji Agus Salim, A. Hassan, Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, Mohammad Roem, KH Wahid Hasyim, Mohammad Natsir, Syafrudin Prawiranegara, Hamka, KH Imam Zarkasyi, KH Abdulkahar Muzakkir, dan sebagainya.
Generasi sahabat Nabi, generasi Shalahuddin, Generasi Muhammad al-Fatih, Generasi Indonesia 1945, tidak turun begitu saja dari langit. Mereka lahir dari proses pendidikan. Riwayat pendidikan para tokoh itu bisa masih bisa dipalajari saat ini.
Kita bisa menelaah proses pendidikan ideal yang dijalani oleh Mohammad Natsir, Buya Hamka, Soekarno, Hatta, dan sebagainya. Para tokoh itu telah menjalani proses pendidikan yang ideal.
Jika ada yang bertanya, apakah manusia-manusia seperti Mohammad Natsir dan Buya Hamka itu bisa dilahirkan kembali? Maka, jawabnya, hanya “bisa”, tetapi “wajib” dilaksanakan. Sebab, umat Islam telah mewarisi satu konsep dan model pendidikan ideal yang sudah teruji sepanjang zaman.
Sekaranglah saat yang tepat untuk menyiapkan lahirnya Generasi Unggul 2045! Silakan menyimak acara Kuliah Subuh Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia selama Ramadhan 1443 Hijriah! Semoga Allah memberi karunia kesehatan dan kesempatan kepada kita semua. (Bojonegoro, 5 April 2022).
Editor: Sudono/Humas DewanDakwah Jatim